keuntungan yang besar bagi petani hutan rakyat. Kelembagaan yang akan dibentuk dalam pengelolaan hutan rakyat ini terdiri dari gabungan beberapa
pemilik hutan rakyat. Dimana setiap anggotanya diberi kesempatan untuk memilih dua cara berpartisipasi yakni, pertama berpartisipasi secara langsung dalam
kegiatan pengelolaan hutan dan kedua berpartisipasi secara tidak langsung melalui perantara buruhpenggarap untuk mewakili kehadirannya dalam kegiatan
pengelolaan hutan rakyat. Pilihan cara berpartisipasi yang kedua tersebut dapat memberi kesempatan
pemilik hutan rakyat untuk tetap berkonsentrasi pada pekerjaan utamanya sehingga pemilik dapat menjalankan pekerjaan utama seperti biasanya, meski
terlibat dalam kelembagaan pengelolaan hutan rakyat secara berkelompok. Kelembagaan yang dibentuk ini akan menangani dan mengatur kegiatan
pengelolaan hutan rakyat mulai dari penanaman hingga kegiatan pemanenan. Aturan-aturan yang mengatur sistem kelembagaan pengelolaan hutan rakyat
belum bisa dijelaskan lebih mendalam pada penelitian ini. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai aturan-aturan yang mengatur sistem
kelembagaan pengelolaan hutan rakyat kedepannya.
5.8.1 Perspektif petani terhadap pembentukan lembaga pengaturan hasil hutan rakyat
Pengaturan hasil merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam pengelolaan hutan rakyat yang memiliki andil yang besar dalam menentukan
keberhasilan pengelolaan hutan rakyat. Dengan kata lain, usaha pengelolaan hutan rakyat dapat terwujud dengan baik apabila dimensi hasil dapat dicapai melalui
serangkain strategi dan kegiatan manajemen yang tepat. Namun Sangat disayangkan, kegiatan pengaturan hasil hutan rakyat yang dilakukan oleh petani
selama ini tidak mempertimbangkan kelestarian hasil. Oleh karena itu dalam unit kelembagaan pengelolaan hutan rakyat masalah yang berkaitan dengan
pengaturan hasil hutan rakyat perlu mendapat perhatian yang serius. Salah satu solusi yang dilakukan adalah dengan mendirikan semacam
koperasi simpan pinjam. Dengan adanya koperasi tersebut bisa memberikan pinjaman lunak kepada petani yang membutuhkan uang. Dengan demikian, para
petani tersebut tidak perlu untuk menebang pohon mereka yang belum “masak tebang” atau tidak termasuk dalam rencana pemanenan. Sebaliknya, pohon hutan
milik petani yang sebenarnya sudah siap tebang, namun para pemiliknya belum merasa perlu untuk menebangnya, bisa dianjurkan untuk tetap ditebang dan uang
yang dihasilkan bisa disimpan dalam koperasi. Selain itu pula dalam koperasi ini juga akan mengatur sistem pemasaran hasil hutan secara bersama-sama diantara
petani hutan rakyat. Namun hal ini akan sulit dilaksanakan jika tidak ada komitmen yang kuat diantara anggota kelompok tani. Oleh karena itu, diperlukan
pendampingan-pendampingan yang intensif baik dari pemerintah, LSM dan
kalangan akademik untuk mendorong terbentuknya kelembagaan yang solid.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap responden, sebanyak 67 orang 74,44 responden setuju jika dibentuk lembaga pengaturan
hasil hutan rakyat secara berkelompok, untuk lebih jelasnya disajikan pada Tabel 33 dan 34.
Tabel 33 Distribusi jawaban responden terhadap pembentukan lembaga pengaturan hasil hutan rakyat secara berkelompok
Pembentukan lembaga pengaturan hasil hutan rakyat secara berkelompok dalam satu desa
Frekuensi Persentase
Setuju 67
74,44 Tidak setuju
23 25,56
Jumlah 90
100
Alasan responden setuju untuk membentuk lembaga pengaturan hasil hutan rakyat secara berkelompok, antara lain: adanya rasa saling percaya, harga
jual kayu tidak jatuh, keuntungan yang diperoleh lebih besar, mempermudah pemasaran, dan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pemanenan menjadi lebih
sedikit. Tabel 34 Alasan petani setuju untuk membentuk lembaga pengaturan hasil hutan
rakyat secara berkelompok
Alasan setuju pengaturan hasil secara berkelompok dalam satu desa
Frekuensi Persentase
Adanya rasa saling percaya 3
3,33 Harga jual kayu tidak jatuh
32 35,55
Keuntungan yang diperoleh lebih besar 10
11,11 Mempermudah pemasarannya
14 15,56
Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan pemanenan lebih sedikit
8 8,89
Jumlah 67
74,44
1. Adanya rasa saling percaya
Rasa saling percaya antara masyarakat di Daerah pedesan masih cukup kuat sehingga hal tersebut menjadi salah satu alasan sebanyak 3 orang 3,33
responden menyatakan setuju untuk membentuk suatu lembaga pengaturan hasil secara berkelompok. Dengan adanya rasa percaya antara orang yang satu dengan
yang lainnya membuat beberapa responden tersebut yakin akan terbentuk lembaga pengaturan hasil secara berkelompok yang kompak dan serasi nantinya karena
pada dasarnya antara orang yang satu dengan orang yang lainnya mempunyai tujuan yang sama. Dengan adanya lembaga tersebut diharapkan dapat
memberikan keuntungan bagi masyarakat desa sehingga dapat membawa masyarakat pada kehidupan yang lebih baik dan sejahtera.
