tujuan ekspor yang menyebabkan terjadinya pergeseran kurva permintaan kearah kanan dan terjadinya ekses demand di pasar internasional. Hal tersebut kemudian
berdampak pada peningkatan harga komoditi tersebut dan akan mendorong negara pengekspor untuk melakukan perdagangan atau ekspor.
Sementara itu, dari sisi penawaran peningkatan jumlah penduduk mengakibatkan peningkatan kebutuhan akan komoditas tersebut di pasar
domestik. Hal ini akan menyebabkan pengurangan jumlah ekspor komoditas yang berakibat terjadinya excess demand jika permintaan awal tetap di pasar
internasional. Setelah itu, akan terjadi peningkatan harga, ceteris paribus. Namun, dampak lain yang dapat ditimbulkan akibat kenaikan jumlah penduduk dari sisi
penawaran yaitu peningkatan faktor produksi karena penambahan sumberdaya tenaga kerja.
2.1.6.3 Nilai Tukar
Menurut Mankiw 2003, nilai tukar adalah tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan perdagangan. Kebijakan
perdagangan internasional suatu negara akan dipengaruhi oleh peningkatan maupun penurunan nilai tukar. Nilai tukar dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu
nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar nominal merupakan harga relatif mata uang dua negara sedangkan nilai tukar riil merupakan harga relatif
dari barang-barang diantara dua negara. Nilai tukar riil diantara kedua negara dihitung dari nilai tukar nominal dan
tingkat harga di kedua negara. Jika nilai tukar riil tinggi, barang-barang luar negeri relatif lebih murah dan barang-barang domestik relatif lebih mahal.
Begitupun sebaliknya, jika nilai tukar riil rendah, maka barang-barang luar negeri relatif lebih mahal dan barang-barang domestik relatif lebih murah.
Nilai tukar riil = Nilai Tukar Nominal X Rasio Tingkat Harga Adapun hubungan antara nilai tukar riil dengan ekspor neto dapat
dirumuskan sebagai berikut Mankiw, 2003: NX = NX
dimana : NX = Ekspor neto = Kurs Riil
Gambar dibawah menunjukkan hubungan antara kurs riil dengan ekspor neto: semakin rendah kurs, semakin murah harga barang domestik relatif terhadap
barang-barang luar negeri, hal ini akan menyebabkan ekspor domestik semakin besar.
Kurs Riil € e1
e2 NX e
Ekspor Neto NX NX1 NX2
Sumber: Mankiw, 2003.
Gambar 2.4 Hubungan Kurs Riil dengan Ekspor Neto
keterangan: e
= kurs riil NX
= Ekspor bersih net ekspor
2.1.6.4 Jarak Antara Pengekspor dengan Pengimpor
Jarak merupakan faktor geografi yang menjadi variabel utama gravity model untuk aliran perdagangan. Jarak, dalam kaitannya dengan perdagangan
akan memberikan pengaruh dalam masalah biaya angkut transportasi komoditas yang diperdagangkan antarnegara. Hal ini kemudian berdampak pada biaya
transaksi dari perdagangan suatu komoditas. Jarak yang digunakan dalam penelitian ini adalah jarak ekonomi. Jarak ekonomi yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan jarak geografis antar ibukota negara yaitu antar ibukota negara Indonesia dengan negara asal impor yang dikalikan dengan total GDP
negara asal impor yang telah dibagi dengan GDP masing-masing negara asal. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Jarak Ekonomi = Jarak Geografis X
Penggunaan jarak ekonomi ini disebabkan jarak geografis antar ibukota negara Indonesia dengan negara asal impor tidak berubah atau konstan. Oleh
karena itu, kondisi tersebut tidak dapat digunakan dalam melihat faktor jarak terhadap aliran ekspor jika hanya menggunakan jarak geografis saja, akan tetapi
dapat dilihat dari share GDP-nya yang menunjukkan kecenderungan perdagangan diantara kedua negara.
Analisis untuk menjelaskan biaya transportasi dalam memengaruhi perdagangan dapat dilakukan dengan metode analisis keseimbangan parsial.
Metode analisis keseimbangan parsial menganalisis biaya dengan satuan absolut nominal uang, dengan asumsi kurs mata uang dua negara yang melakukan
perdagangan selalu konstan, demikian juga indikator ekonomi lainnya kecuali tingkat konsumsi yang ditolerir dapat berubah.
Pada Gambar 2.5 sumbu vertikal mengukur harga komoditas Z dalam satuan dolar yang berlaku dikedua negara. Setiap pergerakan ke sebelah kiri dari pusat
sumbu mengukur peningkatan kuantitas komoditi Z untuk negara 1. Sebelum adanya perdagangan internasional, Negara 1 akan berproduksi sebanyak 50Z dan
dengan harga sebesar 5. Sedangkan Negara 2 akan memproduksi komoditas Z sebanyak 50 unit dengan harga sebesar 11.
Pz Sz
Negara 2 13
Sz 11
Negara 1 9 Impor .
Ekspor 7 D
. 5 3
D Z Z
100 70 50 30 0 30 50 70 100
Sumber : Salvatore, 1997
Gambar 2.5 Analisis Keseimbagan Parsial Atas Biaya Transportasi
Setelah perdagangan internasional berlangsung diantara kedua negara tersebut maka akan menyebabkan ekspor dan impor diantara negara yang
bersangkutan. Negara 1 akan mengekspor komoditi Z ke negara 2 ketika harga mulai mengalami kenaikan di negara 1. Kenaikan harga ini mendorong Negara 1
untuk memproduksi komoditi Z dan kemudian kelebihan produksinya akan diekspor ke Negara 2. Di Negara 2 harga dari komoditas Z mulai menurun. Tanpa
adanya biaya transportasi maka harga yang berlaku di kedua negara adalah sama yaitu 8 dengan jumlah komoditas Z yang diperdagangkan antarnegara sebanyak
60 unit. Lain halnya ketika terjadi perdagangan internasional dengan adanya biaya
transportasi, misalkan 1 per unit, maka harga di Negara 2 akan melampaui harga di Negara 1 sebesar 1. Pada Gambar 2.5, hal tersebut terjadi apabila harga
sebesar 7 di Negara 1 dan harga 9 di Negara 2. Pada harga 7 maka Negara 1 akan meningkatkan produksi domestik pada komoditi Z hingga 70 unit,
diantaranya konsumsi domestik 30 unit dan 40 unit sisanya diekspor ke Negara 2. Sedangkan pada saat harga 9 di Negara 2, produksi komoditi Z turun menjadi 30
unit dan tingkat konsumsi domestiknya naik menjadi 70 unit, sisa 40 unit kekurangan diimpor dari negara 1. Oleh karena itu, dengan adanya biaya
transportasi maka akan menyebabkan penurunan dalam produksi dan berdampak pada penurunan volume perdagangan.
2.1.7 Panel Data