Metode Pengolahan Data Analisis Kelembagaan dan Arahan Pengembangan Pengelolaan Hutan di Kabupaten Ngawi

3.7.2 Analisis Kelembagaan

Analisis kelembagaan pengelolaan hutan dan pengaruhnya terhadap kelestarian hutan dan tingkat kesejahteraan masyarakat dilakukan berdasarkan kajian kandungan dan isi hasil pengolahan data responden, data-data yang teridentifikasi dari lapang, dokumen tertulis lainnya yang berkaitan, yang hasilnya disajikan secara deskriptif didukung dengan tabulasi dan grafis Ostrom, 2005. Analisis kelembagaan dan kerangka pembangunan yang dilakukan mengacu pada Institutional Analysis and Development Framework Ostrom, 2005 yang ditunjukkan pada Gambar 3. Partisipasi sukarela, khususnya dari petani, dapat terwujud karena adanya pemahaman umum bahwa hubungan kelembagaan adalah sesuai dan memberikan hasil memadai bagi para pelakunya Ostrom, 2005. Artinya kemitraan harus menjamin bahwa petani diuntungkan dan tidak ada pihak yang dirugikan sehingga kemitraan kerjasama layak untuk dilakukan secara berkelanjutan. Kriteria yang digunakan adalah kelestarian hutan dan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan. Keberlanjutan kelembagaan dievaluasi berdasarkan manfaat yang diterima para pelaku Ostrom, 2005 dan akan terwujud jika mampu memberikan masukan yang positif bagi pelakunya. Selanjutnya pelaku bersedia berkontribusi kembali dengan sebagian manfaat yang diterimanya untuk membangun dan mengelola sumberdaya hutan secara berkelanjutan. Gambar 3. Analisis Kelembagaan dan Kerangka Pembangunan Kondisi biofisik berisi tentang kondisi atau keadaan dari objek yang menjadi sasaran penelitian dalam hal ini kondisi fisik sumberdaya hutan yang diperoleh datanya dari studi literatur dan pengamatan langsung di lapangan. Atribut komunitas adalah elemen-elemen yang berinteraksi langsung dan berada di sekitar wilayah biofisik seperti desa, petani hutan, kelompok tani hutan dan lain sebagainya.Aturan main merupakan peraturan perundangan yang diberlakukan baik pada tingkat pusat maupun daerah. Arena aksi dan pelaku merupakan wilayah yang menggambarkan siapa berperan apa. Di sini akan ditunjukkan kewenangan yang dimiliki oleh masing- masing stakeholder, bagaimana dan seberapa jauh dia berperan. Aspek-aspek tersebut kemudian dianalisis bagaimana interaksinya, manfaat apa yang diperoleh, kontribusi apa yang diberikan para pelaku, dan - Kondisi biofisik - Atribut - Komunitas - Aturan main - Arena - Situasi aksi - pelaku Interaksi - Kelestarian hutan - Kesejahteraan masyarakat keberlanjutan sebagainya, sehingga menuju pada situasi yang menunjukkan bagaimana tingkat keberlanjutan kelembagaan tersebut.

3.7.3 Analisis AWOT

Arahan pengembangan pembangunan sektor kehutanan dilakukan melalui pendekatan analisis AWOT yang merupakan kombinasi dari metode AHP Analytical Hierarchy Process dan SWOT Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats yang lazim digunakan dalam menyusun strategi kebijakan. AHP berfungsi untuk memberikan bobot atau skor terhadap komponen-komponen SWOT. Metode AWOT yang diterapkan dalam penelitian ini untuk menentukan pembobotan dalam analisis SWOT. Tujuannya adalah untuk mengurangi subjektifitas penilaian terhadap faktor-faktor internal dan eksternal, baik menyangkut kekuatan, kelemahan, peluang maupun ancaman. Pelaksanaan analisis AWOT diawali dengan pengumpulan data kuesioner melalui survei atau wawancara kuesioner pendahuluan. Kemudian data yang diperoleh terkait kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dikerucutkan dan dijadikan bahan untuk mendapatkan bobot dan rating msaing- masing faktor SWOT, dimana bobot didapat dari AHP. Selanjutnya dilakukan analisis faktor strategi internal Internal Factor Analysis Strategy, IFAS dan analisis faktor strategi eksternal External Factor Analysis Strategy, EFAS, analisis Mariks Space dan tahap pengambilan keputusan dengan SWOT. Metode analisis AWOT telah diterapkan dalam beberapa penelitian. Leskinen et al. 2006 menerapkan metode AWOT untuk menganalisis perencanaan strategi dari balai penelitian hutan di Finlandia dalam rangka mengantisipasi perubahan lingkungan di seluruh hutan dan organisasi itu sendiri. Osuna dan Aranda 2007 melakukan kombinasi AHP dan SWOT untuk evaluasi akhir dari strategi dalam rencana pengembangan sebuah institusi yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan. Metode AWOT yang diterapkan dalam penelitian ini menggunakan AHP untuk melakukan pembobotan dalam analisis SWOT. Tujuannya adalah untuk mengurangi subyektifitas penilaian terhadap faktor-faktor internal dan eksternal baik menyangkut kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman SW0T dalam pengambilan suatu keputusan strategi. Pelaksanaan analisis AWOT melalui beberapa tahapan analisis, diawali dengan pengumpulan data dan melalui survei dan wawancara kuesioner pertama. Data yang didapat dikerucutkan dari semua jawaban responden, baik data internal kekuatan dan kelemahan maupun data eksternal peluang dan ancaman. Data internal dan eksternal yang diperoleh, dijadikan bahan untuk kuesioner kedua, yaitu untuk mendapatkan bobot dan rating masing-masing skor SWOT, dimana bobot didapat dari AHP. 3.7.4 AHP Analytical Hierarchy Process Metode AHP dikembangkan oleh Saaty 1991 yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang kompleks atau tidak berkerangka dimana data dan informasi statistik dari masalah yang dihadapi sangat sedikit. AHP umumnya digunakan dengan tujuan untuk menyusun prioritas dari berbagai alternatifpilihan yang ada dan pilihan-pilihan tersebut bersifat kompleks atau