3.7. Teknik Analisis Data
Jenis, sumber, teknik analisis data, dan hasil yang diharapkan pada penelitian ini disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Jenis, Sumber, Teknik, dan Analisis Data
No. Tujuan
Jenis Data Sumber
Data Teknik
Pengambilan Data
Analisis Data Hasil
1. Mendiskripsikan
kondisi kesejahteraan
masyarakat sekitar hutan di
Kabupaten Ngawi Jumlah
kelahiran, jumlah anak
yang masih hidup, angka
melek huruf, rata-rata lama
sekolah, konsumsi
perkapita disesuaikan
Potensi desa, BPS
Kab. Ngawi
Mencatat, mendokume
ntasikan data-data
sekunder dari data
podes Menghitung
IPM, analisis deskripsi
Data yang menunjukk
an IPM di lokasi
penelitian
2. Menganalisis
kelembagaan pembangunan
kehutanan di Kabupaten Ngawi
Hasil wawancara,
kuisioner, peraturan
perundangan, keberadaan
petani hutan LMDH,
perencanaan di tingkat
petani, pengurus,
kegiatan di hutan
Bappeda, DPRD,
Dinas Kehutanan,
Perhutani, LMDH,
akademisi, swasta
Mencatat, mendokume
ntasikan data-data
sekunder Analisis
kelembagaan Gambaran
kondisi tingkat
keberlanjut an
kelembagaa n bidang
kehutanan
3. Merumuskan
arahan pengembangan
pengelolaan hutan di Kabupaten
Ngawi. Hasil
pengolahan data SWOT
Bappeda, DPRD,
Dinas Kehutanan,
Perhutani, LMDH,
akademisi, swasta
Mencatat, mendokume
ntasikan data-data
sekunder Analisis
A’WOT Strategi
pengelolaa n hutan
3.7.1 Analisis Deskripsi
Analisis deskriptif adalah analisis yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi dan bisa menggunakan sampel sebagai
unit analisisnya Sugiyono, 2012.
3.7.2 Analisis Kelembagaan
Analisis kelembagaan pengelolaan hutan dan pengaruhnya terhadap kelestarian hutan dan tingkat kesejahteraan masyarakat dilakukan berdasarkan
kajian kandungan dan isi hasil pengolahan data responden, data-data yang teridentifikasi dari lapang, dokumen tertulis lainnya yang berkaitan, yang
hasilnya disajikan secara deskriptif didukung dengan tabulasi dan grafis Ostrom, 2005. Analisis kelembagaan dan kerangka pembangunan yang
dilakukan mengacu pada Institutional Analysis and Development Framework Ostrom, 2005 yang ditunjukkan pada Gambar 3.
Partisipasi sukarela, khususnya dari petani, dapat terwujud karena adanya pemahaman umum bahwa hubungan kelembagaan adalah sesuai dan
memberikan hasil memadai bagi para pelakunya Ostrom, 2005. Artinya kemitraan harus menjamin bahwa petani diuntungkan dan tidak ada pihak yang
dirugikan sehingga kemitraan kerjasama layak untuk dilakukan secara berkelanjutan.
Kriteria yang digunakan adalah kelestarian hutan dan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan. Keberlanjutan kelembagaan dievaluasi berdasarkan
manfaat yang diterima para pelaku Ostrom, 2005 dan akan terwujud jika mampu memberikan masukan yang positif bagi pelakunya. Selanjutnya pelaku
bersedia berkontribusi kembali dengan sebagian manfaat yang diterimanya untuk membangun dan mengelola sumberdaya hutan secara berkelanjutan.
Gambar 3. Analisis Kelembagaan dan Kerangka Pembangunan Kondisi biofisik berisi tentang kondisi atau keadaan dari objek yang
menjadi sasaran penelitian dalam hal ini kondisi fisik sumberdaya hutan yang diperoleh datanya dari studi literatur dan pengamatan langsung di lapangan.
Atribut komunitas adalah elemen-elemen yang berinteraksi langsung dan berada di sekitar wilayah biofisik seperti desa, petani hutan, kelompok tani hutan dan
lain sebagainya.Aturan main merupakan peraturan perundangan yang diberlakukan baik pada tingkat pusat maupun daerah.
Arena aksi dan pelaku merupakan wilayah yang menggambarkan siapa berperan apa. Di sini akan ditunjukkan kewenangan yang dimiliki oleh masing-
masing stakeholder, bagaimana dan seberapa jauh dia berperan. Aspek-aspek tersebut kemudian dianalisis bagaimana interaksinya,
manfaat apa yang diperoleh, kontribusi apa yang diberikan para pelaku, dan
- Kondisi
biofisik -
Atribut -
Komunitas -
Aturan main -
Arena -
Situasi aksi
- pelaku
Interaksi -
Kelestarian hutan -
Kesejahteraan masyarakat
keberlanjutan