Hakekat Kurikulum Desain Model Kurikulum Berbasis Go Green School
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat berdampak terhadap berbagai aspek kehidupan, termasuk terjadinya pergeseran fungsi sekolah
sebagai suatu institusi pendidikan. Sekolah tidak hanya dituntut untuk dapat mengembangkan minat dan bakat, membentuk moral dan kepribadian, bahkan
dituntut agar siswa dapat menguasai berbagai macam keterampilan yang dibutuhkan untuk memenuhi dunia pekerjaan mengakibatkan pergeseran makna kurikulum.
Kurikulum tidak lagi sebagai mata pelajaran tetapi sebagai pengalaman belajar siswa. Artinya memahami kurikulum sekolah tidak cukup hanya dengan melihat
dokumen kurikulum sebagai suatu program tertulis, akan tetapi juga bagaimana proses pembelajaran yang dilakukan anak didik baik di sekolah maupun di luar
sekolah. Pencapaian target kurikulum tidak hanya diukur dari kemampuan siswa menguasai seluruh isi atau materi pelajaran seperti tergambar dari hasil tes sebagai
produk belajar, akan tetapi juga harus dilihat proses atau kegiatan siswa sebagai pengalaman belajar.
Konsep kurikulum sebagai pengalaman belajar menimbulkan kritik dan ketidaksepahaman para pakar pendidikan, bagaimana menentukan dan mengukur
pengalaman belajar siswa, karena segala bentuk dan perilaku siswa merupakan hasil dari pengalamannya yang tidak mungkin dikontrol guru. Oleh sebab itu, kurikulum
sebagai pengalaman belajar dianggap beberapa ahli sebagai konsep yang luas, sehingga menyebabkan makna kurikulum menjadi kabur dan tidak fungsional. Hal ini
menyebabkan munculnya konsep kurikulum sebagai suatu program atau rencana belajar.
Taba 1962 mengatakan: “A curriculum is a plan for learning: therefore, what is know about the learning process and the development of the individual has
bearing on the shapng of a curriculum ”. Kurikulum sebagai suatu rencana tampaknya
juga sejalan dengan rumusan kurikulum menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 19, dikatakan
bahwa kurikulum didefinisikan sebagi seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Batasan kurikulum menurut undang-undang No. 20 tahun 2003 tampak jelas,
bahwa kurikulum memiliki dua aspek: pertama sebagai rencana as a plan yang harus dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses belajar mengajar oleh
guru; dan kedua pengaturan isi dan cara pelaksanaan rencana itu. Keduanya digunakan sebagai upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Menurut Wina 2010 ada tiga bentuk organisasi kurikulum yang berorientasi pada disiplin ilmu, yaitu: subject centered curriculum, correlated curriculum, dan
integrated curriculum. 1. Subject Centered Curriculum
Pada subject centered curriculum, isi kurikulum disusun berdasarkan bentuk mata pelajaran yang terpisah-pisah, misalnya: mata pelajaran IPA, IPS, Matematika.
Mata pelajaran itu tidak berhubungan satu sama lain. Pada pengembangan kurikulum di dalam kelas, setiap guru hanya bertanggung jawab pada mata
pelajaran yang diberikannya. 2.
Correlated Curriculum Pada correlated curriculum, mata pelajaran tidak disajikan secara terpisah, akan
tetapi mata pelajaran yang memiliki kedekatan sejenis dikelompokkan sehingga menjadi satu bidang studi, seperti misalnya: mata pelajaran sejarah, geografi,
ekonomi dikelompokkan dalam bidang studi IPS. 3.
Integrated Curriculum Pada integrated curriculum tidak lagi menampakkan nama-nama mata pelajaran
atau bidang studi. Belajar berangkat dari suatu pokok masalah yang harus dipecahkan. Masalah tersebut kemudian dinamakan unit. Belajar berdasarkan
unit bukan hanya menghafal sejumlah fakta, akan tetapi juga mencari dan menganalisis fakta sebagai bahan untuk memecahkan masalah. Belajar melalui
pemecahan masalah itu diharapkan perkembangan siswa tidak hanya terjadi pada segi intelektual saja akan tetapi seluruh aspek sikap, emosi, dan keterampilan.
