variabel GDP riil negara asal berpengaruh nyata terhadap volume impor bawang merah Indonesia. Kondisi ini menunjukkan bahwa dengan meningkatnya GDP riil
negara asal impor sebesar satu persen akan meningkatkan volume impor bawang merah Indonesia sebesar 16,03 persen ceteris paribus.
Sama  halnya  dengan    GDP  riil  negara  asal,  variabel  GDP  riil  Indonesia memiliki pengaruh positif terhadap volume impor bawang merah sesuai  dengan
hipotesis  penelitian  dan  menunjukkan  nilai  probabilitas  sebesar  0,0000.  Hal  ini berarti  variabel  GDP  riil  Indonesia  berpengaruh  nyata  signifikan  terhadap
volume impor bawang merah Indonesia. Kondisi ini menunjukkan bahwa dengan meningkatnya GDP riil Indonesia sebesar satu persen akan meningkatkan volume
impor bawang merah Indonesia sebesar 22,28 persen ceteris paribus. Selanjutnya  variabel  nilai  tukar  pada  estimasi  hasil  output  memiliki
pengaruh  positif  terhadap  volume  impor  komoditas  bawang  merah  Indonesia sesuai  dengan  hipotesis  penelitian  dan  menunjukkan  nilai  probabilitas  sebesar
0,4427.  Hal  ini  berarti  bahwa  variabel  nilai  tukar  tidak  berpengaruh  nyata  tidak signifikan  terhadap  volume  impor  bawang  merah  Indonesia.  Kondisi  ini
menunjukkan  bahwa  nilai  tukar  tidak  memengaruhi  aliran  perdagangan  impor komoditas bawang merah Indonesia.
Dari  hasil  estimasi  Tabel  5.1  terdapat  Fixed  Effect  Cross  yang memperlihatkan pembeda dari setiap cross section negara. Terlihat bahwa India
memiliki nilai pembeda paling tinggi. Hal ini berarti volume impor bawang merah Indonesia  dari  India  memiliki  rata-rata  perubahan  paling  tinggi,  yaitu  sebesar
15,60498.  Sedangkan  Netherlands  memiliki  efek  yang  paling  kecil,  sehingga dapat  dikatakan  volume  impor  komoditas  bawang  merah  Indonesia  dari
Netherlands memiliki rata-rata perubahan paling kecil yaitu sebesar -28,80708.
5.2  Faktor-faktor  yang  Memengaruhi  Aliran  Perdagangan  Impor  Kentang Indonesia
5.2.1 Pemilihan Kesesuaian Model
Berdasarkan  pengujian  dengan  menggunakan  uji  Chow  diperoleh  nilai statistik  sebesar  2,575815  dengan  nilai  probabilitas  lebih  besar  dari  taraf  nyata
lima  persen.  Hal  ini  berarti  sudah  cukup  bukti  untuk  tidak  tolak  H
0,
dimana  H
dalam  uji  Chow  adalah  model  Pooled  Least  Squared.  Pengujian  dengan  uji Hausman  tidak  dapat  dilakukan  karena  jumlah  variabel  yang  diteliti  lebih  besar
dari  jumlah  cross  section  negaranya.  Kondisi  ini  pada  akhirnya  menunjukkan bahwa model estimasi terbaik untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi
aliran  impor  komoditas  bawang  merah  Indonesia  adalah  dengan  menggunakan model  pooled  least  squared.  Dari  tujuh  variabel  independen  yang  dianalisis,
dengan R-squared sebesar 86,20 persen,  hanya terdapat satu variabel yang tidak signifikan. Hal ini berarti model sudah terbebas dari masalah multikolinearitas.
Pengujian  asumsi  selanjutnya,  yaitu  uji  heteroskedastisitas  dan  uji autokorelasi. Hasil estimasi model dalam penelitian ini diberikan perlakuan  cross
- section SUR, sehingga asumsi adanya heteroskedastisitas dan autokorelasi dapat diabaikan.
