Metode Penelitian Desain Model Kurikulum Berbasis Go Green School

Gambar 3. Tahapan Pendekatan Sistem Hartrisari, 2007. 3.3.1 Identifikasi Stakeholders Stakeholders didefinisikan sebagai aktor atau institusi yang bisa atau mampu mempengaruhi proses pencapaian hasil dan tujuan program dan pihak-pihak yang terkena dampak dari implementasi program. Tujuan identifikasi stakeholders adalah mengidentifikasi pihak-pihak yang terkait dalam sistem kurikulum berbasis GGS, peran-perannya, kepentingannya, dan dampak atau efek yang ditimbulkan dengan adanya pihak-pihak tersebut terhadap sistem. Dengan identifikasi tersebut, pengelola program menjadi sensitif terhadap kepentingan-kepentingan stakeholder; dan dalam jangka panjang dapat menciptakan strategi untuk meminta dukungan dari stakeholder tertentu. 3.3.2. Analisis Kebutuhan Kebutuhan stakeholders dalam rangka Desain Model Kurikulum Berbasis Go Green School di Tarakanita perlu diidentifikasi dalam rangka mencapai tujuan. Analisis kebutuhan yang merupakan tahap awal dari pendekatan sistem dilakukan kepada semua pihak yang berkepentingan dalam rangka mendesain model kurikulum berbasis Go Green School di Tarakanita. Analisis kebutuhan stakeholders dilakukan dengan tehnik wawancara untuk memperoleh informasi tentang kebutuhan stakeholders. Wawancara dilakukan Stakeholders Analisa Kebutuhan Formulasi Masalah Identifikasi masalah Pemodelan Validasi Implementasi PERSIAPAN PELAKSANAAN EVALUASI terhadap orangtua siswa 20 orang, guru 45 orang, dinas pendidikan 10 orang dan yayasan 10 orang yang dipilih secara Acak Sederhana Simple Random Sampling. Dalam melakukan wawancara digunakan pedoman wawancara berupa perangkat pertanyaan setengah terbuka yang diajukan kepada responden untuk melihat kebutuhan stakeholders pada sistem Desain Model Kurikukum Berbasis Go green School di Tarakanita , seperti terlihat pada Tabel 7, berikut ini: Tabel 7. Daftar pertanyaan analisis kebutuhan stakeholders No. STAKEHOLDERS PERTANYAAN 1. Orangtua Siswa Apa yang BapakIbu butuhkan selaku orangtua kalau kami mau mengelola sekolah ini menjadi sekolah yang kurikulumnya berbasis Go Green School . 2. Guru Apa yang BapakIbu butuhkan sebagai guru kalau kami mau mengelola sekolah ini menjadi sekolah yang kurikulumnya berbasis Go Green School. 3. Dinas Pendidikan Apa yang BapakIbu butuhkan selaku Dinas Pendidikan kalau kami mau mengelola sekolah ini menjadi sekolah yang kurikulumnya berbasis Go Green School . 4. Yayasan Apa yang SrBapakIbu butuhkan selaku wakil yayasan Tarakanita kalau kami mau mengelola sekolah ini menjadi sekolah yang kurikulumnya berbasis Go Green School. Hasil wawancara diolah dengan mengelompokkan kebutuhan yang sama mirip sehingga dihasilkan daftar kebutuhan stakeholders. 3.3.2 Formulasi Permasalahan Formulasi permasalahan dalam rangka Desain Model Kurikulum Berbasis Go Green School di Tarakanita merupakan identifikasi dari kebutuhan stakeholders yang kontradiktif sehingga dapat menyebabkan konflik dan menghambat pencapaian tujuan. Dari hasil analisis kebutuhan stakeholders, akan terlihat kebutuhan-kebutuhan yang sejalan sinergis maupun yang kontradiktif . Kebutuhan yang sinergis bagi stakeholders tidak akan menimbulkan masalah, tetapi kebutuhan yang kontradiktif memerlukan solusi untuk penyelesaiannya. Menurut Hartrisari 2007 kebutuhan kontradiktif dapat dikenali lewat dua hal yaitu: kelangkaan sumber daya lack of resources dan perbedaan kepentingan conflict of interest. Pada penelitian ini, hasil analisis kebutuhan stakeholders akan dikelompokkan berdasarkan kebutuhan-kebutuhan yang senergis dan yang kontradiktif. Rincian kebutuhan stakeholders yang saling bertentangan dicari solusinya untuk mengintegrasikan kebutuhan pelaku sistem yang didapatkan dari pemahaman yang terjadi dalam sistem Desain Model Kurikulum Berbasis Go Green School di Tarakanita. 3.3.3 Identifikasi Sistem Menurut Hartrisari 2007 identifikasi sistem dimaksudkan untuk mengkaji sistem dan mencoba memahami mekanisme yang terjadi pada sistem, yaitu untuk mengenali hubungan antara “pernyataan kebutuhan” dengan “pernyataan masalah” yang harus diselesaikan untuk memenuhi kebutuhan. Pada tahap ini, salah satu pendekatan yang dapat digunakan adalah dengan diagram lingkar sebab-akibat causal-loop diagram atau diagram input-output black box diagram. Pada penelitian ini, identifikasi sistem menggunakan pendekatan diagram input-output black box diagram. Diagram input-output menggambarkan hubungan antara output yang akan dihasilkan berupa tujuan penelitian dengan input berdasarkan tahapan dari analisis kebutuhan dan formulasi masalah yang dihasilkan dari sistem kurikulum berbasis Go green School di Tarakanita. Diagram input-output disajikan pada Gambar 4. Gambar 4. Diagram input-output Output terdiri dari output yang diinginkan dan output yang tidak diinginkan. Output yang diinginkan desired output pada penelitian ini merupakan tujuan penelitian, yaitu: sistem kurikulum berbasis GGS di Tarakanita. Output yang tidak diharapkan undesired output merupakan hal yang tidak bisa dihindari kadang- kadang berupa pengaruh negatif bagi kinerja sistem, maka akan ditindak-lanjuti DISAIN MODEL KURIKULUM BERBASIS GO GREEN SCHOOL DI TARAKANITA Output yang diinginkan INPUT LINGKUNGAN Output tdk diinginkan Input tak terkendali Input Terkendali UMPAN BALIK melalui umpan balik dan masuk dalam input terkendali agar menghasilkan output yang diinginkan. Input adalah faktor yang mempengaruhi kinerja sistem berupa: input langsung dan tak langsung. Dalam penelitian ini input langsung terdiri dari: input terkendali yang langsung mempengaruhi sistem kurikulum berbasis GGS dan dapat dikendalikan oleh sistem dan input tak terkendali merupakan input yang dibutuhkan untuk mendukung sistem kurikulum berbasis GGS namun tidak dapat dikendalikan oleh sistem seperti peran orangtua dan masyarakat sekitar sekolah. Input tidak langsung pada penelitian ini merupakan sistem yang secara tidak langsung mempengaruhi kinerja sistem seperti undang-undang dan peraturan pemerintah dan permendiknas. Proses merupakan tranformasi dari input menjadi output yang diharapkan dari sistem kurikulum berbasis GGS. Manajemen pengendalian dalam penelitian ini berupa proses pengaturan terhadap pengoperasian sistem kurikulum berbasis GGS dalam menghasilkan output yang dikehendaki.

