Antioksidan Kandungan fenol, komponen fitokimia dan aktivitas antioksidan lamun Cymodocea rotundata

Gambar 1 Cymodocea rotundata Sumber : Les dan Waycott 2004 Lamun merupakan tumbuhan autotrof yang dapat melakukan fotosintesis. Lamun dapat memfiksasi sejumlah karbon organik dan sebagian besar memasuki rantai pakan baik melalui pemangsaan langsung oleh herbivora maupun melalui proses dekomposisi. Serasah yang diproduksi oleh lamun diduga membantu meningkatkan kelimpahan fito dan zooplankton di permukaan terumbu karang sehingga lamun berperan sebagai produsen primer. Lamun juga memiliki peran penting bagi kehidupan penyu hijau Chelonia mydas dan dugong Dugong dugong. Jenis-jenis lamun yang dikonsumsi penyu hijau diantaranya adalah Cymodocea, Thalassia, dan Halophila, sedangkan jenis lamun yang dikonsumsi oleh dugong diantaranya adalah Posidonia dan Halophila. Daun dan rhizoma lamun memiliki kandungan nitrogen yang tinggi sehingga disukai oleh hewan-hewan tersebut Dahuri 2003.

2.2 Antioksidan

Antioksidan menurut Kuncahyo dan Sunardi 2007 adalah senyawa kimia yang dapat menyumbangkan satu atau lebih elektron kepada radikal bebas, sehingga radikal bebas tersebut dapat diredam. Sofia 2005 mendefinisikan antioksidan sebagai inhibitor yang bekerja menghambat oksidasi dengan cara bereaksi dengan radikal bebas reaktif membentuk radikal bebas tak reaktif yang relatif stabil. Berdasarkan sumber perolehannya, antioksidan dibedakan menjadi dua macam yaitu antioksidan buatan sintetik dan antioksidan alami. Tubuh manusia tidak mempunyai cadangan antioksidan dalam berjumlah berlebih, sehingga jika terjadi paparan radikal berlebih maka tubuh membutuhkan antioksidan eksogen. Beberapa contoh antioksidan sintetik yang diizinkan penggunaannya untuk pangan yaitu butil hidroksi anisol BHA, butil hidroksi toluen BHT, propil galat, tert-butil hidroksi quinon TBHQ dan tokoferol. Antioksidan alami di dalam makanan dapat berasal dari senyawa antioksidan yang sudah ada dari satu atau dua komponen makanan, senyawa antioksidan yang terbentuk dari reaksi- reaksi selama proses pengolahan, senyawa antioksidan yang diisolasi dari sumber alami dan ditambahkan ke makanan sebagai bahan tambahan pangan Pratt 1992. Menurut Sofia 2005, antioksidan terbagi menjadi antioksidan enzim dan vitamin. Antioksidan enzim meliputi superoksida dismutase SOD, katalase dan glutation peroksidase GSH.Prx. Superoksida dismutase berperan dalam melawan radikal bebas pada mitokondria, sitoplasma dan bakteri aerob dengan mengurangi bentuk radikal bebas superoksida. Katalase merupakan enzim yang mengubah hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen. Fungsinya menetralkan hidrogen peroksida beracun dan mencegah formasi gelembung CO 2 dalam darah. GSH.Prx mengandung Se dan bekerja dengan cara menggerakkan H 2 O 2 dan lipid peroksida dibantu dengan ion logam-logam transisi. Antioksidan vitamin lebih populer sebagai antioksidan dibandingkan enzim. Antioksidan vitamin mencakup alfa tokoferol vitamin E, beta karoten dan asam askorbat vitamin C yang banyak didapatkan dari tanaman dan hewan. Kuncahyo dan Sunardi 2007 menyatakan bahwa fungsi utama antioksidan adalah sebagai upaya untuk memperkecil terjadinya proses oksidasi dari lemak dan minyak, memperkecil terjadinya proses kerusakan dalam makanan, memperpanjang masa pemakaian dalam industri makanan, meningkatkan stabilitas lemak yang terkandung dalam makanan serta mencegah hilangnya kualitas sensori dan nutrisi. Antioksidan juga dapat menetralkan radikal bebas, seperti enzim SOD, glutation peroksidase, dan katalase. Antioksidan dapat diperoleh dari asupan makanan yang banyak mengandung vitamin C, vitamin E dan berkaroten serta senyawa fenolik. Lawrence et al. 2000 menambahkan bahwa antioksidan juga pada akhirnya berfungsi untuk menetralisir atau meredam dampak negatif dari radikal bebas. Barus 2009 mengelompokkan fungsi antioksidan berdasarkan mekanisme kerjanya menjadi fungsi utama dan sekunder. Fungsi utama antioksidan yaitu sebagai pemberi atom hidrogen. Antioksidan AH yang mempunyai fungsi utama tersebut sering disebut sebagai antioksidan primer. Senyawa ini dapat memberikan atom hidrogen secara cepat ke radikal lipida R · , ROO · atau mengubahnya ke bentuk lebih stabil, sementara turunan radikal antioksidan A · tersebut memiliki keadaan lebih stabil dibanding radikal bebas. Fungsi sekunder merupakan fungsi memperlambat laju autooksidasi dengan berbagai mekanisme diluar mekanisme pemutusan rantai autooksidasi dengan pengubahan radikal bebas kebentuk lebih stabil. Reaksi penghambatan antioksidan terhadap radikal bebas dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2 Reaksi penghambatan antioksidan primer terhadap radikal bebas Sumber: Barus 2009

2.3 Uji Aktivitas Antioksidan