5.2.2 Hasil Estimasi dan Interpretasi Model
Model  estimasi  terbaik  yang  digunakan  untuk  melakukan    analisis terhadap faktor-faktor yang memengaruhi aliran impor komoditas kentang adalah
dengan  menggunakan  model  pooled  least  squared  dengan  pembobotan  cross- section SUR.
Tabel  5.3  Hasil  Pendugaan  Parameter  Faktor-faktor  yang  Memengaruhi Aliran Perdagangan Impor Kentang Indonesia
Variabel Koefisien
Std. Error t-statistik
Prob.
LNPOPJ 0,587957
0,315190 1,865404
0,0713 LNPOPI
-174,1103 56,43556
-3,085117 0,0042
LNPM -1,646935
0,424858 -3,876435
0,0005 LNJE
4,169129 0,487108
8,558943 0,0000
LNGDPJ 0.856034
0,449762 1,903306
0,0660 LNGDPI
46.39378 12,24298
3,789419 0,0006
LNER -0.041100
0,164419 -0,249974
0,8042 C
2071.357 767,9340
2,697311 0,0111
Weighted Statistic
R-squared 0,862025
Sum squared resid 38,96356
Prob F
stat
0.000000 Durbin Watson
stat
2,126516
Unweighted Statistics
R-squared 0,693156
Sum squared resid 111,0123
Durbin Watson
stat
2,544835
Sumber: Lampiran 7
Catatan: Signifikan pada taraf nyata 10 persen
Berdasarkan uji-t dapat dilihat bahwa variabel-variabel  yang berpengaruh nyata  terhadap  volume  impor  kentang  Indonesia  adalah  populasi  negara  asal
impor  dan  populasi  Indonesia,  harga  impor,  jarak  ekonomi,  GDP  riil  Indonesia, dan  GDP  riil  negara  asal  impornya.  Berdasarkan  hasil  estimasi  diketahui  nilai
koefisisien  determinasi  R-squared  yang  diperoleh  sebesar  86,20  persen menunjukkan bahwa sebesar 86,20 persen keragaman impor bawang merah dapat
dijelaskan  oleh  variabel-variabel  bebasnya,  sedangkan  sisanya  13,80  persen dijelaskan  oleh  faktor-faktor  lain  di  luar  model.  Pada  hasil  uji  normalitas  Tabel
5.2  probabilitas  Jarque  Bera  lebih  besar  dari  pada  taraf  nyata  yang  digunakan 0,385458  0,05. Berdasarkan hal tersebut maka residual dalam model ini dapat
dikatakan sudah menyebar normal. Dalam uji kriteria statistik untuk pelanggaran multikolinearitas, model ini
juga disimpulkan tidak mengalami pelanggaran tersebut. Hal ini karena data yang digunakan  dalam  penelitian  ini  merupakan  penggabungan  dari  data  time  series
dan  cross-section,  sehingga  dapat  mengurangi  multikolinearitas.  Selain  itu  dari hasil estimasi, terlihat nilai R-squared yang cukup besar sedangkan variabel yang
tidak  signifikan  hanyalah  nilai  logaritma  natural  dari  nilai  tukar  antara  rupiah dengan dolar Amerika Serikat.
Tabel  5.4  Hasil  Uji  Normalitas  Model  Faktor-faktor  yang  Memengaruhi Aliran Perdagangan Impor Kentang Indonesia.
