KESIMPULAN SARAN KESIMPULAN DAN SARAN

51

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

PG Subang merupakan salah satu industri yang ikut serta dalam menghasilkan emisi GRK berupa CO 2 , CH 4 dan N 2 O dari proses produksi yang dilakukan. PG Subang adalah industri yang bergerak di bidang agroindustri dengan bahan baku tebu berkapasitas 3.000 ton tebu per hari. Sumber emisi PG Subang berasal dari penggunaan bahan bakar pada boiler, solar, LPG, pengolahan limbah padat dan limbah cair. Potensi emisi CO 2 berasal dari penggunaan bahan bakar pada boiler, bahan bakar LPG dan solar, dan N 2 O berasal dari pengolahan limbah padat blotong. Penggunaan energi berupa bahan bakar boiler, LPG dan solar masing-masing menghasilkan emisi CO 2. Total emisi CO 2 sebesar 105.189,14 tCO 2 setara berasal dari emisi bahan bakar boiler sebesar 101.927,57 tCO 2 , emisi penggunaan solar 2855,45 tCO 2 , emisi LPG 2,51 tCO 2 , dan emisi dari pengolahan limbah padat 403,62 tCO 2 setara. Dari keseluruhan emisi yang dihasilkan maka dapat disimpulkan bahwa emisi terbesar adalah emisi yang dihasilkan oleh penggunaan bahan bakar boiler yang merupakan gas buang dari cerobong asap pabrik. Emisi terbesar kedua adalah penggunaan bahan bakar solar. Jika dianalisis lebih dalam, penggunaan bahan bakar biomassa berupa ampas yang dilakukan PG Subang dinilai lebih ramah lingkungan dibanding industri lain yang menggunakan bahan bakar fosil. Dilihat dari sumber emisi berdasarkan bergerak atau tidaknya, maka dapat disimpulkan bahwa sumber emisi tidak bergerak yang berasal dari emisi cerobong asap, pengolahan limbah padat dan limbah cair PG Subang lebih tinggi dengan presentase 97 sementara sumber emisi bergerak yang berasal dari emisi transportasi hanya 3 . Total emisi GRK yang dihasilkan adalah 4,54 tCO 2 setara ton produk SHS. Peluang pertama yang disarankan berupa penurunan penggunaan bahan bakar IDO sebesar 50 dengan penurunan emisi CO 2 sebesar 250 ton dari penurunan bahan bakar fosil. Digunakannya bahan bakar bagas secara optimum menyebabkan emisi yang dihasilkan bersifat lebih ramah lingkungan dibanding emisi yang dikeluarkan oleh bahan bakar fosil karena dapat diserap kembali oleh tanaman yang sedang tumbuh. Penggunaan peluang ini dapat menurunkan 0,02 tCO 2 ton produk. Peluang kedua adalah pemanfaatan blotong menjadi pupuk kompos dengan penurunan emisi sebesar 134,54 ton CO 2 setara. Pemanfaatan blotong ini juga dapat meningkatkan kandungan hara tanah dan memberikan kesuburan bagi tanah. Penerapan peluang kedua dapat menurunkan emisi sebesar 0,02 tCO 2 ton produk. Jika dilihat berdasarkan presentase, maka penggunaan bahan bakar ampas memiliki presentase 79 dan pemanfaatan blotong sebagai pupuk kompos 21 . Kedua peluang tersebut dapat diterapkan oleh pihak PG Subang tanpa adanya kerugian yang ditimbulkan.

