Simulasi Net Present Value untuk menentukan daur optimal jati di

desa kedua desa ini sama yakni pada daur 8 tahun akan tetapi NPV Rpha yang dihasilkan oleh desa Damarwulan lebih besar daripada desa Clering. Hal tersebut karena dipengaruhi kualitas lahan, di Desa Damarwulan kualitas lahannya cukup baik untuk ditanami jenis sengon. Hal tersebut terbukti dari besarnya volume per pohon untuk jenis sengon yang dihasilkan oleh desa Damarwulan lebih besar dari volume per pohon yang dihasilkan oleh desa Clering pada umur yang sama. NPV yang dihasilkan oleh desa Suwawal dalam setiap daur selalu mengalami kenaikan yang sangat besar meskipun volume per pohon yang dihasilkan paling kecil bila dibandingkan dengan kedua desa lainnya. Hal tersebut dikarenakan jumlah pohon Sengon per ha yang ada di Desa Suwawal lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah pohon Sengon per ha yang terdapat di Desa Damarwulan dan Clering. Tabel 28 Potensi sengon yang dipanen tiap desa pada daur optimal Desa Daur optimum Jumlah pohon per ha batangha Volume pohon per ha m³ha Jumlah pohon yang dipanen setiap desa batang 1 Volume pohon yang dipanen setiap desa m³ 2 Damarwulan 8 19 8,82 14.595 6.771 Clering 8 16 6,94 7.571 3.309 Suwawal 9 80 40,32 11.217 5.653 Keterangan: 1 = Diperoleh dari hasil perkalian antara jumlah pohon per ha dengan luas hutan rakyat yang ada pada masing-masing desa 2 = Diperoleh dari hasil perkalian antara volume pohon per ha dengan luas hutan rakyat yang ada pada masing-masing desa Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 28, potensi hutan rakyat untuk jenis Sengon terbesar ada di Desa Damarwulan yakni sebesar 6.771 dengan jumlah pohon sebanyak 14.595 batang. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar petani hutan rakyat di Desa Damarwulan lebih menyukai menanami lahan hutan rakyat miliknya dengan jenis Sengon.

5.6.2 Simulasi Net Present Value untuk menentukan daur optimal jati di

setiap desa Hasil perhitungan simulasi NPV untuk menentuan daur Jati yang terdapat disetiap desa disajikan pada Tabel 29. Tabel 29 Simulasi Net Present Value NPV untuk menentuankan daur jati di setiap desa Desa Tahu n Pendapatan Rpha Biaya Rpha Faktor diskonto NPV Rpha Damarwulan 10 3.741.360 2.160.464 0,44 728.557 11 3.500.640 2.237.964 0,40 537.335 12 3.527.160 2.315.464 0,37 471.749 13 3.112.700 2.392.964 0,33 266.248 14 5.176.800 2.470.464 0,30 848.500 15 4.736.550 2.547.964 0,28 630.366 16 4.368.000 2.625.464 0,25 462.067 17 4.521.150 2.702.964 0,23 439.238 18 4.012.050 2.780.464 0,21 276.828 19 3.248.250 2.857.964 0,19 90.281 20 2.908.800 2.935.464 0,18 8.954 Clering 10 5.700.388 3.077.080 0,44 1.086.339 11 6.359.596 3.159.247 0,40 1.256.805 12 12.267.457 3.241.414 0,37 3.214.788 13 13.356.992 3.323.581 0,33 3.115.844 14 14.290.910 3.405.748 0,30 3.052.405 15 14.711.790 3.487.915 0,28 2.987.647 16 15.184.947 3.570.082 0,25 2.802.005 17 15.401.818 3.652.249 0,23 2.563.027 18 16.033.843 3.734.416 0,21 2.429.926 19 23.859.389 3.816.583 0,19 3.596.256 20 23.604.274 3.898.750 0,18 3.188.432 21 22.884.936 3.980.917 