lain, aspek kesetaraan equity, termasuk masyarakat berpenghasilan rendah tidak dapat mengakses sumberdaya air terutama pada musim kemarau ketika air yang
tersedia lebih sedikit dan harganya meningkat.
2.4 Permintaan dan Penawaran Air
Terbatasnya ketersediaan sumberdaya air dapat menjadi salah satu kendala dalam pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Keterbatasan ketersediaan air
yang biasa disebut kelangkaan air dapat ditinjau dari segi kualitas ataupun kuantitasnya. Kelangkaan air untuk sektor pertanian dapat mengganggu produksi
sektor pertanian yang sebagian besar merupakan sumber pangan. Selanjutnya, bagi sektor domestik hal itu dapat mengakibatkan penurunan tingkat kesehatan
masyarakat akibat tidak tersedianya air bersih untuk minum dan sanitasi serta kebersihan kota. Untuk sektor industri, air merupakan salah satu input bagi proses
produksinya dapat mengakibatkan terganggunya proses produksi. Dalam menghadapi kelangkaan air dan permintaan air yang semakin
meningkat, dibutuhkan pengelolaan air yang efisien agar dicapai alokasi yang optimal baik secara hidrologi maupun ekonomi. Mekanisme alokasi sumberdaya
air merupakan konsep ekonomi untuk mengefisienkan sumberdaya air dengan cara alokasi. Dinar et al. 1987 mengemukakan bahwa ada empat kerangka
mekanisme alokasi ketersediaan air, yaitu melalui marginal cost pricing, alokasi publik, water markets, dan user-based allocation.
Permintaan air di wilayah ini dapat dibagi dalam 2 kategori besar, yaitu sektor pertanian dan urban. Permintaan air urban terjadi akibat pertumbuhan dan
perkembangan wilayah perkotaan yang pesat dan wilayah perkotaan ini
mengandalkan air dari sistem sungai yang ada sama seperti sektor pertanian. Pemukiman dan industri memberikan valuasi air lebih tinggi dari pada sektor
pertanian sehingga menyebabkan terjadinya kompetisi dengan sektor pertanian. Misalkan, D
a
menggambarkan permintaan air sektor pertanian, D
u
permintaan air urban serta D
t
merupakan total permintaan keduanya. Jika harga air diatur oleh pemerintah sebesar P, dan jumlah yang diminta sebanyak W
t d
lebih kecil dari pada yang ditawarkan W
s
, terdapat kelebihan air yang ditawarkan. Ketika permintaan air urban meningkat menjadi D
u
’, dan total permintaan menjadi D
t’
, terlihat adanya kekurangan air pada saat jumlah yang diminta W
t d
’
lebih besar dari pada yang ditawarkan W
s
Gambar 4.. Ketika harga ditetapkan pemerintah sebesar P, harga tidak dapat merasionalisasi air yang tersedia pada
berbagai variasi pengguna atau dengan kata lain harga tidak dapat merespons tekanan permintaan dan penawaran. Jika pemerintah meningkatkan harga air
irigasi, beberapa metode yang rasional mengungkapkan akan terjadi kompetisi antar pengguna.
Sumber: Randall, 1987
Gambar 4. Permintaan dan Penawaran Air
HARGA AIR
P W
t d
D
t
’=D
u
+D
a
D
a
D
u
D
u
S
JUMLAH AIR, W
D
t
=D
u
+D
a
W
s
W
t
’
d
Permintaan air sektor pertanian sebesar D
t
, permintaan urban D
u
’ dan penawaran dan permintaan agregat keduanya sebesar D
t
’, jumlah air yang diminta sebesar W
d
’, maka terdapat kelebihan air sebesar Ws-W
t d
.
Sumber: Randall, 1987
Gambar 5. Sistem Harga Dual Air
Ketika permintaan urban meningkat dari D
u
ke D
u
’, permintaan sektor pertanian tetap pada D
a
, maka permintaan keduanya menjadi D
t
diminta sebesar W ’, dan jumlah yang
t
’
d
, dan kekurangan air sebesar W
t d
’ -W
s
Gambar 5.. Jika pemerintah menetapkan air yang tersedia untuk urban sebesar S
u
, untuk sektor pertanian sebesar S-S
u
= S
a
Pada D , dengan catatan bahwa kondisi ini merupakan
keseimbangan.
u
dan S
u
, terdapat kekurangan air untuk pengguna urban sebesar W
t d
” - W
t s
”Gambar 6., pada D
a
dan S
a
terdapat kekurangan air untuk sektor pertanian sebesar W
a d
sama dengan W
a s
+ W
a d
─ W
u s
’ lebih besar dari pada S
a
= S-S
u
. Jika pemerintah tidak mengijinkan P
a
untuk naik, maka akan terjadi
HARGA AIR
P
a
W
t d
W
t d
” D
t
=W
u
+D
a
D
t
=W
u
+D
a
D
a
D
u
” D
u
’ S
W
u
’ W
u
” P
u
JUMLAH AIR, W
W
s
“black market” air irigasi, dan dapat dihindari dengan diijinkannya pengalihan
antar user. Dari uraian di atas dapatlah dilihat bahwa alokasi sumberdaya air sangat kompleks dan rumit untuk dilakukan.
Sumber: Randall, 1987
Gambar 6. Sistem Harga Dual Air Rasionalisasi Pengguna Urban
Keempat faktor yaitu kondisi Daerah Aliran Sungai, indeks kelangkaan air, kriteria alokasi sumberdaya air serta mekanisme alokasi sumberdaya air yang
telah diuraikan di atas merupakan faktor penting yang tidak dapat diabaikan dalam membentuk model pengelolaan sumberdaya air. Kondisi suatu DAS perlu
diketahui terlebih dahulu agar dapat mengindentifikasi keadaan sumberdaya air di wilayah tersebut dan menentukan keputusan yang terbaik dalam pengelolaan
sumberdaya air di wilayah tersebut. Kondisi Daerah Aliran Sungai aktual menggambarkan tahapan
pengembangannya yang berhubungan dengan ketersediaan sumberdaya air dan
HARGA AIR
P
a
W
u s
” W
s
D”=W
u s
” +D
a
D
a
D
u
S
u
S
t
W
u s
” W
u d
” P
u
JUMLAH AIR, W
+W
a d
”
finansial yang dibutuhkan. Tahapan pengembangan menjadi lebih lengkap dengan adanya pengukuran indeks kelangkaan. Indeks kelangkaan ini menunjukkan
apakah wilayah tersebut sudah menghadapi permasalahan kelangkaan sumberdaya air dan sampai sejauh mana kelangkaan tersebut berpengaruh pada pengelolaan
sumberdaya air yang ada. Bila indeks kelangkaan air menunjukkan bahwa telah terjadi kelangkaan air, alokasi bagaimana yang sebaiknya dilakukan dalam
pengelolaan sumberdaya air di wilayah tersebut dengan mempertimbangkan aturan alokasi sumberdaya serta mekanisme yang sesuai dengan kondisi yang ada.
Setelah memahami kondisi yang ada di wilayah yang akan diteliti, konstruksi model pengelolaan sumberdaya air dilakukan berdasarkan faktor-faktor
di atas sebagai bahan pertimbangan. Model yang dihasilkan akan benar-benar sesuai dengan gambaran wilayah tersebut, baik ketersediaan airnya maupun
sektor-sektor yang terlibat di dalamnya. Keputusan yang diambil merupakan keputusan yang dapat memenuhi kriteria yang telah dikemukakan di atas.
2.5 Penentuan Harga Air