35
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. SUMBER EMISI GRK
Gas rumah kaca GRK merupakan suatu gas yang paling dominan di atmosfer bumi yang berkontribusi dalam pemanasan global dan perubahan iklim. Tiga gas utama dalam gas rumah kaca
terdiri atas karbon dioksida CO
2
, metan CH
4
, dan dinitrogen oksida N
2
O yang diproduksi dari aktivitas antropogenik, produksi dan pembakaran bahan bakar fosil, kegiatan industri, aktivitas
pertanian, penanganan dan pengolahan limbah, dan perubahan penggunaan lahan Wei et al. 2008. Menurut IPCC Intergovernmental on Panel Climate Change menyatakan jika laju emisi gas rumah
kaca ini dibiarkan terus tanpa dilakukan tindakan untuk menguranginya, maka suhu global rata-rata akan meningkat dengan laju 0,3 ºC setiap 10 tahun. Trismidianto et al. 2008 menyatakan untuk
Indonesia kenaikan suhu hanya sekitar 0 sampa 1 derajat. Sementara skenario lain dengan menggunakan model GCM untuk wilayah Indonesia dihasilkan adanya peningkatan suhu sekitar 0,1
ºC - 0,5 ºC pada tahun 2010 dan tahun 2070 sekitar 0,4 ºC - 3,0 ºC. PG Subang sebagai salah satu industri yang berkontribusi dalam pengeluaran emisi gas
rumah kaca GRK merupakan industri yang bergerak di bidang pengolahan gula kristal putih. Kapasitas giling PG Subang mencapai 3.000 TCD Ton Cane Day. Sumber emisi GRK PG Subang
berasal dari pembakaran bahan bakar boiler, penggunaan LPG, penggunaan solar untuk mekanisasi dan pabrikasi, dan pengolahan limbah padat.
PG Subang merupakan industri gula yang menggunakan hasil samping berupa bagas sebagai bahan bakar boiler. Bagas dihasilkan dari penggilingan tebu yang jumlahnya makin lama makin
meningkat. Menurut rumus Pritzelwitz Hugot 1986 tiap kilogram ampas dengan kandungan gula sekitar 2,5 akan memiliki kalor sebesar 1.825 kkal. Nilai bakar tersebut akan meningkat dengan
menurunnya kadar air dan gula dalam ampas. Penerapan teknologi pengeringan ampas yang memanfaatkan energi panas dari gas buang cerobong ketel, menjadikan kadar air ampas turun 40
akan dapat meningkatkan nilai bakar per kg ampas hingga 2.305 kkal. Pada realisasinya, bagas yang digunakan sebagai bahan bakar boiler PG Subang memiliki nilai kalor sebesar 1.777 kkal. Selain
bagas, PG Subang juga menggunakan bahan bakar tambahan Industrial Diesel Oil IDO untuk memenuhi ketercapaian energi. Konsumsi bahan bakar boiler dalam musim giling DMG 2011 dapat
dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Pemakaian bahan bakar boiler DMG 2011