0,16 2.745.566 22 23.699.868 4.063.084 0,15 2.576.967 23 21.529.756 4.145.251 0,13 2.338.803 24 21.303.240 4.227.418 0,12 2.096.806 25 20.619.570 4.309.585 0,11 1.499.717 Tabel 29 lanjutan Desa Tahun Pendapatan Rpha Biaya Rpha Faktor diskonto NPV Rpha Suwawal 10 8.684.620 5.276.256 0,44 1.534.171 11 10.410.120 5.360.089 0,40 2.058.390 12 12.281.735 5.443.922 0,37 2.532.801 13 24.819.600 5.527.755 0,33 6.470.785 14 28.518.000 5.611.588 0,30 7.007.321 15 31.541.250 5.695.421 0,28 7.212.961 16 34.335.000 5.779.254 0,25 7.270.959 17 36.729.000 5.863.087 0,23 7.171.178 18 38.707.500 5.946.920 0,21 6.945.496 19 57.305.600 6.030.753 0,19 9.912.060 20 59.611.200 6.114.586 0,18 9.437.669 21 60.932.373 6.198.419 0,16 8.812.280 22 58.885.761 6.282.252 0,15 7.730.034 23 55.148.787 6.366.085 0,13 6.543.272 24 49.853.112 6.449.918 0,12 5.314.366 25 44.715.476 6.533.751 0,11 4.267.840 NPV untuk hutan rakyat jenis jati yang terdapat di Desa Damarwulan mempunyai keuntungan paling besar pada daur 14 tahun. Hal itu berarti pada pengusahaan hutan rakyat di Desa Damarwulan, daur yang paling optimal digunakan adalah 14 tahun. Pada daur 14 tahun ini dapat diperoleh NPV terbesar bila dibandingkan dengan daur lainnya yakni Rp 848.500ha dari hasil pemanenan sebanyak 16 pohonha dengan total volume sebesar 3,16 m³ha. Daur optimal yang dicapai pada desa Damarwulan terbilang masih muda. Hal tersebut dikarenakan besarnya nilai bunga pertumbuhan pohon lebih kecil bila dibandingkan nilai bunga uang. Nilai bunga pertumbuhan kecil karena pertumbuhan jati di Desa Damarwulan agak terhambat yang disebabkan oleh kekurang cocokan lahan untuk ditanami jati. Dengan alasan keuntungan yang paling besarlah ini yang dapat memacu setiap individu untuk tetap berkeinginan melanjutkan usaha hutan rakyat untuk jenis jati hingga masa yang akan datang meski pertumbuhan jati di Desa Damarwulan ini tidak begitu baik. Petani hutan rakyat di Desa Damarwulan menebang jati pada umur 12 tahun hingga 17 tahun. Petani hutan rakyat menjual jati kepada pedagang dalam bentuk pohon berdiri. Menurut pedagang biasanya kayu Jati dijual ke pedagang pengepul kemudian dari pedagang pengepul ini kayu jati akan dijual kepengrajin mebel dan ukiran yang ada di Kabupaten Jepara. Pada pengusahaan hutan rakyat jati di Desa Clering, daur yang paling optimal digunakan adalah 19 tahun. Pada daur 19 tahun ini dapat diperoleh NPV terbesar dari pada daur lainnya yakni Rp 3.596.256ha dari hasil pemanenan sebanyak 15 pohonha dengan total volume sebesar 10,09 m³ha. Dari 30 orang reponden petani hutan Di Desa Clering hanya satu orang saja yang pernah melakukan penebangan jati yakni dengan umur 17 tahun. Jati yang ditebang tersebut merupakan warisan dari orangtua. Sebagian besar petani hutan rakyat menanam jati sekitar 8 tahun yang lalu, meski demikian ada juga beberapa tanaman jati yang telah mencapai umur 10 tahun merupakan sisa peninggalan orangtua. Pada pengusahaan hutan rakyat Jati di Desa Suwawal, daur yang paling optimal digunakan adalah 19 tahun. Pada daur 19 tahun ini dapat diperoleh NPV terbesar