Gambar 5 Peta Sebaran Kecamatan di Kabupaten Ngawi Kabupaten Ngawi secara astronomis terletak pada posisi 7
21 - 7 31
Lintang Selatan dan 111 07 - 111
40 Bujur Timur dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
- Sebelah Utara
: Kabupaten Blora, Kabupaten Grobogan Propinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Bojonegoro Propinsi
Jawa Timur -
Sebelah Barat : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sragen
Propinsi Jawa Tengah -
Sebelah Selatan : Kabupaten Magetan dan Kabupaten Madiun Propinsi
Jawa Timur -
Sebelah Timur : Kabupaten Madiun Propinsi Jawa Timur
Penggunaan tanah di Kabupaten Ngawi disajikan pada Tabel 6 dan secara garis besar tutupan lahannya sebagaimana Gambar 6.
Tabel 6. Penggunaan Tanah di Kabupaten Ngawi
No Penggunaan
Luas ha Persentase
1. Lahan persawahan
57.911,19 44.69
2. Lahan perkebunan
1.551,04 1.20
3. Lahan tegalan
8.165,81 6.30
4. Lahan perkarangan
13.486,55 10.41
5. Lahan hutan Negara
45.428,60 35.05
6. Waduk, bendungan dan lain-lain
3.054,81 2.36
Jumlah 129.595,00
100.00
Sumber: BPS Kabupaten Ngawi 2013
Berdasarkan potensi sumberdaya hutannya, dari luas wilayah administrasi Kabupaten Ngawi 129.598,89 ha, seluas 45.428,60 ha 35
merupakan kawasan hutan negara yang tersebar di tiga wilayah pengelolaan Perhutani, yaitu Kesatuan Pemangkuan Hutan KPH Ngawi seluas 34.921,30
ha, KPH Saradan seluas 5.198,90 ha, dan KPH Lawu Ds seluas 5.308,40 ha, yang berstatus Kawasan Hutan Produksi Gambar 7 dan Kawasan Hutan
Lindung Gambar 8. Gambar 6 Peta Penggunaan Lahan di Kabupaten Ngawi
Gambar 7. Peta Kawasan Hutan Produksi di Kabupaten Ngawi
Gambar 8 Peta Kawasan Hutan Lindung di Kabupaten Ngawi
4.1.2 Kondisi Topografi
Kondisi topografi wilayah cukup bervariasi yaitu datar, bergelombang, berbukit dan pegunungan tinggi dengan ketinggian 40 - 3.031 meter dari atas
permukaan laut. Adapun mengenai persebarannya, kondisi topografinya adalah: Bagian Tengah adalah daerah dataran yang merupakan lahan pertanian subur
Bagian Selatan merupakan daerah perbukitan dan pegunungan yang membujur dari Timur ke Barat, meliputi wilayah Kecamatan Kendal,
Kecamatan Jogorogo, Kecamatan Ngrambe dan Kecamatan Sine yang berada di lereng Gunung Lawu.
Bagian Utara, membujur dari Timur ke Barat merupakan deretan pegunungan Kendeng yang kurang subur terdiri dari batuan kapur yang
dipertegas dengan Bengawan Solo sebagai pembatasnya. Struktur tanah di wilayah Kabupaten Ngawi bervariasi dan tersebar di
beberapa bagian wilayah, didominasi oleh struktur Grumusol dan Mediteran, sedangkan luas dan struktur tanah di Kabupaten Ngawi disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7 Luas dan Struktur Tanah di Kabupaten Ngawi No
Penggunaan Luas ha
Persentase 1.
Aluvial 12.025
9,28 2.
Grumusol 55.749
43,02 3.
Mediteran 25.612
19,76 4.
Mediteran dan Regosol 1.950
1,50 5.
Mediteran dan Grumusol 2.940
2,27 6.
Mediteran dan Litosol 21.487
16,58 7.
Latosol dan Litosol 810
0,63 8.
