5.3. Formulasi Masalah
Dari hasil analisis kebutuhan Tabel 13 terlihat kebutuhan-kebutuhan yang sejalan sinergis maupun kontradiktif. Kebutuhan-kebutuhan yang sinergis bagi
semua pelaku sistem kurikulum berbasis GGS adalah: 1.
Lingkungan Sekolah bersih dan nyaman 2.
Pemahaman implementasi tentang lingkungan tumbuh dalam diri siswa Kebutuhan sinergis bagi semua pelaku sistem tidak akan menimbulkan masalah untuk
pencapaian tujuan sistem, karena semua pelaku sistem menginginkan kebutuhan tersebut.
Kebutuhan stakeholders
yang kontradiktif dapat menyebabkan konflik dan menghambat pencapaian tujuan, maka perlu adanya solusi untuk model. Kebutuhan
kontradiktif pada sistem ini adalah: 1.
Tuntutan kurikulum tercapai 2.
Tidak menambah waktu 3.
Tidak menambah biaya sekolah 4.
Tidak menambah beban pelajaran bagi siswa 5.
Perhatian guru ke siswa tidak berkurang 6.
Tidak menambah kerjaan guru 7.
Siswa dan orangtua siswa tidak banyak tuntutan 8.
Membutuhkan workshop tentang lingkungan hidup 9.
Sarana dan prasarana pembelajaran yang memadai 10.
Pengeluaran tidak melebihi anggaran sekolah 11.
Tidak tenaga menambah Guru dan karyawan Formulasi permasalahan merupakan identifikasi dari kebutuhan stakeholders
yang kontradiktif. Dari sepuluh kebutuhan yang kontradiktif dari pelaku sistem kurikulum berbasis GGS dikelompokkan berdasarkan faktor konflik seperti terlihat
pada Tabel 14.
Tabel 14. Formulasi masalah Kurikulum Berbasis GGS di Tarakanita
No. FAKTOR
KONFIK KETERANGAN
SOLUSI UNTUK MODEL
1. Kemampuan SDM
Tidak semua guru paham tentang ilmu lingkungan.
Kurikulum GGS dilakukan secara bertahap untuk mempersiapkan
SDM guru. 2. Tuntutan
Kurikulum Apabila mata pelajaran di
tambah maka beban siswa dan guru bertambah, serta
yayasan harus menambah personil guru.
Mengemas muatan lingkungan di dalam KTSP terintegrasi dalam
mata pelajaran.
3. Implementasi menuntut siswa
aktif Membutuhkan perhatian lebih
dari guru, berarti beban guru bertambah
Pembelajaran muatan lingkungan menggunakan metode mengajar dan
didukung sarpras yang memadai 4.
Biaya Membutuhkan sarana
prasarana yang memadahi, berarti biaya bertambah
sedangkan orangtua tidak mau menambah biaya sekolah
dan Yayasan tidak cukup dana.
Kurikulum GGS dilakukan secara bertahap untuk melengkapi sarana
prasarana yang memadai.
5.4. Identifikasi Sistem
Identifikasi sistem bertujuan memberikan gambaran terhadap sistem yang dikaji yang digambarkan dalam diagram input-output black-box. Menurut Hartrisari
2007 konsep identifikasi sistem merupakan suatu rantai hubungan antara pernyataan dan kebutuhan-kebutuhan dengan pernyataan masalah yang diselesaikan untuk
mengakomadasi kebutuhan tersebut. Output pada penelitian ini adalah: pemahaman dan implemenasi siswa
terhadap issu lingkungan meningkat, lingkungan sekolah bersih nyaman, dan Kurikulum tercapai aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Jika dihasilkan output
yang tidak diharapkan berupa: Siswa tidak peduli dengan issu kerusakan lingkungan, Lingkungan sekolah kotor tidak nyaman, dan Kurikulum tidak tercapai. Maka
dimasukkan ke manajemen pengendali dan diberi input terkendali berupa: Kurikulum berbasis lingkungan, Lingkungan sekolah bersih nyaman, KBM menarik, Tidak
menambah waktu, Biaya sekolah tidak naik, Sarana Prasaranan memadai, Guru
memperhatikan siswa. Masuk dalam proses diharapkan akan keluar output yang diharapkan. Diagram input-output untuk sistem Kurikulum Berbasis GGS di
Tarakanita, dapat dilihat pada Gambar 13 di berikut ini: