BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Hutan Rakyat
Menurut Departemen Kehutanan 1995, hutan rakyat sebagai salah satu bentuk hutan kemasyarakatan yang dimiliki oleh masyarakat atau rakyat, baik
secara perorangan, kelompok, maupun swasta ataupun badan usaha masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, memenuhi
kebutuhan masyarakat akan hasil hutan serta pelestarian lingkungan hidup. Selanjutnya ketentuan luas lahan minimal untuk hutan rakyat adalah sebesar 0.25
ha dengan penutupan lahan oleh tajuk tanaman kayu-kayuan lebih dari 50 atau pada tahun pertama sebanyak 500 batang setiap hektarnya.
Hutan rakyat selama ini hanya dilihat sebagai kumpulan pohon-pohon yang tumbuh dan berkembang di atas lahan milik rakyat, sehingga banyak
dijumpai dalam kalkulasi ekonomi hutan rakyat yang muncul kepermukaan berkaitan dengan hasil kayu saja. Hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa
Fakultas Kehutanan mengenai hutan rakyat, seringkali menghitung kontribusi pendapatan hutan rakyat terhadap pendapatan keluarga tani. Umumnya
perhitungan pendapatan hutan rakyat tersebut hanya berasal dari unsur kayunya saja. Hal ini terjadi karena komoditi yang dilihat dari hutan rakyat hanya pohon-
pohon saja Awang 2005. Pengusahaan hutan rakyat dalam perekonomian pedesaan memegang
peranan penting baik bagi petani pemilik lahan hutan rakyat maupun untuk tumbuhnya industri pengolahan kayu rakyat. Meskipun demikian, sampai saat ini
dalam pengusahaan hutan rakyat masih banyak diterapkan apa yang disebut “daur butuh”, yakni umur pohon yang dipanen ditentukan oleh kebutuhan pendapatan.
Di masa mendatang sistem pemanenan seperti ini diharapkan akan berubah menjadi sistem pemanenan yang terencana karena semakin meningkatnya
permintaan dari industri-industri pengolahan kayu yang berada dekat di daerah sekitar hutan rakyat, seperti industri penggergajian dan industri mebel Dudung
dan Hardjanto 2006.
2.2 Manfaat Hutan Rakyat