B. SARAN

Monitoring terhadap sumber-sumber penghasil emisi gas rumah kaca perlu dilakukan agar pihak industri dapat mengetahui prakiraan emisi yang dihasilkan. Pihak industri dapat melakukan upaya penurunan jumlah emisi gas rumah kaca melalui penerapan peluang yang telah diberikan guna mengurangi beban pencemar di lingkungan kerja. Penerapan peluang lainnya perlu dikaji lebih dalam seperti efisiensi penggunaan uap dan mesin peralatan agar penurunan emisi dapat berkurang lebih banyak. 52 DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2009. Pencemaran Udara. http:hend-learning.blogspot.com200904pencemaran- udara.html [4 Juni 2012]. Andi F. A. dan Widyawati L. 2008. Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca melalui Proses Dekomposisi Limbah Pertanian pada Media Digester dan Penggunaan Pupuk Organik. Jurnal Bionature Vol 9 1: 61-70. ISSN: 1411-4720. Agastirani G. 2011. Kajian Pengaruh Aerasi dan Konsentrasi Sludge Terhadap Laju Penurunan CN pada Proses Co-Composting Blotong dan Sludge Industri Gula. [Skripsi]. Bogor : Jurusan Teknologi Industri Pertanian-FATETA, IPB. AZoCleantech. 2007. Menghitung Emisi Karbon dari Bahan Bakar dan Konsumsi Power. Artikel. http:www.azocleantech.com [4 Juni 2012]. Bahrin D., Nukman, dan Dariansyah Y. 2011. Biomassa: Bahan Bakar Bersih untuk Industri Karet di Sumatera Selatan. Di dalam Prosiding Seminar Nasional AVoER ke-3, Palembang. Fakultas Teknik Universitas Brawijaya. ISBN: 979-587-395-4 hal: 110-115. Boedoyo M. S. 2008. Penerapan Teknologi Untuk Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca. Jurnal Teknik Lingkungan 9: 9-16. Benitez J. 1999. Process Engineering and Design for Air Pollution Control. New Jersey: Prentice Hall, Inc. Cicerone R. J. 1987. Changes in Stratospheric Ozone. J. Science 237: 35-42. Fardiaz S. 1992. Polusi Air dan Polusi Udara. Bogor : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan Gizi, IPB. Fathir A. 2007. Pengaruh Pemberian Kompos Blotong terhadap Efisiensi Penggunaan Air dan Serapan Hara pada Tebu Lahan Kering Saccharum officinarum L.. [Skripsi]. Bogor: Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Fiantisca A. 2002. Kajian Inventarisasi Gas Rumah Kaca Pada Sektor Pertanian dan Kehutanan dengan Menggunakan Metode IPCC. [Skripsi]. Bogor: Jurusan Geofisika dan Meteorologi- FMIPA, IPB. Firmansyah M. A. 2010. Teknik Pembuatan Kompos. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BPTP Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Goswani D. Y. 1986. Alternative Energy in Agriculture Volume I. New York: CRC Press, Inc. Boca Raton. Hektor E. dan Berntsson T. 2009. Reduction of Greenhouse Gases in Integrated Pulp and Paper Mills: Possibilities for CO 2 Capture and Storage. Clean Teachn Environ Policy 11: 59-65. Hamawi M. 2005. Blotong, Limbah Busuk Berenergi. Jakarta: Pradya Paramita. Hugot E. 1986. Handbook of Cane Sugar Engineering. 3 rd ed. New York: Elsevier. [IPCC] Intergovernmental Panel on Climate Change. 1992. The supplementary Report to The IPCC Scientific Assesment. Cambridge University Press, Cambridge. IPCC 2001. Climate Change 2001: The Scientific Basis. Contribution of Working Group I to the Third Assesment Report of the Integovernmental Panel on Climate Change. Cambridge : Cambridge University Press. IPCC 2002. The Supplementary Report to the IPCC Scientific Assesment. Cambridge: Cambridge University Press. IPCC 2006. IPCC Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories Vol.2: Energy; Chapter 2: Stasionary Combustion. Washington D.C, USA. 53 Isroi. 2008. Kompos. Bogor: Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia. Kementrian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. 2006. Panduan Kegiatan MPB di Indonesia. Jakarta: CV Prima Karya Mandiri. Kementrian Lingkungan Hidup. 2007. Rencana Aksi Nasional Dalam Menghadapi Perubahan Iklim. Kementrian Negara Lingkungan Hidup. Laksamana I. 2007. Analisis Efisiensi Penggunaan Energi Pada Industri gula Tebu Studi Kasus di PT PG Rajawali II Unit PG Jatitujuh Majalengka, Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor : Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor. [MOE] Ministry of the Environment. 2005. CDM and JI in charts, ver 2.1. Japan : Institute for Global Environmental Strategies IGES. Maraseni T. N., Cockfield G., dan Maroulis J. 2010. An Assessment of Greenhouse gas emission : implications for the Australian cooton industry. Journal of Agricultural Science 148: 501- 510. Misran E. 2005. Industri Tebu Menuju Zero Waste Industry. Jurnal Teknologi Proses 4 2: 6-10. Moriber G. 1974. Environmental Science. Boston : Allyn an Bacon, INC. Mulyadi M. 2000. Kajian Pemberian Blotong dan Terak Baja pada Tanah Kandiudoxs Pelaihari dalam Upaya Memperbaiki Sifat Kimia Tanah, Serapan N, Si, P, dan S serta Pertumbuhan Tebu. [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Newman E. I. 1993. Applied Ecology. Cambridge: Blockwell Science Ltd. Pembina Institute. 