2. Harga jual kayu tidak jatuh
Sebanyak 32 orang 35,55 responden menyatakan setuju untuk membentuk lembaga pengaturan hasil hutan rakyat secara berkelompok dengan
alasan agar harga jual kayu nantinya tidak jatuh. Dalam kegiatan penjualan kayu pihak yang paling menentukan harga jual kayu adalah para pembelitengkulak
akibatnya petani tidak mempunyai bargaining position yang cukup tinggi. Hal tersebut karena petani biasanya menjual kayu dalam jumlah yang sedikit sehingg
harga tawar yang diberikan oleh tengkulak masih rendah. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka perlu dibentuk kelompok usaha pengaturan hasil
yang dapat menghimpun komoditas hasil kayu hutan rakyat dalam jumlah yang lebih banyak.
3. Keuntungan yang diperoleh lebih besar
Sebanyak sepuluh orang 11,11 responden menyatakan setuju untuk membentuk lembaga pengaturan hasil hutan rakyat secara berkelompok dengan
alasan agar keuntungan yang diperoleh dari hasil hutan rakyat yang diperoleh semakin besar. Selama ini petani hutan rakyat menebang pohon miliknya pada
umur yang relatif muda untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal itu menyebabkan keuntungan yang diperoleh petani hutan rakyat dari dari hasil
penjual kayu belum optimal. Dengan adanya kelompok usaha pengaturan hasil ini para anggotanya nanti tidak perlu menebang pohon pada umur yang masih muda
agar keuntungan yang diperoleh dari hasil penjualan kayu menjadi lebih optimalbesar.
4. Mempermudah pemasarannya
Sebanyak 14 orang 15,56 responden menyatakan setuju untuk membentuk lembaga pengaturan hasil hutan rakyat secara berkelompok dengan
alasan agar pemasaran hasil hutan rakyat menjadi lebih mudah untuk dipasarkan. Selama ini para petani biasanya menjual hasil kayu dari hutan rakyat kepada
pedagang pengumpultengkulak dalam bentuk pohon berdiri sebab jumlah hasil kayu dari hutan rakyat yang dijual hanya sedikit. Dengan adanya kelompok usaha
pengaturan hasil hutan rakyat kayu yang dihimpun dari para anggotanya bisa langsung dijual kepada pedagang besar maupun ke industri-industri kayu dalam
bentuk log maupun kayu gergajian. 5. Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan pemanenan lebih sedikit
Sebanyak delapan orang 8,89 responden menyatakan setuju untuk membentuk lembaga pengaturan hasil hutan rakyat secara berkelompok dengan
alasan agar biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan pemanenan menjadi lebih sedikit. Selama ini kebanyak petani menjual hasil kayu dari hutan rakyat
dalam bentuk pohon berdiri kepada para pedagang pengumpultengkulak karena mahalnya biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan pemanenan, sedangkan bila
kayu dijual dalam bentuk pohon berdiri semua biaya pemanenan ditanggung oleh pedagangtengkulak. Dalam hal ini sangat disayangkan harga jual untuk pohon
berdiri masih murah sehingga keuntungan yang diperoleh petanipun terbilang masih rendah. Dengan adanya kelompok usaha pengaturan hasil hutan rakyat,
komoditi dari hutan rakyat tersebut dijual dalam bentuk log maupun kayu gergajian. Oleh karena itu biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pemanenan
langsung ditanggung sendiri oleh sekumpulan anggota yang ingin menjual kayu dari hutan rakyat nya. Semakin banyak anggota yang ingin menjual kayu maka
biaya pemanenan yang dikelurakan bisa ditanggung bersama-sama dan menjadi
lebih murah.
Namun selain itu pula, ada beberapa responden yang merasa tidak perlu dibentuk lembaga pengaturan hasil hutan rakyat secara berkelompok Tabel 35
dengan alasan tidak bisa bebas menjual hasil kayu dari hutan rakyat miliknya kapan saja 13,33 dan terlalu banyak aturan-aturan yang mengikat 12,23.
Tabel 35 Alasan petani tidak setuju untuk membentuk lembaga pengaturan hasil hutan rakyat secara berkelompok
Alasan tidak setuju pengaturan hasil secara berkelompok dalam satu desa
Frekuensi Persentase
Tidak bisa bebas menjual hasil kayunya kapan saja 12
13,33 Terlalu banyak aturan-aturan yang mengikat
11 12,23
Jumlah 23
25,56
1. Tidak bisa bebas menjual hasil kayu dari hutan rakyat miliknya secara bebas Sebanyak 12 orang 13,33 responden tidak setuju untuk membentuk
lembaga pengaturan hasil hutan rakyat secara berkelompok dengan alasan jika nanti ingin menjual kayu tidak bebas lagi menjualnya kapan saja sebab setiap
orang mempunyai kebutuhan yang berbeda antar orang yang satu dengan orang yang lain sehingga jika sistem penebangan disepakati dan dibatasi seperti itu
takutnya jika tiba-tiba ada keperluan mendesak tidak bisa menjual kayu dari hutan rakyat miliknya.
2. Terlalu banyak aturan-aturan yang mengikat Sebanyak 12 orang 13,33 responden tidak setuju untuk membentuk
lembaga pengaturan hasil hutan rakyat secara berkelompok dengan alasan jika dibentuk suatu lembaga pengaturan hasil nantinya pastinya akan ada banyak
peraturan-peraturan yang mengikat bagi anggotanya. Beberapa responden tersebut tidak mau di repotkan atau dibatasi dengan aturan-aturan yang ada dalam
kelembagaan tersebut.
5.8.2 Modal sosial pembentuk lembaga pengaturan hasil hutan rakyat