IV. MODEL KONSEPTUAL ALOKASI SUMBERDAYA AIR DI DAERAH IRIGASI JATILUHUR
Dalam teori di depan dikemukakan bahwa alokasi mempunyai hubungan erat dengan biaya dan manfaat. Alokasi air terjadi bila di suatu daerah tertentu
mengalami kelangkaan air, seperti di Daerah Irigasi Jatiluhur terutama pada musim kemarau. Konsep nilai air menjadi tarif air yang ditetapkan oleh
Pemerintah dari dimensi waktu dibuat berjenjang karena tidak mengikuti hukum pasar. Dalam pembahasan nilai atau manfaat marjinal air diasumsikan bahwa nilai
air terkait dengan penggunaan volume air baik dari sisi permintaan maupun pasokan penggunaan air. Apabila permintaan air semakin banyak, nilai air atau
manfaat marjinal semakin turun dan sebaliknya, bila permintaan air berkurang, nilai atau manfaat marjinal air meningkat. Biaya marjinal diasumsikan naik pada
saat permintaan naik sebagai fungsi kuadrat terbuka ke atas.
4.1 Fungsi Manfaat Marjinal
Bentuk umum fungsi manfaat marjinal atau marginal benefit air menurut Syaukat 2000 adalah linier, eksponensial, atau logaritma linier sebagai berikut:
1. p
i
t = c
i
-d
i
x
i
2. p t linier dengan kemiringan negatif
74
i
t = c
i
e
-dxi
3. p t eksponensial
75
i
t = c
i xi-di
dimana c t linier logaritma
76
i
dan d
i
adalah parameter fungsi manfaat marjinal dan x
i
adalah input berupa pasokan air pada setiap pengguna. Nilai manfaat marjinal setiap pengguna
diasumsikan jumlahnya naik. Setiap pengguna permintaan pasokan diasumsikan
naik terus dan manfaat marjinal tidak sama dengan nol. Variabel p
i
disebut variabel independent dan x
i
disebut variabel dependent serta konstanta d
i
adalah elastisitas x
i
Selanjutnya dalam penelitian ini fungsi manfaat marjinal diasumsikan sebagai fungsi linier seperti yang pertama. Wilayah pasokan dari waduk dan
dialokasikan ke saluran induk Tarum Timur, Tarum Utara, dan Tarum Barat yang selanjtnya disalurkan ke sektor pengguna air yaitu sektor-sektor: pembangkit
listrik tenaga air, irigasi pertanian, perusahaan daerah air minum kabupatenkota PDAMKK, industri, dan Perusahaan Air Minum DKI Jakarta. Jadi, fungsi
manfaat marjinal diasumsikan masing-masing sebagai fungsi linier untuk setiap sektor dan setiap wilayah yang dinyatakan sebagai berikut:
.
ij ij
ij ij
p t c
d x t =
− i = 1..5, j = 1..4
77 dimana:
p
ij
x t
= manfaat marjinal air sektor i pada wilayah j pada tahun t
ij
c t
= volume air sektor i pada wilayah j pada tahun t
ij
d = konstanta fungsi manfaat marjinal intercept dari volume air
di setiap sektor
ij
= koefisien variabel x
ij
Untuk manfaat total BT, persamaan 77 perlu diintegralkan, sehingga: slope setiap sektor
2
2
ij ij
ij ij
d BT t
c x t x t
= −
78 dimana konstantanya diasumsikan sama dengan nol.
4.2 Penerimaan Total Perusahaan Jasa Tirta II
Penerimaan total Perusahaan Jasa Tirta II adalah jumlah dari sektor- sektor, yang tiap-tiap sektor terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel sesuai
dengan tarif yang telah ditetapkan dan jumlah penggunaan air. Jadi penerimaan Perusahaan Jasa Tirta II dirumuskan sebagai berikut:
PA ij
LT ij
IR ij
AM ij
IN ij
AD ij
TR x
TR x
TR x
TR x
TR x
TR x
= +
+ +
+ 79
dimana: TR
PA
TR = penerimaan total Perusahaan Jasa Tirta II
LT
TR = penerimaan total pembangkit listrik tenaga air
IR
= TR
penerimaan total air irigasi untuk sektor pertanian
AM
= penerimaan total air baku untuk perusahaan daerah air minum kabupatenkota
TR
IN
TR = penerimaan total air baku untuk sektor industri
AD
= penerimaan total air baku Perusahaan Air Minum DKI
Jakarta Penerimaan total Perusahaan Jasa Tirta II bersumber dari penerimaan
pasokan air ke sektor irigasi pertanian sementara tidak ditarik iuran, perusahaan daerah air minum kabupatenkota, industri, Perusahaan Air Minum DKI Jakarta
serta pembangkit listrik tenaga air.
5 4
1 1
ij ij
ij ij
t i
j
TR n t
f v x t
∞ =
= =
= +
∑∑∑
80
dimana: TR
= total penerimaan f
ij
v = biaya tetap ke pengguna
ij
x = tarif yang berlaku
ij
t = volume air pengguna tahunan
4.3 Manfaat Total Pengguna Air