Gambar 4.10 dimana volume impor kentang asal USA dan Singapore cenderung mendatar.
Sumber: UNComtrade, 2012.
Gambar 4.10 Kecenderungan Volume Impor Kentang HS070190 Indonesia Berdasarkan Negara Asal Impor Tahun 2001-2010 kilogram
4.4 Pertumbuhan Volume dan Nilai Ekspor Sayuran Indonesia Tahun 2001- 2010 di Pasar Internasional
Secara sederhana ekspor adalah kegiatan menjual barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lainnya. Selain melakukan impor, Indonesia juga
melakukan ekspor ke beberapa negara mitra dagangnya, termasuk ekspor sayuran. Gambar 4.7 menunjukkan volume dan nilai ekspor sayuran Indonesia dari tahun
ke tahun. Pada gambar tersebut dapat diketahui bahwa nilai ekspor Indonesia selalu lebih kecil dibandingkan volume ekspornya. Volume ekspor sayuran
Indonesia terus berfluktuasi dari tahun ke tahun namun cenderung menurun. Pada Tahun 2003, volume ekspor Indonesia menurun drastis namun di
tahun berikutnya yaitu 2004, volume ekspor sayuran Indonesia melonjak tajam. Tahun 2004 hingga 2007, volume ekspor Indonesia masih berfluktuatif namun
cenderung stabil. Kemudian, pada Tahun 2008, volume ekspor sayuran Indonesia kembali menurun cukup tajam. Pada Tahun 2009, volume ekspor sayuran
Indonesia kembali meningkat, namun di Tahun 2010 volume ekspor sayuran Indonesia kembali turun.
2000000 4000000
6000000 8000000
10000000 12000000
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Vo lu
m e
Im p
o r
k g
Australia Cina
USA Singapore
Sumber: UNComtrade, 2012.
Gambar 4.11 Volume dan Nilai Ekspor Sayuran HS 07 Indonesia Tahun 2001- 2010
Berbeda dengan volume ekspornya, nilai ekspor sayuran Indonesia terus berfluktuatif namun cenderung meningkat walaupun tidak signifikan. Nilai ekspor
sayuran Indonesia pada Tahun 2003 mengalami penurunan jika dibandingkan dengan Tahun 2002 dan 2001. Tahun 2004 dan 2005, nilai ekpor sayuran
Indonesia mengalami peningkatan, namun Tahun 2006 turun kembali. Tahun 2007 hingga 2010, nilai ekspor sayuran Indonesia naik turun dengan nilai tebesar
pada Tahun 2009.
4.5 Peraturan Impor Hortikultura Indonesia
Tingginya volume impor produk hortikultura yang masuk ke Indonesia memang menjadi masalah baru yang harus diatasi oleh pemerintah. Berbagai
protes dan kritikan datang dari berbagai kalangan yang merasa dirugikan dengan peningkatan volume impor komoditas hortikultura ini setiap tahunnya. Protes
umumnya datang dari kalangan petani yang secara langsung dirugikan dengan masuknya produk-produk impor ini ke pasar domestik. Kondisi ini pada akhirnya
menuntut pemerintah khususnya Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian untuk menetapkan regulasi yang tepat dalam mengatur impor
hortikultura Indonesia. Perumusan perundang-undangan mengenai impor produk hortikultura ini
pada akhirnya terbentuk dengan dengan adanya Peraturan Menteri Perdagangan
50000000 100000000
150000000 200000000
250000000 300000000
350000000 400000000
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 V
o lu
m e
N il
ai
Nilai Ekspor Volume Ekspor
Permendag Nomor 30M-DAGPER52012 tentang Ketentuan Impor Produk Hortikultura. Peraturan ini mewajibkan para importir produk hortikultura untuk
memperhatikan aspek keamanan pangan, ketersediaan produk dalam negeri dan penetapan sasaran produksi dan konsumsi produk hortikultura. Selain itu para
pengimpor juga harus memenuhi persyaratan kemasan dan pelabelan, standar mutu serta ketentuan keamanan dan perlindungan terhadap kesehatan manusia,
hewan, tumbuhan dan lingkungan. Permendag ini juga menetapkan bahwa setiap impor produk hortikultura
wajib mendapat peretujuan dari Kementerian Perdagangan atas rekomendasi impor dari Kementerian Pertanian. Adapun komoditas hortikultura yang diatur
dalam Permendag tersebut yaitu produk tanaman hias, seperti anggrek dan krisan; produk hortikultura segar, misalnya bawang, sayur-sayuran dan buah-buahan
wotel, lobak, pisang, kentang, cabe, jeruk, apel, anggur, pepaya; serta produk hortikultura olahan seperti sayuran dn buah-buahan yang diawetkan dan jus buah.