dari pada daur lainnya yakni Rp 9.912.060 ha dari hasil pemanenan sebanyak 44 pohonha dengan total volume sebesar 25,81 m³ha. Seluruh petani hutan rakyat di Desa Suwawal belum pernah melakukan penebangan untuk jenis jati sebab petani baru menanam tanaman Jati sekitar 5 tahun hingga 7 tahun yang lalu. Gambar 8 Simulasi Net Present Value NPV untuk menentukan daur optimal jati di setiap desa. Berdasarkan Gambar 8, memperlihatkan nilai NPV yang tiba-tiba meningkat drastis pada umur tertentu di setiap desa. Hal itu terjadi karena pengaruh perbedaan harga kayu yang cukup besar antar kelas diameter pada pohon jati. Dimana semakin besar ukuran diameter pohon jati harga kayu yang dihasilkan semakin tinggi karena kayunya nanti dapat digunakan untuk keperluan yang lebih menguntungkan. Berdasarkan hasil wawancara dengan pedagang pengecer kayu jati diketahui bahwa jati yang dijual tersebut berasal dari hutan rakyat yang ada di daerah Pacitan, Yogya, Kulonprogo, Blora dan Wonogiri. Kayu hutan rakyat yang berasal dari Kabupaten Jepara sendiri sangat sulit ditemukan. Hampir seluruh pelanggannya yang membeli kayu jati merupakan pengrajin kecil industri mebel. Kayu Jati yang dijual berukuran diameter 10 – 13 cm DL, 16 – 19 cm OP, dan 22 – 28 cm OD dengan panjang sekitar 2 m. Kayu Jati yang dibeli oleh para pengrajin kecil mebel kebanyakan yang berukuran diameter 10 – 13 cm. Diameter 10 – 13 cm DL Diameter 22-28 cm OD Diameter 16 – 19 cm OP Gambar 9 Log jati di pul pedagang pengecer. Tabel 30 Potensi jati yang dipanen tiap desa pada daur optimal Desa Daur optimum Jumlah pohon per ha batangha Volume pohon per ha m³ha Jumlah pohon yang dipanen setiap desa batang 1 Volume pohon yang dipanen setiap desa m³ 2 Damarwulan 14 16 3,45 12.290 2.651 Clering 19 15 10,17 7.098 4.811 Suwawal 19 44 26,05 6.169 3.651 Keterangan: 1 = Diperoleh dari hasil perkalian antara jumlah pohon per ha dengan luas hutan rakyat yang ada pada masing-masing desa 2 = Diperoleh dari hasil perkalian antara volume pohon per ha dengan luas hutan rakyat yang ada pada masing-masing desa Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 30, Desa Clering mempunyai potensi hutan rakyat jati paling besar dari pada kedua desa lainnya yakni sebesar 4.041 m³. Hal tersebut dikarenakan di Desa Clering pertumbuhan jati lebih baik bila dibandingkan dengan dua desa lainnya. Hal tersebut terjadi karena lahan di Desa Clering banyak mengandung batuan Kapur Ca sehingga memacu Jati untuk tumbuh dengan baik. Perbandingan antara potensi untuk jenis sengon dan jati yang dihasilkan pada daur optimal di setiap desa memiliki nilai yang berbeda-beda. Potensi hutan rakyat di Desa Damarwulan dan Suwawal yang ditanami jenis sengon lebih besar dari pada hutan rakyat yang ditanami jenis jati. Hal tersebut menunjukkan bahwa masyarakat di Desa Damarwulan dan Suwawal selama ini lebih menyukai menanam Sengon daripada jati. Berbeda dengan Desa Clering, dimana potensi hutan rakyatnya yang ditanami jenis jati lebih besar daripada sengon.

5.7 Mean Annual Increament MAI dan Current Annual Increament CAI