melaksanakan lima kegiatan teknis kehutanan seperti dalam strategi pengelolaan hutan tanaman.
2.3 Kelembagaan Pengelolaan Sumber daya Hutan
Ostrom 2005 mengartikan kelembagaan sebagai aturan yang berlaku dalam masyarakat arena yang menentukan siapa yang berhak membuat
keputusan, tindakan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, aturan apa yang berlaku umum di masyarakat, prosedur apa yang harus diikuti, informasi apa
yang harus atau tidak boleh disediakan dan keuntungan apa yang akan diterima seseorang sebagai hasil dari tindakan yang dilakukannya.
Dalam konteks kelembagaan, yang dimaksudkan di sini adalah aturan main yang berlaku dalam masyarakat yang disepakati oleh anggota masyarakat
tersebut sebagai sesuatu yang harus diikuti dan dipatuhi memiliki kekuatan sanksi dengan tujuan terciptanya keteraturan dan kepastian interaksi di antara
sesama anggota masyarakat Interaksi yang dimaksud terkait dengan kegiatan ekonomi politik maupun sosial.
2.4 Pembangunan Manusia dan lndeks Pembangunan Manusia IPM
Menurut UNDP 2010, pembangunan manusia adalah suatu proses untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi manusia. Definisi ini mempunyai
makna yang lebih luas dari hanya pembangunan ekonomi yang menekankan pertumbuhan ekonomi berupa-barang dan jasa dari suatu faktor-faktor produksi
atau yang biasa digunakan dengan indikator produk domestik bruto PDRB. Konsep pembangunan manusia yang diprakarsai oleh UNDP sejak tahun 1990
mengembangkan suatu indikator yang dapat menggambarkan perkembangan pembangunan manusia secara terukur dan representative yang dinamak:an
Indeks Pembangunan Manusia IPM atau Human Development Index HDI.
Ada dua pengertian tentang IPM. Pertama, IPM merupakan suatu alat yang dapat dipergunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan aspek-aspek
yang relevan dengan pelaksanaan otonomi dan pembangunan daerah sebagai indeks komposit yang secara generik terdiri dari tiga komponen utama, yaitu: 1
kawasan pemerintah; 2 perkembangan wilayah, dan 3 kebudayaan masyarakat. Kedua, IPM adalah suatu alat yang dapat dipergunakan untuk
mengukur tingkat keberhasilan pembangunan yang menggunakan paradigma Human Centered Development Kintamani, 2008, hal 424.
IPM menyediakan suatu ukuran komposit dari tiga dimensi pembangunan manusia, yaitu UNDP, 2010:
1. Usia hidup yang panjang dan sehat living a long and healthy life, yang
diukur dengan angka harapan hidup AHH. 2.
Pengetahuan being educated, yang diukur dengan angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah.
3. Standar hidup yang layak decent standard of living, yang diukur dengan
pendapatan per kapita atau kemampuan daya beli purchasing of power parity.
IPM mempunyai nilai antara 0 dan l, di mana semakin mendekati l berarti semakin tinggi level pembangunan manusianya, sebaliknya semakin
mendekati 0 semakin rendah tingkat kualitas penduduknya. Terdapat tiga kategori nilai IPM. yaitu:
a. Pembangunan manusia rendah, nilai IPM 0,499 49,9
b. Pembangunan manusia sedang, nilai IPM 0,500-0,799 50,00 -79,9
c. Pembangunan manusia tinggi, nilai IPM 0,800 80,00
Sutopo 2005 menyebutkan bahwa di Kabupaten Ngawi, pelaksaaan kegiatan PHBM pada tahun 2003 berpengaruh sedang terhadap tingkat
kesejahteraan masyarakat desa hutan. Hal tersebut ditunjukkan dengan menghitung IPM sampel desa hutan sebelum dilaksanakan PHBM tahun 2000
dan sesudah PHBM dilak:sanakan tahun 2003. Karena pada tahun 2003 merupakan awal digulirkannya program PHBM di Kabupaten Ngawi, maka
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui tingkat kesejahteraan masyarakat desa hutan terkini.