2003. A User’s guide to the CDM Clean Development Mechanism Second edition. Parinduri S. 2005. Respon Tanaman Tebu Saccharum officinarum L. terhadap Pemberian Blotong yang Diperkaya dengan Bakteri Pelarut Fosfat dan Azospirillum. [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Pihlatie M., Svyasalo E., Simojoki A., Esala M., Regina K. 2004. Contribution of Nitrification and Denitrification to N 2 O Production in Peat, Clay and Ioamy Sand Soils under Different Soil Moisture Conditions. Nutrient Cycling in Agroecosystems 70 : 135-141. Putt del Pino S. dan Bhatia P. 2002. Working 9 to 5 on Climate Change : An Office Guide. Washington D.C : World Resourse Institute. Rachman C. 2007. Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca Sektor Pertanian. Jakarta : Departemen Pertanian. Robertson G. P., Grace P. R. 2004. Greenhouse gas fluxes in tropical and temperate agriculture : the need for a full-cost accounting of global warming potentials. Environment, Development and Sustainability 6 : 51-63. Rukaesih A. 2004. Kimia Lingkungan. Yogyakarta : Penerbit Andi. Setyanto P. 2004. Mitigasi gas metana dari lahan sawah. p. 287-303 dalam Tanah sawah dan teknologi pengelolaannya. Agus, F, A. Adimiharja, S. Hardjowigeno, A. M. Fagi, W. Hartatik Eds. Bogor : Pusat penelitian dan pengembangan tanah dan Agroklimat. Setyanto P. 2008. Perlu inovasi teknologi mengurangi emisi gas rumah kaca dari lahan pertanian. Sinar Tani. Singh Y, Singh B, Gupta R. K, Ladha J. K, Bains J. S, Singh J. 2007. Evaluation of Press Mud Cake as a source of nitrogen and phosphorus for rice-wheat cropping system in the Indo-Gangetic plains of India. Biol Fertil Soils 44: 755-762. Smart Click. 2011. Di Dalam Buku Praktek Lingkungan Hidup oleh Dr.Ir.H. Ali Hanapiah Muhi, MP. Institut Pemerintahan Dalam Negeri IPDN, Jatinangor, Jawa Barat. 54 Soedomo M, Usman K, Djajadiningrat S. T, dan Darwin. 1990. Model Pendekatan dalam Analisis Kebijaksanaan Pengendalian Pencemaran Udara, Studi Kasus di Jakarta, Bandung dan Surabaya. Bandung : Penelitian KLH - Jurusan Teknik Lingkungan ITB. Soedomo M., Irsyad M., Driejana, Effendi J. A. 1993. Studi Pencemaran Udara dan Indikator kapasitas di Bandung dan Jakarta. LPM ITB-BAPEDAL Soedomo M. 2001. Pencemaran Udara Kumpulan Karya Ilmiah. Bandung : Penerbit ITB. Soemarno. 1977. Tanaman Tebu. Malang : Jurusan Tanah Laboratorium PPJP Jurusan tanah, Fakultas Pertanianp universitas Brawijaya. Sugiono A. 2006. Penanggulangan Pemanasan Global di Sektor Pengguna Energi. Jurnal Sains Teknologi Modif Cuaca 7 2: 15-19. Suprihatin, N S Indrasti dan M Romli. 2008. Potensi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca melalui Pengomposan Sampah di Wilayah Jabotabek. Jurnal Teknologi Industri Pertanian Vol 18 1: 53-59. Syafrudin S. dan Astuti A. D. 2007. Studi Pengelolaan limbah Pabrik Gula Studi Kasus Pabrik Gula PT. Kebon Agung di Trangkil Pati. Jurnal PRESIPITASI, 2 1 : 25-27. Trismidianto, Hermawan E., Samiaji T., Martono, Hadi M., Indrawati A., dan Hamdan R. 2008. Studi Penentuan Konsentrasi CO 2 dan Gas Rumah Kaca GRK lainnya di Wilayah Indonesia. Dipublikasikan di SMART Seminar of Application and Research in Industrial Technology. Jurusan Teknik Mesin dan Industri FT UGM Yogyakarta, 27 Agustus 2008. Tyler H. D. dan Ensminger M. E. 2006. Dairy Cattle Science: Fourth Edition. New Jersey : Pearson Education Inc. [UNFCCC] United Nations Framework Convention on Climate Change. 2006. 35 MW Bagasse Based Cogeneration Project by Mumias Sugar Company Limited MSCL. Project Design Document Form CDM PDD. Version 03.1:1-49. Vesilind A., Pierce J. P. dan Weiner R. F. J. 1994. Environmental Engineering. Washington : Butterworth-Heinemann. Wardhana W. A. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta : Andi Offset. Wei V., Yerushalmi L., Haghighat F. 2008. Estimation of greenhouse Gas Emissions by the Wastewater Treatment Plant of Locomotive Repair Factory in China. Waste Environment Research. Agriculture Journal 80 : 2253-2261. [WMO] World Meteorogical Organization. 2007. The State of Greenhouse Gases in The Atmosphere Using Global Observation Through 2006. GHG Bull No. 3. Yayasan Bina Usaha Lingkungan and Ministry of Environment. 2003. Indonesian delegates : South East Asia Forum on GHG Market Mechanism and Sustainable Development, April 6-10, Manila. Zen Z. 2007. Peluang Emas Berdagang Karbon. Mandat Bali: Selamatkan Bumi Gatra. Edisi Khusus Perubahan Iklim. PT Era Media Media Informasi. Jakarta : 138. 55 LAMPIRAN 56 Lampiran 1. Kuesioner kebutuhan data penelitian KEBUTUHAN DATA PENELITIAN Potensi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca pada Industri Gula PT Rajawali II Unit PG Subang

A. BAGIAN TANAMAN