Model Jarque-Bera
Probability
Aliran Impor Kentang 1,906646
0,385458 Sumber: Lampiran 8
Nilai Durbin Watson
stat
dari hasil pengolahan data adalah sebesar 2,12. Hal ini berarti nilai Durbin Watson
stat
tersebut berada di antara 1,55-2,46, maka model yang  diestimasi  telah  terbebas  dari  autokorelasi.  Sedangkan  untuk  masalah
heteroskedastisitas,  dari  hasil  estimasi  terlihat  bahwa  Sum  Squared  Resid  pada Weighted  Statistics  lebih  kecil  dari  Sum  Squared  Resid  pada  Unweighted
Statistics.  Hal  ini  berarti  terdapat  indikasi  adanya  masalah  heteroskedastisitas pada  model.  Namun,  dengan  menggunakan  pembobotan  Cross-Section  SUR,
masalah autokorelasi dan heteroskedastisitas dapat disimpulkan sudah teratasi. Tabel  5.3  menunjukkan  variabel  populasi  negara  pengekspor  memiliki
pengaruh  positif  terhadap  volume  impor  kentang  Indonesia  sesuai  dengan
hipotesis  penelitian  dan  menunjukkan  nilai  probabilitas  sebesar  0,0713.  Hal tersebut  berarti  variabel  populasi  negara  pengekspor  berpengaruh  nyata
signifikan terhadap volume mpor komoditas kentang Indonesia. Kondisi tersebut menunjukkan  bahwa  dengan  meningkatnya  populasi  negara  pengekspor  sebesar
satu  persen,  akan  meningkatkan  volume  impor  kentang  Indonesia  sebesar  0,58 persen  ceteris  paribus.  Hal  ini  juga  berarti  untuk  komoditas  kentang,
peningkatan  populasi  negara  pengekspor  akan  memengaruhi  potensi  pasarnya menjadi lebih besar.
Berbeda  dengan  variabel  populasi  negara  pengekspor,  populasi  Indonesia memiliki  pengaruh  negatif  tidak  sesuai  dengan  hipotesis  penelitian  terhadap
volume  impor  komoditas  kentang  Indonesia  dan  menunjukkan  nilai  probabilitas sebesar  0,0042.  Hal  ini  berarti  variabel  populasi  Indonesia  berpengaruh  nyata
signifikan  terhadap  volume  impor  komoditas  kentang  Indonesia.  Tanda  negatif pada  koefisien  populasi  kentang  menunjukkan  peningkatan  populasi  Indonesia
akan  meningkatkan  produksi  kentang  yang  digunakan  untuk  pemenuhan kebutuhan dalam negeri.
Variabel  harga  impor  memiliki  pengaruh  negatif  terhadap  volume  impor komoditas  kentang  Indonesia  sesuai  dengan  hipotesis  penelitian  dan
menunjukkan  nilai  probabilitas  sebesar  0,0005.  Hal  ini  berarti  variabel  harga impor berpengaruh nyata signifikan terhadap volume impor komoditas kentang
Indonesia.  Kondisi  tersebut  menunjukkan  bahwa  dengan  meningkatnya  harga impor  komoditas  kentang  sebesar  satu  persen,  akan  menurunkan  volume  impor
kentang Indonesia sebesar 1,64 persen ceteris paribus. Variabel jarak ekonomi memiliki pengaruh positif  terhadap volume impor
kentang  Indonesia  tidak  sesuai  dengan  hipotesis  penelitian  dan  menunjukkan nilai  probabilitas  sebesar  0,0000.  Hal  ini  menunjukkan  bahwa  variabel  jarak
ekonomi berpengaruh nyata signifikan terhadap aliran impor komoditas kentang Indonesia. Kondisi ini menunjukkan peningkatan satu persen jarak ekonomi akan
meningkatkan  4,16  persen  volume  impor  komoditas  kentang  Indonesia. Ketidaksesuaian  hasil  estimasi  output  dengan  hipotesis  penelitian  disebabkan
kondisi yang sama dengan impor bawang merah yaitu adanya komisi perdagangan dari suatu transaksi.  Komisi perdagangan ini akan memperoleh keuntungan yang
semakin  besar,  jika  nilai  transaksi  perdaganngan  internasional  mengalami kenaikan.
GDP  riil  negara  asal  impor  kentang  Indonesia  memiliki  pengaruh  positif terhadap  volume  impor  kentang  Indonesia  sesuai  dengan  hipotesis  penelitian
dan menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0,0660. Hal ini berarti variabel GDP riil  negara  asal  berpengaruh  nyata  terhadap  volume  impor  kentang  Indonesia.
