Gambar 13. Sistem Kurikulum Berbasis Go Green School di Tarakanita
5.5. Pemodelan kurikulum berbasis Go Green School
Desain model kurikulum berbasis Go Green School di Tarakanita dibangun berdasarkan delapan kriteria standar nasional.
5.5.1. Analisis gap terhadap substansi muatan lingkungan
Menurut Dauer dan Pangrazi 1990, latihan adalah kunci keberhasilan belajar
dan merupakan suatu cara yang penting dan efisien untuk meningkatkan pengetahuan
Desain Model Pengembangan
Kurikulum berbasis Go Green
School di Tarakanita
Output yang diinginkan:
• Pemahaman dan implemenasi siswa
terhadap issu lingkungan
meningkat • Lingkungan sekolah bersih
nyaman • Kurikulum tercapai kognitif,
afektif dan psikomotorik
INPUT LINGKUNGAN
UU No. 20 Th 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
PP No 19 Th 1905 tentang Standar Nasional Pendidikan,
PertMenDikNas no 21, 23 dan 24 tahun 2006
Output tdk diinginkan:
• Siswa tidak peduli dengan issu
kerusakan lingkungan • Lingkungan sekolah kotor
tidak nyaman • Kurikulum tidak tercapai
Input tak terkendali:
• Partisipasi orangtua berupa: lingkungan
rumah bersih, orangtua
punya kepedulian dengan
issu lingkungan • Partisipasi masyarakat berupa
lingkungan sekitar sekolah bersih
dan nyaman
Input Terkendali:
• Kurikulum berbasis lingkungan • Lingkungan sekolah bersih
nyaman • KBM menarik
• Tidak menambah waktu • Biaya sekolah tidak naik
• Sarana Prasaranan memadai • Guru memperhatikan siswa
Manajemen Pengendalian
yang dimiliki menjadi pemahaman. Maka sesuai dengan tujuan kurikulum berbasis GGS, yaitu: menumbuhkan pemahaman dan implementasi siswa terhadap issu
lingkungan sehingga dapat mengubah gaya hidup dan pola hidup terhadap faktor lingkungan dibutuhkan pola pembelajaran dari pengetahuan ke praktik, maka
kurikulum GGS mengemas dalam cara penyampaian bobot teori dan praktik. Pada penelitian ini menggunakan metode infusi, di mana muatan lingkungan
diselaraskan dengan KTSP dengan menganalisa standar kompetensi dan indikator masing-masing mata pelajaran. Metode infusi ini dipilih penulis, karena dari hasil
analisa kebutuhan stakeholders dan formulasi masalah ada kebutuhan yang kontradiktif dengan faktor konflik, yaitu: tuntutan kurikulum. Apabila mata pelajaran
ditambah maka beban siswa dan guru bertambah, serta yayasan harus menambah personil guru. Padahal kebutuhan orangtua siswa dengan sistem kurikulum berbasis
GGS tidak menambah beban siswa, kebutuhan guru tidak menambah beban guru, sedangkan yayasan kebutuhannya tidak menambah guru. Maka solusinya mengemas
muatan lingkungan terintegrasi di dalam mata pelajaran. Tabel 15 memperlihatkan gap antara Kurikulum Tarakanita KTSP dan GGS
dimana pada sekolah yang menggunakan kurikulum berbasis Go Green School disisipkan muatan lingkungan pada kompetensi dasar pada masing-masing mata
pelajaran. Tabel 15. Hasil analisis GAP substasi muatan lingkungan
MATA PELAJARAN Versi BSNP
TARAKANI TA
GO GREEN ∆ Go Green
- Tarakanita Teori Prak Teori Prak Teori Prak Teori Prak
Pendidikan Agama
12 2 12 2 16 12 4 10 Pendidikan
Kewarganegaraan 12 - 10 - 6 8 4 8
Bahasa Indonesia
- - - - 33 35
33 35
Matematika - - - - 8 12 8 12
IPA 46 20 46 20 38 38 8 18
IPS 48 - 48 - 24 24
24 24
Seni Budaya dan keterampilan
- 6 - 6 - 26 - 20 Pendidikan Jasmani dan
kesehatan - 8 - 8 - - - -
∑ Jam Pelajaran Muatan Lingkungan
118 36 116 36 125 155 9 119 JP dalam 1 semester
33,7 10,3 33,1 10.3 36,7 44,3 2
34
Total JP Teori + Praktek 154
152 280
128 Total JP Keseluruhan
350 350
350 350
JP dalam 1 semester 44
43,42 80
36,58 Sumber : Silabus BSNP, Tarakanita dan GGS