2.4.1 lndikator
Indikator adalah ukuran kuantitatif atau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan Kintamani,
2008, hal 424. Indikator merupakan suatu konsep sekaligus ukuran. Sebagai suatu konsep, indikator merupakan suatu besaran kuantitatif mengenai suatu
konsep tertentu yang dapat digunakan untuk mengukur proses dan hasil atau dampak dari suatu instrumen kebijakan di bidang tertentu. Sebagai ukuran
kuantitatif, indikator merupak:an besaran dari suatu konsep atau gejala tertentu sebagai hasil pengolahan dari dua satuan data atau lebih dalam. waktu yang
bersamaan. Secara sederhana, indikator didefinisikan sebagai perbandingan antara dua atau lebih variabel sehingga dapat diinterpretasikan Kintamani,
2008, hal. 425. 2.4.2 lndikator IPM
Secara sederhana IPM adalah alat untuk mengukur pencapaian rata-rata sebuah Negara dalam tiga dimensi dasar pembangunan manusia, yaitu: 1 hidup
yang sehat dan panjang usia yang diukur dengan harapan hidup saat kelahiran, 2 pengetahuan yang diukur dengan angka tingkat baca tulis pada orang dewasa
bobot dua pertiga dan kombinasi pendidikan dasar, menengah, atas atau yang disebut dengan Angka Partisipasi Kasar APK bobot satu pertiga, dan 3
standar kehidupan yang layak: diukur dengan Produk Domestik Bruto PDB per kapita dalam keseimbangan kekuatan beli dalam US dolar Kintamani, 2008,
hal. 425-426.
Berdasarlcan ukuran pencapaian tersebut maka dijabarkan dalam indikator IPM yang digunakan saat ini ada empat: 1 angka harapan hidup
AHH; 2 angka melek huruf AMH, 3 gabungan angka partisipasi kasar APK, dan 4 purchasing parity power PPP yang dilihat pada PDB per kapita.
3 METODE PENELITIAN 3.1
Kerangka Pemikiran
Penelitian ini ditarbelakangi oleh suatu kondisi saling ketergantungan antara hutan dengan masyarakat sekitar. Di satu pihak, kesejahteraan masyarakat
sekitar hutan yang rendah dengan penguasaan aset sumberdaya alam yang lemah, sedangkan di sisi yang lain berhadapan dengan sumberdaya alam berupa
hutan dengan berbagai kondisi yang dikuasai oleh Perhutani. Pada situasi ini, kedua belah pihak berada pada posisi yang berhadap-hadapan dalam
memanfaatkan sumberdaya hutan, sehingga masyarakat desa hutan kurang merasa ikut memiliki arti keberadaan hutan secara bertanggung jawab. Padahal,
jika terjadi bencana, masyarakat desa hutan yang pertama kali merasakan dampaknya karena berdampingan langsung dengan hutan.
Untuk menjembatani situasi tersebut, Perhutani dalam hal ini KPH Ngawi, KPH Saradan dan KPH Lawu Ds pada tahun 2000 melakukan kerjasama
dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Ngawi menerapkan program PHBM yang bertujuan pokok menjaga kelestarian kawasan hutan dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat desa hutan, yang merupakan bagian dari pola pengembangan wilayah.
Untuk pencapaian tujuan penelitian ini, dilakukan dengan beberapa analisis sebagai kerangka pemikiran Gambar 1, yaitu :
1. Menganalisis secara deskripitif analisis deskriptif atas kondisi tingkat
kesejahteraan masyarakat sekitar hutan yang ditunjukkan dari hasil perhitungan IPM masyarakat sekitar hutan.
2. Menganalisis kebijakan pembangunan sektor kehutanan di Kabupaten Ngawi
aspek kelembagaan dengan mengacu pada konsep Institutional Analysis and Development Framework Ostrom, 2005.
3. Merumuskan arah pengembangan sektor kehutanan dikaitkan dengan potensi
wilayah.
Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Kabupaten Ngawi Gambar 2 dengan ruang lingkup pada desa-desa hutan. Kegiatan persiapan, penelitian lapang, analisis
data, serta penyusunan tesis dilaksanakan pada bulan Maret 2013 sampai dengan Mei 2014 berlokasi di Kabupaten Ngawi Propinsi Jawa Timur.
KONDISI MASYARAKAT DESA HUTAN
- Kesejahteraan rendah
- Fenomena rich forest poor
people
TUJUAN POKOK : -
Menjaga kelestarian hutan -
Meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan
Analisis kelembagaan Institutional Analysis and
Development Framework Analisis deskripsi kesejahteraan
masyarakat sekitar hutan pendekatan IPM
Pengelolaan hutan negara dan hutan rakyat
Kondisi Biofisik
Atribut komunitas
Pelaku Situasi
Aksi
Angka Harapan
Hidup Angka
Melek Huruf
AMH Puchasing
Power Charity PPP
Arah Pengembangan Sektor Kehutanan di Kabupaten Ngawi
A’WOT KONDISI KAWASAN
HUTAN -
Potensi dan kondisi sumberdaya hutan