Koefisien  GDP    riil  yang  bertanda  positif  menunjukkan  peningkatan  satu  persen GDP riil negara asal akan meningkatkan volume impor kentang Indonesia sebesar
0,85 persen ceteris paribus. Sama  halnya  dengan    GDP  riil  negara  asal,  variabel  GDP  riil  Indonesia
memiliki  pengaruh  positif  terhadap  volume  impor  kentang  sesuai  dengan hipotesis  penelitian  dan  menunjukkan  nilai  probabilitas  sebesar  0,0006.  Hal  ini
berarti  variabel  GDP  riil  Indonesia  berpengaruh  nyata  signifikan  terhadap volume  impor  kentang  Indonesia.  Kondisi  ini  menunjukkan  bahwa  dengan
meningkatnya GDP riil Indonesia sebesar satu persen akan meningkatkan volume impor kentang Indonesia sebesar 46,39 persen ceteris paribus.
Setelah  itu  variabel  nilai  tukar  pada  estimasi  hasil  output  memiliki pengaruh  negatif  terhadap  volume  impor  komoditas  kentang  Indonesia  tidak
sesuai  dengan  hipotesis  penelitian  dan  menunjukkan  nilai  probabilitas  sebesar 0,8042.  Hal  ini  berarti  bahwa  variabel  nilai  tukar  tidak  berpengaruh  nyata  tidak
signifikan  terhadap  volume  impor  bawang  merah  Indonesia.  Kondisi  ini menunjukkan bahwa nilai tukar bukan merupakan faktor yang dapat memengaruhi
aliran perdagangan impor komoditas kentang Indonesia.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah: 1.  Kecenderungan  impor  baik  bawang  merah  maupun  kentang  mengalami
kenaikan  selama  Tahun  2001  hingga  2010.  Kenaikan  ini  terjadi  pada volume  dan  nilai  impor  bawang  merah  dan  kentang.  Untuk  komoditas
bawang  merah,  peningkatan  volume  dan  nilai  impor  terjadi  sejak  Tahun 2002  hingga  2008  kemudian  mengalami  penurunan  pada  Tahun  2009.
Namun, pada Tahun 2010 baik volume maupun nilai impor bawang merah kembali mengalami kenaikan. Untuk komoditas kentang, baik volume dan
nilai  impornya  cenderung  mengalami  kenaikan  sejak  Tahun  2001  hingga 2010.  Berbeda  dengan  bawang  merah,  baik  volume  maupun  nilai  impor
kentang  mengalami  peningkatan  yang  signifikan  pada  Tahun  2009. Kemudian  Tahun  2010,  volume  dan  impor  kentang  juga  mengalami
kenaikan dibanding Tahun sebelumnya. 2.  Berdasarkan  hasil  dari  penelitian  ini  diketahui  faktor-faktor  yang
signifikan  memengaruhi  volume  impor  komoditas  bawang  merah  adalah populasi  negara  pengekspor,  populasi  Indonesia,  harga  impor,  jarak
ekonomi, GDP riil negara pengekspor, dan GDP riil Indonesia. Sedangkan variabel  nilai  tukar  tidak  berpengaruh  terhadap  volume  impor  bawang
merah  Indonesia.  Variabel  yang  berpengaruh  positif  terhadap  volume impor  bawang  merah  Indonesia  yaitu  jarak  ekonomi,  GDP  riil  negara
pengekspor,  GDP  riil  Indonesia,  dan  nilai  tukar  riil  antara  rupiah  dengan dollar  Amerika  Serikat  sedangkan  variabel  yang  berpengaruh  negatif
terhadap  volume  impor  yaitu  populasi  negara  pengekspor,  populasi Indonesia, dan harga impor.
3.  Pada  komoditas  kentang,  faktor-faktor  yang  signifikan  memengaruhi volume impornya adalah populasi negara pengeskpor, populasi Indonesia,
harga  impor,  jarak  ekonomi,  GDP  riil  negara  pengekspor,  dan  GDP  riil Indonesia.  Sama  halnya  dengan  komoditas  bawang  merah,  variabel  nilai