Tujuan Penelitian Analisis Kelembagaan dan Arahan Pengembangan Pengelolaan Hutan di Kabupaten Ngawi
Kegiatan produksi terutama ditujukan untuk ekspor yang akhirnya akan meningkatkan pendapatan lokal. Selanjutnya ini akan menarik kegiatan lain
untuk datang ke wilayah tersebut. Contoh dari strategi ini adalah strategi pengembangan
eksploitasi sumberdaya
alam melalui
penambangan, pembalakan, kegiatan teknis kehutanan dan lain-lain.
Keunggulan dari strategi ini adalah prosesnya cepat sehingga efek yang ditimbulkan cepat terlihat. Beberapa permasalahan yang sering muncul dari
digunakanya strategi ini adalah : pertama, timbulnya enclave karena keterbatasan kapasitas pengetahuan, keahlian, dan kompetensi penduduk lokal
sehingga seringkali hanya masyarakat tertentu dengan jumlah yang terbatas atau pendatang dari luar kawasan saja yang menikmatinya. Kedua, sangat peka
terhadap perubahan-perubahan ekonomi di luar wilayah faktor eksternal. 2.1.3 Pembangunan Kehutanan Subsistem dari Pembangunan Wilayah
Pembangunan kehutanan merupakan bagian dari pembangunan nasional dan merupakan subsistem dari pembangunan wilayah dengan tujuan
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat terutama masyarakat desa hutan Sutopo, 2005. Oleh karena itu pembangunan
kehutanan harus menempatkan masyarakat sebagai subjek sekaligus objek dalam pembangunan kehutanan karena baik pemerintah maupun rakyat mempunyai
persamaan hak dan kewajiban dalam memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup.
Pada hakekatnya, pembangunan harus mencenninkan perubahan total suatu masyarakat atau penyesuaian sistem sosial secara keseluruhan tanpa
mengabaikan keragaman kebuthan dsar dan keinginan individual maupun kelompok-kelompok sosial yang ada di dalamnya untuk bergerak maju menuju
suatu kondisi kehidupan yang serba lebih baik secara material maupun spiritual Rustiadi et al.,2011. Tujuan dari pengembangan wilayah adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di masa yang akan datang melalui proses: 1 Peningkatan laju pertumbuhan wilayah, 2 Pemerataan
pembangunan dan meminimalisir kesenjangan wilayah, golongan masyarakat dan sektor pembangunan, 3 Pengembangan pelaksanaan pembangunan yang
berkelanjutan Sutopo, 2005.
Berdasarkan uraian di atas, pembangunan sektor kehutanan dapat dimaknai sebagai suatu kegiatan berbasis sumberdaya hutan dalam kesatuan
ruang tertentu dengan keterlibatan pihak-pihak yang saling berinteraksi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat desa hutan di
masa sekarang dan masa yang akan datang. 2.2 Pengelolaan Hutan Lestari
Secara tradisional, kehutanan atau pengelolaan didefinisikan sebagai aplikasi teknis pengusahaan hutan dan prinsip-prinsip teknik kehutanan untuk
mengoperasikan sifat-sifat hutan Davis, 1966 dalam Simon, 2006. Definisi tersebut menggambarkan proses yang terdapat dalam pengelolaan hutan yang
mencakup aspek teknis dan bisnis, sedangkan tujuan dari pengelolaan hutan masih belum nampak.
Dalam perkembangannya, pengelolaan hutan dibedakan menjadi strategi kehutanan konvensional dan kehutanan sosial Simon, 2010. Strategi kehutanan
kovensional terdiri dari penambangan kayu yang sudah bergantung pada kondisi hutan alam dan sudah banyak ditinggalkan dan beralih menuju pengelolaan
hutan tanaman. Pengelolaan hutan tanaman mensyaratkan azas kelestarian hasil hutan Sustained yield principle, yaitu terpenuhinya batas kawasan yang jelas
dan diakui semua pihak, pemanenan yang tidak overcutting dan keberhasilan sistem silvikultur dalam permudaan hutan kembali. Dalam pengelolaan hutan
tanaman terdapat lima macam kegiatan, yaitu: pembangunan atau penanaman hutan forest establishment, pemeliharaan dan peningkatan kualitas tanaman
forest culture, pemanenan forest harvesting, pengolahan hasil hutan processing dan pemasaran hasil hutan marketing Simon, 2010. Strategi
kehutanan sosial mempunyai pendekatan pengelolaan dari aspek sumber daya hutan dan ekosistem sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dengan
sistem pembangunan wilayah Simon, 2010.
Dewasa ini perubahan nilai sosial ekonomi, sikap masyarakat dan proses kebijakan kehutanan intemasional telah mempengaruhi tujuan, pendekatan dan
pengambilan keputusan tentang bagaimana mengelola sumber daya hutan dengan prinsip pengelolaan hutan lestari sustainable forest management yang
dimensinya lebih luas dari aspek teknis dan bisnis Cubbage et al., 2006; Wang dan Wilson., 2007. Namun demikian, pengelolaan hutan lestari telah disepakati
mencakup dimensi pengelolaan hutan yang dapat diterima secara sosial ramah lingkungan, dan efisien secara ekonomi. Dalam konteks ini, pengelolaan hutan
harus mampu memadukan antara kesehatan ekosistem hutan dengan kehidupan masyarakat, dan perubahan dari berorientasi kayu menuju spektrum hutan yang
lebih luas yang mampu menghasilkan non kayu dan jasa lingkungan Wang dan Wilson, 2007. Pendapat ini sangat penting dalam mendasari perubahan cara
pandang konvensional bahwa hutan sebagai sistem yang terpisah menjadi bagian dari sub-sistem yang lebih luas.
Dalam konteks kehutanan sosial, pegelolaan hutan merupakan bagian dari sistem pembangunan wilayah yang bertujuan untuk ikut meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, dengan cara menyesuaikan pola pengelolaan hutan agar dapat ikut memecahkan masalah pembangunan wilayah, antara lain
kemiskinan, pengangguran, dan kerawanan pangan, namun tetap harus memaksimalkan produktifitas kayu dan perlindungan lingkungan hidup Simon,
2006. Tujuan pembangunan wilayah tersebut pada hakikatnya juga merupakan tujuan pembangunan ekonomi, yaitu untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat
dengan indikator yang lazim digunakan adalah pendapatan per kapita, kesempatan kerja, distribusi pendapatan, stabilitas, laju inflasi dan sebagainya
Soedarsono, 1981, dalam Simon, 2004. Jika dikaitkan dengan tujuan MDGS dan IPM, maka tujuan pembangunan kehutanan harus ikut mendukung
peningkatan kualitas pembangunan manusia yang mencakup kemampuan masyarakat untuk hidup sehat, mempunyai pengetahuan, dan mempunyai daya
beli yang memenuhi standar hidup layak. Resep baru ini membutuhkan perubahan dalam cara berpikir rimbawan, yaitu petugas kehutanan hams mampu
berlaku sebagai pamong atau petugas kemakmuran rakyat dalam rangka