3.3. Rancangan Penelelitian

3.3.1. Pemodelan Kurikulum berbasis Go Green School Print 1993 menyatakan bahwa model adalah abstraksi dunia nyata atau sistem dalam bentuk naratif, matematis, grafis, serta lambang-lambang lainnya. Model bukanlah realitas, akan tetapi merupakan representasi realitas yang dikembangkan dari keadaan sebenarnya. Model berfungsi sebagai sarana untuk mempermudah berkomunikasi, atau sebagai petunjuk yang bersifat perspektif untuk mengambil keputusan, atau sebagai petunjuk perencanaan untuk kegiatan pengelolaan. Desain model kurikulum berbasis Go Green School di Tarakanita dibangun berdasarkan delapan kriteria standar nasional, masing-masing akan dianalisa seperti terlihat pada Tabel 8 berikut ini Tabel 8. Dasar Pengembangan Model kurikulum berbasis Go Green No. KETERANGAN ANALISA 1. Standar Isi Analisis gap 2. Standar Proses Analisis gap 3. Standar Kompetensi Lulusan Komparasi nilai teori dan praktek 4. Standar Pendidik dan Tenaga kependidikan Survey guru 5. Standar Sarana Prasarana Analisis gap sarana prasarana 6. Standar Pengelolaan KTSP – GGS 7. Standar Pembiayaan Pengadaan sarana prasarana 8. Standar Penilaian Pendidikan Akreditasi sekolah Tahap pemodelan sistem Kurikulum Berbasis Go Green School di Tarakanita , akan disusun seperti terlihat pada Gambar 5, di bawah ini. Gambar 5. Tahap Pemodelan Sistem Analisis gap pada penelitian ini akan digunakan untuk menganalisa standar isi, standar proses dan standar sarana prasarana. Analisis gap merupakan suatu proses yang membandingkan kondisi saat ini dan kondisi yang diharapkan. Analisis gap berusaha untuk menjawab pertanyaan “di mana kita” kondisi saat ini dan “di mana kita ingin berada” Natalisa, 2007. 3.3.2. Analisis gap terhadap substansi muatan lingkungan Analisis gap pada penelitian ini digunakan untuk menggambarkan kesenjangan substansi muatan lingkungan. Identifikasi kurikulum yang dilakukan berdasarkan kelompok mata pelajaran dengan membandingkan standar kompetensi SK dan kompetensi dasar KD antara KTSP contoh yang dibuat BSNP, KTSP yang dibuat Tarakanita dan Kurikulum berbasis GGS pada setiap mata pelajaran siswa Sekolah Dasar kelas IV di semester 1. Menurut Wina 2010 Standar Kompetensi SK, merupakan ukuran kemampuan minimal yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dicapai, diketahui, dan mahir dilakukan oleh peserta didik pada setiap tingkatan dari suatu materi yang diajarkan. Kompetensi Dasar KD, merupakan penjabaran SK peserta didik yang cakupan materinya lebih sempit dibanding dengan SK peserta didik. Pada penelitian ini peneliti tidak mengubah standar kompetensi yang telah ditetapkan dalam KTSP. Gambar 6 memperlihatkan alur analisis gap terhadap substansi muatan lingkungan. ANALISIS GAP INDIKATOR PENGEMBANGAN KURIKULUM