belum tentu lebih baik dibandingkan kayu jati hasil budidaya secara konvensional. Namun demikian dapat mendorong masyarakat untuk membudidayakannya
Siregar 2005.
2.9 Sengon Paraserianthes falcataria L Nielsen
Sengon merupakan pohon multiguna, baik daun, batang, maupun sistem perakarannya dapat digunakan untuk beragam keperluan. Kayu sengon digunakan
untuk tiang bangunan rumah, papan, peti kas, perabotan rumah tangga, pagar, tangkai dan kotak korek api, pulp, kertas dan lain-lain. Sengon merupakan jenis
vegetasi daerah tropik. Suhu yang diperlukan oleh sengon untuk pertumbuhannya berkisar 22°C - 33°C. Pohon Sengon berbatang lurus, tidak berbanir, kulit
berwarna kelabu keputih-putihan, licin, tidak mengelupas, dan memiliki batang bebas cabang mencapai 20 m. Tajuk berbentuk seperti perisai, agak jarang, dan
selalu hijau. Tajuk yang agak jarang ini memungkinkan beberapa jenis tanamana perdu tumbuh dengan baik di bawahnya Atmosuseno 1998.
Sengon termasuk jenis yang cepat tumbuh tanpa memerlukan tindakan silvikultur yang rumit dan berkembang dengan baik pada tanah yang relatif
kering, agak lembab bahkan di daerah tandus. Di daerah tropis seperti Indonesia, sengon dapat tumbuh dengan baik pada tanah-tanah yang lembab dengan tipe
iklim A, B dan C menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson Griffoen 1954 dalam
Setyawan 2002.
3.10 Kelembagaan Hutan Rakyat
Adanya pemberdayaaan kelompok tani hutan, misalnya dengan mendirikan semacam koperasi simpan pinjam. Adanya koperasi tersebut bisa
memberikan pinjaman lunak kepada petani yang membutuhkan uang, sehingga para petani tersebut tidak perlu untuk menebang pohon milik mereka yang belum
“masak tebang” atau tidak termasuk dalam rencana pemanenan. Sebaliknya, pohon hutan milik petani yang sebenarnya sudah siap tebang, namun para
pemiliknya belum merasa perlu untuk menebangnya, bisa dianjurkan untuk tetap ditebang dan uang yang dihasilkan bisa disimpan dalam koperasi dengan bunga
yang sekiranya sebanding dengan riap pertumbuhan pohon jika pohon tersebut tidak ditebang. Namun hal ini akan sulit dilaksanakan jika tidak ada komitmen
yang kuat diantara anggota kelompok tani. Oleh karena itu, diperlukan
pendampingan-pendampingan yang intensif baik dari pemerintah, LSM dan kalangan akademik untuk mendorong terbentuknya kelembagaan yang solid
Maryudi 2005.
BAB III METODE PENELITIAN