10 Faktor emisi yag digunakan berdasarkan dari bahan bakar yang digunakan pada industri yang
bersangkutan, nilai yang digunakan merupakan nilai-nilai konstanta yang telah ditentukan default oleh IPCC Tabel 2.
Tabel 2. Faktor emisi pembakaran bahan bakar
Produk Faktor Emisi CO
2
kgTJ Nilai Kalor Bersih
Bensin 69.300
9.766 kkalL Solar
74.100 9.063 kkalL
Batu Bara 94.600
4.800 kkalkg LPG
63.100 11.220 kkalkg
IDO 74.100
9.270 kkalL Kayu Bakar
112.000 4.302 kkalkg
Limbah Industri 143.000
- Sumber : IPCC 2006
Perhitungan emisi yang dihasilkan dari pabrik gula memiliki faktor emisi yang berbeda dengan faktor emisi dari hasil pembakaran minyak bumi. Pabrik gula memakai bahan bakar berupa ampas tebu
bagasse yang tidak tercantum pada IPCC 2006. Tabel 3 menunjukkan emisi faktor yang berlaku untuk pabrik gula dengan bahan baku ampas tebu.
Tabel 3. Faktor emisi untuk pabrik gula dengan bahan bakar ampas tebu
Nomor ID Tipe data
Nilai Satuan
GWP
CH4
Potensi pemanasan global 21
Faktor CH
4
Faktor emisi rata-rata pembakaran biomassa i
0,03 tTJ
EF
CH4
Faktor emisi metan pembakaran biomassa i
0,0000411 tCH
4
GJ Efy
Faktor emisi CO
2
0,485 tCO
2
eMWh EF
AOM y
Rata-rata nilai faktor emisi CO
2
untuk setiap kenaikan 0,194
tCO
2
eMWh Sumber : UNFCCC 2006
a. Penurunan Emisi
Emisi CO
2
semakin menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun, sehingga perlu adanya strategi dalam mengurangi emisinya. Salah satu strateginya adalah mengganti energi dengan energi
terbarukan renewable energi. Energi terbarukan merupakan salah satu cara untuk memperkecil tingkat emisi CO
2
dengan cara mengganti energi yang berasal dari bahan bakar fosil menjadi energi yang berasal dari sumber lain, seperti angin, air, nuklir, biomassa, dan biobriket Fiantisca 2002.
Penurunan emisi dapat dilakukan dengan menginventarisasi emisi karbon yang dihasilkan suatu perusahaan. Metode tersebut digunakan untuk mengestimasikan emisi karbon yang dapat
diturunkan industri. Greenhouse Gas Inventory merupakan metode pendekatan yang digunakan dalam proses penurunan emisi gas rumah kaca Putt del Pino dan Bhatia 2006. Ada beberapa hal yang dapat
11 dilakukan untuk mengurangi konsentrasi CO
2
dari atmosfer, yaitu mengurangi produksi CO
2
dengan dua cara berupa mengganti bahan bakar fosil dengan energi terbarukan dan mereboisasi hutan, serta
menghilangkan sebagian CO
2
dari atmosfer dengan teknologi terbarukan Newman 1993. Wardhana 2004 menyatakan emisi gas rumah kaca dari sektor industri dapat ditanggulangi
atau dikurangi secara teknis dengan cara mengganti sumber energi yang digunakan, yaitu mengganti bahan bakar fosil dengan bahan bakar LNG Liquid Natural Gases yang akan menghasilkan gas
buang yang lebih bersih. Fiantisca 2002 juga menyatakan bahwa cara mereduksi emisi CO
2
dari industri adalah dengan menggunakan bahan bakar bio, peralatan hemat energi, reboisasi, mengurangi
penggunaan mesin produksi berumur tua, dan meminimalkan penggunaan material yang tidak ramah lingkungan.
Sumber-sumber metana mencangkup lahan persawahan, limbah pertanian, peternakan sapi, industri minyak dan gas, serta tempat-tempat pembuangan sampah TPA. Besarnya efek rumah kaca
gas metana, maka usaha-usaha penanggulangannya seharusnya diarahkan kepada pengendalian sumber-sumber emisi metana tersebut Suprihatin et al. 2008. Dekomposisi limbah, khususnya zat
organik dalam kondisi anaerobik dapat mengakibatkan produksi gas bio. Teknik dekomposisi dengan menggunakan biodigester yang menghasilkan biogas. Pada dasarnya limbah cair yang dibiarkan
begitu saja dalam beberapa waktu pada media biodigester membentuk gas metan yang dapat dimanfaatkan sebagai biogas. Pembuatan biogas mengurangi pencemaran lingkungan akibat bau dari
limbah yang terkumpul. Dengan proses fermentasi biodigester, bau tak sedap dapat dihilangkan dan terbentuk gas metan yang bermanfaat. Gas yang dihasilkan dapat mencukupi kebutuhan bahan bakar.
Biogas dapat dibakar seperti elpiji, dalam skala besar biogas dapat digunakan sebagai pembangkit energi listrik, sehingga dapat dijadikan sumber energi alternatif yang ramah lingkungan.
Manfaat energi biogas adalah sebagai pengganti bahan bakar khususnya minyak tanah dan dipergunakan untuk memasak Andi dan Widyawati 2008. Pada Tabel 4 ditunjukkan kesetaraan 1 m
3
biogas dengan sumber energi lain. Tabel 4. Kesetaraan 1 m
3
biogas dengan sumber energi lain.
Sumber Energi Kesetaraan
1 m
3
biogas
Elpiji 0,46 kg
Minyak Tanah 0,62 liter
Minyak Solar 0,52 liter
Bensin 0,80 liter
Gas Kota 1,50 m
3
Kayu Bakar 3,50 kg
Sumber : Andi dan Widyawati 2008 Limbah padat yang dihasilkan pabrik gula mempunyai volume yang cukup besar setiap
harinya. Selama ini pabrik membuang limbahnya dengan cara penumpukan open dumping. Penumpukan ini berpotensi mencemari lingkungan karena dengan penumpukan blotong tersebut emisi
dinitrogen oksida dapat yang dihasilkan. Pabrik menyediakan sejumlah lahan besar kemudian digunakan sebagai tempat pembuangan limbah padat tersebut. Oleh masyarakat limbah blotong yang
dibuang tersebut diambil secara cuma-cuma. Namun pengambilan tersebut tidak secara signifikan dapat mengurangi jumlah blotong di lahan pembuangan. Blotong ini masih mengandung sejumlah
bahan organik yang masih dapat dimanfaatkan. Penurunan emisi gas dinitrogen oksida dari
12 penumpukan blotong di lahan dapat dilakukan dengan cara membuat pupuk organik dari limbah
blotong melalui proses pengomposan. Kompos adalah bentuk dari bahan-bahan organik setelah mengalami pembusukan atau disebut pula dekomposisi. Pembusukan ini dapat berlangsung secara
aerobik maupun anaerobik dengan kelebihan dan kekurangannya. Selama proses pengomposan volume menyusut menjadi 13 bagian dari volume awal Syafrudin dan Astuti 2007.
G. STRATEGI PENURUNAN EMISI GRK