Andosol dan Litosol 3.025
2,33 9.
Litosol 6.000
4,63 Jumlah
129.598 100,00
Sumber: BPS Kabupaten Ngawi 2013 Tanah Grumusol terdapat di dataran rendah sebelah Selatan Bengawan
Solo dan sebelah Timur - Barat Sungai Madiun. Tanah Mediteran, Litosol dan Andosol di kawasan kaki Gunung Kendeng dan tanah Litosol di sepanjang
perbukitan pegunungan Kendeng serta tanah Aluvial di sepanjang tepi Sungai Madiun dan Bengawan Solo.
4.1.3. Kondisi Hidrologis
Kawasan Kabupaten Ngawi termasuk dalarn derah aliran sungai DAS Solo dan Madiun yang bertemu di Kota Ngawi, dimana di dalarnnya terdapat
sistem sungai yaitu: Sungai Banger, Sawur, Sidolaju, Alas Tuwo, Batu Bunder, Kenteng, Klampok dan Ketonggo. Berdasarkan DAS Solo, secara garis besar
wilayah Kabupaten Ngawi terbagi menjadi kecamatan wilayah Utara dan Selatan, yaitu:
Utara Bengawan Solo : Karanganyar dan Pitu
Selatan Bengawan Solo : Sine, Ngrambe, Jogorogo, Kendal, Gerih, Geneng, Kwadungan, Pangkur, Padas, Karangjati, Bringin,
Wilayah Selatan sebagian besar lahannya mendapatkan pengairan dari Sungai Bengawan Solo sehingga berpotensi sebagai sumber penghasil bahan
pangan. Sedangkan wilayah Utara sebagian besar lahannya merupakan lahan tadah hujan, tanahnya berkapur dan lahan tegalan sehingga sangat sesuai untuk
pemanfaatan dan pengembangan tanaman keras didominasi hutan jati, baik pada hutan Negara maupun hutan rakyat. Oleh karena itu, di daerah Utara
sektor pertanian didukung dengan adanya tiga waduk yaitu Waduk Pondok, Sangiran dan Kedung Bendo.
4.1.4. Klimatologi
Keadaan iklim di Kabupaten Ngawi adalah tropis dan bertemperatur sedang. Ditinjau dari keadaan curah hujannya, Kabupaten Ngawi termasuk
daerah beriklim kering dengan curah hujan rata-rata di bawah 3.000 mmtahun yaitu kurang lebih 1.600 mmtahun dan mempunyai rata-rata hari hujan
sebanyak 159 haritahun.
Curah hujan yang rendah menjadikan Kabupaten Ngawi sering mengalami kesulitan pengairan terutama pada lahan sawah saat musim kemarau
tiba, sehingga petani harus menggunakan mesin diesel untuk mengambil air bawah tanah.
4.2. Kondisi Demografi
Penduduk sebagai salah satu sumber daya pembangunan memegang peranan penting dalam pembangunan yaitu sebagai subjek sekaligus sebagai
objek pembangunan. Jumlah penduduk Kabupaten Ngawi sampai dengan akhir tahun 2011 sebanyak 911.911 jiwa, terdiri dari 448.424 penduduk laki-laki dan
463.487 penduduk perempuan dengan sex ratio sebesar 96 yang berarti bahwa setiap 100 penduduk perempuan terdapat 96 penduduk laki-laki Tabel 8.
Kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar adalah Paron yaitu sebanyak 88.510 jiwa, sedangkan kecamatan dengan jumlah penduduk terkecil adalah
Kasreman yaitu 24.545 jiwa.
Tabel 8 Penduduk Akhir Tahun Menurut Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin No.