2.2.2. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan KTSP merupakan kurikulum yang berlaku saat ini, di mana KTSP berorientasi pada pencapaian kompetensi. KTSP
merupakan penyempurnaan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi KBK, hal ini dapat dilihat dari standar kompetensi dan kompetensi dasar serta adanya prinsip yang
sama dalam pengelolaan kurikulum yang disebut Kurikulum Berbasis Sekolah KBS. Standar kompetensi dan kompetensi dasar dapat dilihat dari Standar Isi SI
yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan BSNP, yang diturunkan dari Standar Kompetensi Lulusan SKL. SI dan SKL ini menjadi rujukan dalam
pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. KTSP lahir dari semangat otonomi daerah, di mana urusan pendidikan tidak semuanya tanggung jawab pusat,
akan tetapi sebagian tanggung jawab daerah. Dalam Standar Nasional Pendidikan SNP Pasal 1, ayat 15, dijelaskan bahwa
KTSP adalah kurikulum opreasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing- masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan
dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta kompetansi dasar yang dikembangkan oleh BSNP. Dilihat dari pola atau model pengembangannya
KTSP merupakan salah satu model kurikulum yang bersifat desentralistik. Adapun makna kurikulum operasional ada 3 yaitu: Pertama, sebagai
kurikulum bersifat operasional, maka dalam pengembangannya tidak terlepas dari ketetapan-ketetapan yang telah disusun pemerintah secara nasional. Hal ini sesuai
dengan Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendididkan Nasional Pasal 36 Ayat 1, yang menjelaskan bahwa pengembangan kurikulum mengacu pada
standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kedua
, para pengembang KTSP, dituntut dan harus memperhatikan ciri khas kedaerahan, sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003 ayat 2, bahwa kurikulum pada
semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.
Ketiga , para pengembang kurikulum di daerah memiliki keleluasaan dalam
mengembangkan kurikulum menjadi unit-unit pelajaran, misalnya dalam mengembangkan strategi dan metode pembelajaran, menentukan media pembelajaran,
menentukan evaluasi pembelajaran, dan berapa kali pertemuan, serta kapan topik materi harus dipelajari siswa agar kompetensi dasar yang telah ditentukan dapat
dicapai. Secara umum tujuan diterapkan KTSP untuk memandirikan dan
memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan otonomi kepada lembaga pendidikan. Melalui KTSP diharapkan dapat mendorong sekolah untuk
melakukan pengembangan kurikulum. Undang-undang Republik Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Permendiknas No. 22, 23, dan 24 tahun 2006,
mengamanatkan bahwa KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan berpedoman pada panduan yang disusun oleh BSNP.
Pengembangan kurikulum disusun antara lain agar dapat memberi kesempatan peserta didik untuk :
a. Belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b. Belajar untuk memahami dan menghayati
c. Belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif
d. Belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain, dan
e. Belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui pembelajaran yang
aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan PAKEM. Pengembangan KTSP yang mengacu pada standar nasional pendidikan
dimaksudkan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional Wina, 2010. Menurut PP No. 19 tahun 2005, delapan standar nasional pendidikan terdiri atas :
1. Standar isi
Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi
mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
2. Standar proses
Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar
kompetensi lulusan. 3.
Standar kompetensi lulusan Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. 4.
Standar pendidik dan tenaga kependidikan Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria pendidikan prajabatan
dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan. 5.
Standar sarana dan prasarana Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan
dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat
berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi.
6. Standar pengelolaan
Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat
satuan pendidikan, kabupaten atau kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan.
7. Standar pembiayaan
Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun.
8. Standar penilaian pendidikan.
Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik