II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelangkaan Air
Kelangkaan sumberdaya air terjadi karena berbagai dimensi baik dari segi permintaan maupun penawaran. Permintaan sumberdaya air untuk keperluan
rumah tangga, industri dan pertanian semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk dan ekonomi. Sementara itu, ketersediaan sumberdaya air
terutama pada musim kemarau semakin terbatas baik disebabkan oleh menurunnya debit sungai akibat kerusakan lingkungan, perubahan iklim global
maupun penurunan kapasitas atau kerusakan sarana penyimpan dan penyaluran air.
Terbatasnya ketersediaan sumberdaya air dapat menjadi salah satu kendala dalam pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Keterbatasan ketersediaan air
yang biasa disebut kelangkaan air dapat ditinjau dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Kelangkaan air untuk sektor pertanian dapat mengganggu produksi
pertanian yang sebagian besar merupakan sumber pangan. Selanjutnya, bagi sektor domestik dapat mengakibatkan penurunan tingkat kesehatan masyarakat
akibat tidak tersedianya air bersih untuk minum dan sanitasi serta kebersihan kota. Untuk sektor industri dimana air merupakan salah satu input bagi proses
produksinya dapat mengakibatkan terganggunya proses produksi. Menghadapi kelangkaan air dan permintaan air yang semakin meningkat,
dibutuhkan pengelolaan air yang efisien, agar dicapai alokasi yang optimal baik secara hidrologi maupun ekonomi. Mekanisme alokasi sumberdaya air merupakan
konsep ekonomi untuk mengefisiensikan sumberdaya air dengan cara alokasi. Dinar et al. 1997 mengemukakan bahwa ada empat kerangka mekanisme alokasi
ketersediaan air, yaitu melalui marginal cost pricing MCP, alokasi publik, water markets
dan user-based allocation. Untuk mengukur kelangkaan air adalah perbandingan antara air yang
tersedia dengan yang digunakan. Berbagai perhitungan kelangkaan air telah dilakukan antara lain dengan menggunakan indeks yang digunakan PBB 1997
dan diadopsi Voromarty el al.2000 bahwa secara umum indeks kelangkaan air adalah 1 kurang dari 0.1 tidak ada kelangkaan, 2 antara 0.1 dan 0.2 adalah
rendah, 3 antara 0.2 dan 0.4 adalah moderat, 4 kurang atau sama dengan 0.4 adalah tinggi
Pengukuran kelangkaan sumberdaya air di atas, menunjukkan indeks kelangkaan air yang ada disaluran, bukan air tersisa di waduk. Kelangkaan ini
berdasarkan fisik tanpa mempertimbangkan nilai ekonomi air. Perlu diketahui bahwa air adalah sumberdaya yang lebih cepat diperbaharui dan waktu yang
digunakan untuk memperbaharui lebih cepat daripada air tanah dan tidak memperhatikan kualitas air yang ada. Dari sisi ekonomi, air tidak dilihat dari sisi
fisiknya, tetapi juga dari sisi ekonomi. Hal ini berarti bahwa menghitung cadangan ekonominya dibagi dengan tingkat ekstrasinya. Untuk itu, Fauzi 2004
menyarankan penghitungan dengan menggunakan pengukuran moneter, yaitu dengan salah satu dari cara menghitung harga riil, unit cost, dan rente kelangkaan
sumberdaya. Dengan cara rente, kelangkaan dianggap paling baik karena dasarnya menggunakan teori kapital sumberdaya dimana return manfaat yang diperoleh
sama dengan biaya oportunitas dari aset yang lain. Makin tinggi rente kelangkaan makin langka sumberdayanya.
Kondisi Daerah Aliran Sungai aktual menggambarkan tahapan pengembangannya yang berhubungan dengan ketersediaan sumberdaya air dan
finansial yang dibutuhkan. Tahapan pengembangan menjadi lebih lengkap dengan adanya pengukuran indeks kelangkaan. Indeks kelangkaan ini menunjukkan
apakah wilayah tersebut sudah menghadapi permasalahan kelangkaan sumberdaya air dan sampai sejauh mana kelangkaan tersebut berpengaruh pada pengelolaan
sumberdaya air yang ada. Bila indeks pengukuran sumberdaya air kelangkaan air menunjukkan telah
terjadi kelangkaan air, alokasi bagaimana yang sebaiknya dilakukan dalam pengelolaan sumberdaya air di wilayah tersebut dengan mempertimbangkan
aturan alokasi sumberdaya serta mekanisme yang sesuai dengan kondisi yang ada.
2.2 Alokasi Sumberdaya Air