Kecamatan Laki-laki
Perempuan Jumlah
Rasio jenis kelamin
1. Sine
23.176 26.204
49.380 88,44
2. Ngrambe
21.936 22.171
44.107 98,94
3. Jagorogo
24.098 24.489
48.587 98,40
4. Kendal
28.813 29.200
58.013 98,67
5. Geneng
27.876 28.238
56.114 98,72
6. Gerih
18.294 19.358
37.652 94,50
7. Kwadungan
14.180 14.528
28.708 97,60
8. Pangkur
14.243 14.829
29.072 96,05
9. Karangjati
23.239 25.181
48.420 92,29
10. Bringin
15.978 16.458
32.436 97,08
Tabel 8 Lanjutan No.
Kecamatan Laki-laki
Perempuan Jumlah
Rasio jenis kelamin
11. Padas
17.152 17.308
34.460 99,10
12. Kasreman
12.228 12.257
24.545 100,25
13. Ngawi
42.030 42.550
84.580 98,78
14. Paron
43.626 44.884
88.510 97,20
15. Kedunggalar
36.731 37.070
73.801 99,09
16. Pitu
14.082 14.215
28.297 99,06
17. Widodaren
34.860 36.648
71.508 95,12
18. Mantingan
19.877 22.042
41.919 95,18
19. Karanganyar
15.945 15.857
31.802 100,55
Jumlah 448.424
463.487 911.911
96,75 Tahun 2010
439.536 455.139
894.675 96,57
Tahun 2009 438.223
453.828 829.051
96,99 Tahun 2008
437.808 451.416
889.224 96,99
Tahun 2007 431.354
450.867 882.221
95,67 Sumber : BPS Kabupaten Ngawi 2013
5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1
Kondisi Kesejahteraan Masyarakat Desa Hutan di Kabupaten Ngawi 5.1.1
Potret Sektor Kehutanan di Kabupaten Ngawi
Dari luas wilayah administrasi Kabupaten Ngawi 129.598,89 ha, sebanyak 45.177 ha merupakan kawasan hutan Negara. Hal ini berarti 35 dari
total luas wilayah Kabupaten Ngawi merupakan kawasan hutan Negara, yang tersebar di tiga wilayah pengelolaan Perhutani yaitu KPH Ngawi seluas 34.832,6
ha, KPH Saradan seluas 5.036 ha, dan KPH Lawu Ds seluas 5.308,4 ha Statistik Perum Perhutani 2011. Kawasan hutan Negara di Kabupaten Ngawi terbagi
dalam dua Kelas Perusahaan KP yaitu KP Jati yang terletak di wilayah KPH Ngawi dan KPH Saradan, dan KP Pinus yang terletak di wilayah KPH Lawu Ds.
Selain didominasi jenis tanaman jati dan tanaman pinus, di tiap-tiap KPH juga terdapat jenis-jenis lain seperti sono, mahoni, akasia, gmelina dan beberapa jenis
lain meskipun jumlahnya tidak banyak.
Pengelolaan hutan di Kabupaten Ngawi sebagaimana hutan jati di Jawa sudah berjalan dalam waktu yang sangat lama. Sejak jaman pemerintahan
Kolonial Belanda, Kabupaten Ngawi telah terkenal dengan produksi kayu jatinya yang melimpah dan bermutu tinggi. Letaknya yang strategis di sepanjang
Bengawan Solo, membuat akses dari wilayah hutan Ngawi untuk mengangkut kayu ke pelabuhan Gresik cukup mudah. Dengan potensi hutannya yang
melimpah, daerah hutan Ngawi termasuk salah satu daerah hutan jati terbesar di Jawa Timur bersama daerah hutan Saradan, Madiun dan Bojonegoro.
Seiring dengan perkembangan waktu, dan semakin kompleksnya permasalahan sosial ekonomi masyarakat, potensi sumberdaya hutan di
Kabupaten Ngawi juga semakin turun. Sebagai gambaran untuk mengetahui tingginya tingkat kerusakan hutan di Kabupaten Ngawi, pada Tabel 9
ditampilkan data struktur kelas hutan KPH Ngawi mulai dari jangka Rencana Pengelolaan Kelestarian Hutan RPKH tahun 1979 -1988 sampai dengan tahun
2004-2008.