Bulan Ampas Tebu
ton IDO
Liter
Mei 8.578,65
112.558 Juni
18.107,75 42.200
Juli 28.238,00
Agustus 20.775,00
19.500 September
23.178,00 Oktober
2.396,50
Total 101.273,90
174.258
36 Kebutuhan energi yang besar menyebabkan kebutuhan bahan bakar boiler yang besar.
Pembakaran bahan bakar ampas dilakukan untuk menghasilkan sejumlah uap yang akan digunakan untuk menggerakkan turbin alternator sebagai pembangkit listrik untuk PG Subang. Jika energi yang
dihasilkan dari pembakaran bahan bakar tebu tidak mencukupi, maka pihak PG Subang menggunakan bahan bakar tambahan berupa IDO yang memiliki nilai kalor sebesar 9.270 kkall. Total bagas yang
digunakan dalam musim giling 2011 adalah sebesar 101.273,90 ton dan total bahan bakar IDO yang digunakan sebesar 174.258 liter untuk menghasilkan uap sebesar 202.547,80 ton untuk menghasilkan
listrik yang dibutuhkan selama proses produksi gula. Mesin dan peralatan yang digunakan pada PG Subang merupakan mesin yang bekerja secara
semi otomatis karena dioperasikan oleh kendali dari pekerja. Mesin dan peralatan yang terdapat pada PG Subang beroperasi dengan sumber tenaga yang berasal dari turbin alternator. Dalam masa giling,
seluruh kebutuhan listrik pabrik dan kantor dipenuhi dari listrik yang dihasilkan turbin alternator. Turbin digerakkan oleh tenaga uap yang dihasilkan boiler. Bahan bakar boiler berupa bagas
merupakan limbah padat hasil proses penggilingan tebu. Tabel 10. Kebutuhan listrik PG Subang DMG 2011
Kebutuhan UnitArea
kWatt
Mesin dan Peralatan Produksi 39
5.662,70 Alat Operasional
143 90,89
Penggunaan Lampu 10
63,00
Total kebutuhan listrik 5.816,59
Tabel 10 menunjukkan bahwa kebutuhan listrik PG Subang sebesar 5.816,59 kWatt dengan rincinan kebutuhan untuk mesin dan peralatan produksi sebesar 5.662,70 kWatt Lampiran 4a,
kebutuhan untuk alat operasional tambahan sebesar 90.89 kWatt Lampiran 4b, dan kebutuhan penggunaan lampu ± 63 kWatt Lampiran 4c.
Gambar 19. Konsumsi listrik PG Subang DMG 2011 Konsumsi listrik yang digunakan oleh PG Subang dalam musim giling tahun 2011
Gambar 19 menunjukkan terjadinya fluktuasi penggunaan listrik selama bulan Juni-September 2011.
Penggunaan listrik yang rendah pada awal musim giling tahun 2011, yaitu bulan Mei 2011 dikarenakan hanya 15 hari kerja dalam proses produksi dan penggunaan listrik yang rendah pada akhir
musim giling disebabkan pada bulan Oktober hanya 3 hari kerja untuk proses produksi gula. Penyebab lain terjadinya fluktuasi bisa disebabkan oleh jam berenti giling yang berbeda setiap bulannya
37 sehingga penggunaan listrik berbeda pula. Penggunaan listrik tertinggi berasal dari mesin dan alat
produksi. Jika terjadi jam berhenti giling, mesin dan peralatan produksi ikut berhenti itulah salah satu penyebab adanya fluktuasi penggunaan listrik selama musim giling 2011. Total kebutuhan listrik PG
Subang selama proses produksi adalah 5,82 MWatt dengan rata-rata konsumsi listrik sebesar 1.084,67 MWh per bulan. Konsumsi listrik berbanding lurus dengan emisi GRK yang dihasilkan dari konsumsi
listrik dalam musim giling 2011. Sumber energi lain yang digunakan PG Subang selama proses produksi adalah bahan bakar
solar. Penggunaan solar di PG Subang dibagi atas dua bagian, yaitu solar untuk bagian mekanisasi dan solar untuk pabrikasi. Solar mekanisasi digunakan sebagai bahan bakar untuk pompa air, traktor
pengolahan dan pemeliharaan tanaman, traktor angkut giling, traktor tarikan, dan alat berat yang terus beroperasi selama proses produksi gula berlangsung. Total penggunaan solar mekanisasi sebesar ±
910.412 liter selama musim giling 2011. Solar bagian pabrikasi digunakan untuk mesin-mesin atau peralatan yang memakai bahan bakar solar seperti motor-motor penggerak. Total penggunaan solar
pabrikasi sebesar ± 84.820 liter. Akumulasi penggunaan solar PG Subang dalam musim giling tahun 2011 adalah sebesar ± 995.232 liter. Tabel 11 menunjukkan konsumsi solar untuk mekanisasi dan
pabrikasi dalam musim giling DMG 2011. Tabel 11. Konsumsi solar PG Subang DMG 2011
Bulan Solar
Mekanisasi L Solar
Pabrikasi L
Mei 38.600
7.410 Juni
123880 17.540
Juli 168.255
20.695 Agustus
165.000 17.340
September 191.625
19.435 Oktober
223.052 2.400
Total 910.412
84.820
Penggunaan LPG pada industri juga dapat menghasilkan emisi gas rumah kaca GRK. PG Subang menggunakan bahan bakar LPG pada proses produksinya. Selama musim giling 2011
penggunaan LPG adalah 800 Kg untuk keperluan bengkel. LPG tidak diikutsertakan dalam proses produksi, maka dari itu pemakaian bahan bakar ini lebih sedikit dari bahan bakar lainnya. LPG yang
digunakan pada PG Subang adalah LPG berukuran 50 Kg. Konsumsi LPG PG Subang pada tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Konsumsi LPG PG Subang DMG 2011
Bulan LPG Kg
Mei 150
Juni 100
Juli 100
Agustus 350
September 50
Oktober 50
Total 800
38 Konsumsi energi PG Subang dalam musim giling 2011 berdasarkan sumbernya ditunjukkan
pada Gambar 20. Dapat dilihat adanya perbandingan antara konsumsi listrik, LPG, solar pabrikasi dan solar mekanisasi yang berbeda-beda setiap bulannya tergantung pada kebutuhan.
Gambar 20. Konsumsi energi PG Subang DMG 2011 Emisi GRK yang dikeluarkan PG Subang tidak hanya berasal dari penggunaan energi listrik,
solar mekanisasi, solar pabrikasi, dan LPG tetapi juga berasal dari pengolahan limbah padat. Limbah padat berupa blotong yang dihasilkan PG subang menghasilkan emisi GRK berupa gas dinitrogen
oksida N
2
O dari kandungan nitrogen di dalamnya. Perbandingan antara gas CO
2
dan N
2
O dimana nilai GWP Global Warming Potential atau indeks pemanasan global N
2
O lebih besar dibandingkan dengan CO
2
namun nilai emisinya masih jauh lebih kecil dibanding CO
2
. GWP N
2
O adalah 293 artinya 1 N
2
O memantulkan panas dari bumi sama dengan 293 kali CO
2
. Limbah padat yang dihasilkan dari proses produksi gula terdiri atas ampas tebu bagasse,
blotong filter cake dan abu ketel. Bagas yang berjumlah 30-35 per tebu giling berasal dari hasil pemerahan nira pada stasiun gilingan. Blotong merupakan hasil pemisahan kotoran nira dengan cara
penyaringan di Rotary Vacum Filter RVF pada stasiun pemurnian. Jumlah blotong yang dihasilkan adalah sebesar 3 tebu giling. Limbah padat yang terahir adalah abu ketel. Abu ketel 2 ampas
digiling berasal dari sisa pembakaran pada boiler. Bagas yang dibakar pada ruang pembakaran menghasilkan gas karbon yang dikeluarkan ke udara dan abu yang dibuang ke tempat penampungan
abu. Jumlah limbah padat yang dihasilkan PG Subang dalam musim giling 2011 ditunjukkan pada Tabel 13.
Tabel 13. Limbah padat PG Subang DMG 2011
Bulan Ampas
Kwintal Blotong
Kwintal Abu ketel
Kwintal
Mei 124.690,30
12.701,45 8.383,54
Juni 226.586,70
26.096,47 17.503,08
Juli 249.768,10
29.232,52 18.994,75
Agustus 214.586,10
21.826,92 13.083,79
September 264.283,30
23.479,97 15.184,54
Oktober 13.121,00
2.007,85 1.300,22
Total 1.093.035,50
115.345,18 74.449,91
39 Limbah padat blotong yang dihasilkan oleh PG Subang makin hari makin menumpuk
jumlahnya. Pembuangan blotong dilakukan dengan cara open dumping. Pembuangan ke lahan terbuka ini menyebabkan komponen yang terdapat pada blotong akan terurai dan mencemari udara di
lingkungan salah satunya komponen nitrogen. Gas dinitrogen oksida yang dihasilkan oleh proses penguraian nitrogen pada blotong perlu dihitung untuk kemudian dilakukan pengendalian sehingga
gas tersebut dapat mengurangi dampak pemanasan global yang dapat ditimbulkan. Menurut Singh et al. 2007 press mud cake atau blotong merupakan sumber nitrogen dan fospor yang bermanfaat untuk
digunakan sebagai pupuk untuk pengolahan tanah. Pembuangan blotong secara tidak terkontrol dapat menghasilkan sejumlah material didalamnya menjadi terurai ke udara luar.
B. EMISI GAS RUMAH KACA PG SUBANG