Penetapan Permendag tersebut seharusnya dilaksanakan pada tanggal 15 Juni 2012. Namun, Kementerian Perdagangan menunda pemberlakuannya
menjadi 28 September 2012. Kondisi ini disebabkan oleh beberapa faktor misalnya perlunya sosialisasi lanjut agar pihak-pihak yang terkait dengan aturan
ini memahami Permendag tersebut; memberikan watu yang cukup untuk importir untuk mempersiapkan infrastruktur yang diperlukan; serta notifikasi Permendag
ke World Trade Organisation. Selain itu, juga terdapat Peraturan Menteri pertanian Nomor 42 Tahun
2012 yang mewajibkan impor sayur dan buah hanya boleh masuk melalui empat pelabuhan yaitu Tanjung Perak Surabaya, Soekarno-Hatta Makassar, Belawan
Medan, dan Bandar Udara Soekarno-Hatta Tangerang. Peraturan ini memang mendapat sambutan positif dari petani namun berbeda dengan kalangan
pengusaha dan importir. Hal ini disebabkan pembatasan pintu masuk impor ini akan secara langsung memengaruhi aktivitas impor yang dilakukan oleh importir.
V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI ALIRAN PERDAGANGAN IMPOR
5.1 Faktor-faktor yang Memengaruhi Aliran Perdagangan Impor Bawang Merah Indonesia
5.1.1 Pemilihan Kesesuaian Model Pemilihan kesesuaian model dilakukan dengan melakukan uji Chow dan
uji Hausman. Hasil pengujian dengan menggunakan uji Chow menunjukkan probabilitas yang lebih kecil dari taraf nyata 5 persen. Hal ini berarti sudah cukup
bukti untuk menolak H dimana H
merupakan model pooled least squared. Setelah itu juga dilakukan pengujian dengan uji Hausman dimana probabilitasnya
lebih besar dari taraf nyata sehingga sudah cukup bukti untuk menolak H dan H
merupakan model Random Effect. Berdasarkan hasil tersebut diketahui model estimasi terbaik untuk mengetahui fakto-faktor yang memengaruhi aliran
perdagangan impor bawang merah Indonesia adalah dengan menggunakan model efek tetap fixed effect. Setelah model tersebut dipilih selanjutnya akan dilakukan
pengujian asumsi untuk mendapatkan model persamaan yang terbebas dari masalah yang sering dijumpai dalam analisis regresi seperti Multikolinearitas,
Heteroskedastisitas dan Autokorelasi. Indikasi terjadinya multikolinearitas dapat ditunjukkan dengan nilai R-
squared yang tinggi tetapi variabel independen banyak yang tidak berpengaruh
pada variabel dependen. Dari tujuh variabel independen yang dianalisis, dengan R-squared sebesar 98,25 persen, hanya terdapat satu variabel yang tidak
signifikan. Hal ini berarti model sudah terbebas dari masalah multikolinearitas. Pengujian asumsi selanjutnya, yaitu uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi.
Hasil estimasi model dalam penelitian ini diberikan perlakuan cross - section SUR, sehingga asumsi adanya heteroskedastisitas dan autokorelasi dapat
diabaikan.
5.1.2 Hasil Estimasi dan Interpretasi Model
Model estimasi terbaik yang digunakan untuk melakukan analisis terhadap faktor-faktor yang memengaruhi aliran perdagangan komoditas bawang merah
adalah dengan menggunakan efek tetap fixed effect. Berdasarkan hasil estimasi