PRODUK PENANGANAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH

32 a b Gambar 16. Gudang penyimpanan PG Subang : a gudang penyimpanan kemasan gula 50 kg, b gudang penyimpanan gula kemasan 1 kg.

D. PRODUK

Produk yang dihasilkan oleh PT PG Rajawali II Unit PG Subang adalah gula kristal putih dengan kualitas SHS IA yang memiliki ukuran kristal 1,19 mm. Kualitas gula produk akhir sangat ditentukan oleh bahan baku yang diolah dan proses pengolahan yang terjadi di dalam pabrik. PT PG Rajawali II Unit PG subang menghasilkan produk gula SHS yang dikemas dalam kemasan 50 kg dan 1 kg Gambar 17. Kemasan 1 kg dibuat untuk produk gula SHS yang langsung dijual oleh pihak Rajawali Nusaindo yang produksinya tergantung dari pesanan. Gula yang dijual dipasarkan oleh Rajawali Nusaindo memiliki merk “RAGULA” sebagai merk dagang. Produk sampingan dari dihasilkan oleh PG Subang ini berupa molases. Jumlah molases yang dihasilkan pada saat musim giling adalah 5 tebu. Molases ini merupakan bahan baku untuk produksi spirtus dan alkohol. Selain itu, molases juga digunakan untuk produk pangan, terutama dalam pembuatan bumbu penyedap vetsin dan kecap. a b Gambar 17. Produk gula PG Subang : a GKP kemasan 50 Kg b Ragula kemasan 1 Kg.

E. PENANGANAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH

Setiap pabrik pengolahan hasil pertanian harus memperhatikan dampak-dampak limbah yang dihasilkan dari proses produksi terhadap lingkungan. Kegiatan perkebunan tebu dan Pabrik Gula Subang telah menimbulkan dampak terhadap lingkungan baik positif maupun negatif. Dampak negatif yang timbul dari segi perairan diantaranya penurunan kualitas air permukaan akibat pembuangan 33 limbah cair industri pengolahan tebu, erosi dan sedimentasi, kualitas udara biota perairan. Dampak negatif dari segi lingkungan hidup adalah terjadinya suatu ketidakseimbangan terhadap komponen lingkungan fisik-kimia seperti air, udara dan tanah dan lingkungan sosial, ekonomi dan budaya seperti keresahan masyarakat sekitartimbulnya konflik sosial. Sementara dampak positif yang ditimbulkan, terdiri atas meningkatnya pertumbuhan ekonomi, penyeimbangan wilayah, peluang kerja dan berusaha meningkatkan presepsi masyarakat terhadap perkebunan. Dalam setiap proses produksi akan menghasilkan sisa-sisa pengolahan yang disebut limbah. Dalam proses produksi gula kristal dari tanaman tebu juga dihasilkan sisa pengolahan, baik berupa sisa bahan dari tanaman tebu yang tidak menjadi gula kristal maupun bahan penunjang yang dikeluarkan kembali selama proses. Limbah yang dihasilkan tersebut dapat dibedakan menurut bentuk dan sifatnya menjadi limbah padat, limbah cair dan limbah gas. Penanganan dan pengolahan limbah PG Subang ditunjukkan pada Tabel 8. Limbah cair yang dihasilkan oleh PG Subang terbagi menjadi dua bagian, yaitu limbah cair berat dan limbah cair ringan. Limbah cair berat merupakan limbah cair dengan kadar organik tinggi sedangkan limbah cair ringan merupakan limbah cair yang mengandung kadar organik rendah. Sementara limbah padat yang dihasilkan diantaranya adalah: abu, blotong, dan ampas. Abu merupakan limbah yang dihasilkan dari pembakaran boiler, blotong merupakan limbah padat dari proses penyaringan Rotary Vacuum Filter, dan ampas yang merupakan limbah hasil pemerahan nira pada stasiun gilingan. Limbah udara yang dihasilkan oleh PG Subang berasal dari pembakaran boiler serta dari genset listrik. Jenis limbah PG Subang dapat dilihat pada Gambar 18. Tabel 8. Penanganan dan pengolahan limbah PG Subang Penanganan limbah cair ringan PG Subang dilakukan dengan cara langsung mengalirkannya ke sungai. Sementara limbah cair berat dialirkan ke IPAL untuk diolah terlebih dahulu. Pengolahan di IPAL dimaksudkan untuk menurunkan kandungan COD, BOD, dan TSS sehingga ketika limbah cair di buang ke sungai sudah tidak berbahaya. Penanganan limbah padat PG Subang dilakukan dengan cara memanfaatkan ampas sebagai bahan bakar boiler, dengan begitu jumlah ampas yang ada tidak terlalu over load. Untuk blotong dimanfaatkan sebagai campuran pembuatan pupuk lipogreen dan abu Jenis Limbah Sumber Limbah Jenis Limbah Penanganan dan Pengolahan Cair Stasiun proses produksi secara keseluruhan Air pendingin mesin Langsung dialirkan ke sungai Air pencuci mesin, ceceran air selama proses produksi Diolah di IPAL lalu dialirkan ke sungai Air jatuhan kondensor Langsung dialirkan ke sungai Puteran LGC gula D1 Tetes PG menjual kepada pihak lain Padat Stasiun gilingan Ampas Bahan bakar boiler Stasiun pemurnian Blotong Campuran pembuatan pupuk liprogreen Stasiun boiler Abu ketel Bahan campuran pembuatan kompos Gas Stasiun boiler Gas berasal dari pembakaran boiler Belum dilakukan pemanfaatan, secara alami terbuang ke udara Stasiun instalasi Gas berasal dari genset listrik 34 ketel digunakan sebagai bahan campuran kompos. Namun yang terjadi saat ini, pembuatan pupuk tidak berjalan sehingga blotong dan abu ketel hanya ditumpuk di lahan pembuangan. a b c Gambar 18. Jenis limbah PG Subang : a limbah cair di bak ekualisasi, b limbah padat Blotong, dan c limbah udara Emisi gas boiler. Limbah gas yang dihasilkan PG Subang berasal dari pembakaran boiler dan genset listrik. Berdasarkan Keputusan Kepalan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup No. Kep 205Bapedal071996 tentang Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak, disebutkan bahwa cerobong udara harus dibuat dengan mempertimbangkan aspek pengendalian pencemaran udara. Tinggi cerobong sebaiknya 2-2,5 kali tinggi bangunan sekitarnya sehingga lingkungan sekitar tidak terkena turbulensi. Pihak PG Subang tidak melakukan pengukuran zat pencemar melainkan mengamanahkannya pada pihak instansi laboratorium pengujian Departemen Teknologi Industri Pertanian IPB-Bogor. Data hasil analisis kualitas udara lingkungan kerja dengan sampel ruang pemurnian gula menunjukkan bahwa dari keseluruhan parameter yang diuji tidak ada hasil yang melebihi regulasi limit, maka dapat disimpulkan bahwa keadaan udara di lingkungan tersebut masih dikatakan aman. 35

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. SUMBER EMISI GRK

Gas rumah kaca GRK merupakan suatu gas yang paling dominan di atmosfer bumi yang berkontribusi dalam pemanasan global dan perubahan iklim. Tiga gas utama dalam gas rumah kaca terdiri atas karbon dioksida CO 2 , metan CH 4 , dan dinitrogen oksida N 2 O yang diproduksi dari aktivitas antropogenik, produksi dan pembakaran bahan bakar fosil, kegiatan industri, aktivitas pertanian, penanganan dan pengolahan limbah, dan perubahan penggunaan lahan Wei et al. 2008. Menurut IPCC Intergovernmental on Panel Climate Change menyatakan jika laju emisi gas rumah kaca ini dibiarkan terus tanpa dilakukan tindakan untuk menguranginya, maka suhu global rata-rata akan meningkat dengan laju 0,3 ºC setiap 10 tahun. Trismidianto et al. 2008 menyatakan untuk Indonesia kenaikan suhu hanya sekitar 0 sampa 1 derajat. Sementara skenario lain dengan menggunakan model GCM untuk wilayah Indonesia dihasilkan adanya peningkatan suhu sekitar 0,1 ºC - 0,5 ºC pada tahun 2010 dan tahun 2070 sekitar 0,4 ºC - 3,0 ºC. PG Subang sebagai salah satu industri yang berkontribusi dalam pengeluaran emisi gas rumah kaca GRK merupakan industri yang bergerak di bidang pengolahan gula kristal putih. Kapasitas giling PG Subang mencapai 3.000 TCD Ton Cane Day. Sumber emisi GRK PG Subang berasal dari pembakaran bahan bakar boiler, penggunaan LPG, penggunaan solar untuk mekanisasi dan pabrikasi, dan pengolahan limbah padat. PG Subang merupakan industri gula yang menggunakan hasil samping berupa bagas sebagai bahan bakar boiler. Bagas dihasilkan dari penggilingan tebu yang jumlahnya makin lama makin meningkat. Menurut rumus Pritzelwitz Hugot 1986 tiap kilogram ampas dengan kandungan gula sekitar 2,5 akan memiliki kalor sebesar 1.825 kkal. Nilai bakar tersebut akan meningkat dengan menurunnya kadar air dan gula dalam ampas. Penerapan teknologi pengeringan ampas yang memanfaatkan energi panas dari gas buang cerobong ketel, menjadikan kadar air ampas turun 40 akan dapat meningkatkan nilai bakar per kg ampas hingga 2.305 kkal. Pada realisasinya, bagas yang digunakan sebagai bahan bakar boiler PG Subang memiliki nilai kalor sebesar 1.777 kkal. Selain bagas, PG Subang juga menggunakan bahan bakar tambahan Industrial Diesel Oil IDO untuk memenuhi ketercapaian energi. Konsumsi bahan bakar boiler dalam musim giling DMG 2011 dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Pemakaian bahan bakar boiler DMG 2011 Bulan Ampas Tebu ton IDO Liter Mei 8.578,65 112.558 Juni 18.107,75 42.200 Juli 28.238,00 Agustus 20.775,00 19.500 September 23.178,00 Oktober 2.396,50 Total 101.273,90 174.258