4 Fenol Hidrokuinon
1 gram sampel diekstrak dengan 20 ml etanol 70. Larutan yang dihasilkan diambil sebanyak 1 ml kemudian ditambahkan 2 tetes larutan FeCl
3
5. Reaksi positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna hijau atau hijau biru.
5 Flavonoid
Sejumlah sampel ditambahkan serbuk magnesium 0,1 mg dan 0,4 ml amil alkohol campuran asam klorida 37 dan etanol 95 dengan volume yang sama
dan 4 ml alkohol kemudian campuran dikocok. Reaksi positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna merah, kuning atau jingga pada lapisan amil alkohol.
6 Tanin
Sejumlah sampel ditambahkan FeCl
3
kemudian campuran dihomogenkan. Reaksi positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna merah pada campuran.
3.4 Rancangan Percobaan dan Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap RAL satu faktor. Data hasil pengujian yang diolah
menggunakan RAL adalah rendemen ekstrak, total fenol dan aktivitas antioksidan. Semua perlakuan dilakukan sebanyak dua kali ulangan.
Hipotesis yang digunakan adalah: H0 : Perbedaan jenis pelarut tidak memberikan pengaruh nyata terhadap
rendemen ekstrak, total fenol dan aktivitas antioksidan pada lamun C. rotundata
H1 : Perbedaan jenis pelarut memberikan pengaruh nyata terhadap rendemen ekstrak, total fenol dan aktivitas antioksidan pada lamun C. rotundata
Faktor yang digunakan sebagai perlakuan adalah jenis pelarut yang digunakan yang terdiri dari 3 taraf, yaitu metanol, etil asetat dan n-heksana. Model
rancangan yang digunakan adalah : y
ij
= µ + α
i
+ є
ij
Keterangan ; y
ij
: hasil pengamatan faktor jenis pelarut taraf ke-i i=1,2,3 pada ulangan ke-j j=1,2
µ : rataan umum α
i
: pengaruh faktor jenis pelarut taraf ke-i
є
ij
: sisaan akibat jenis pelarut taraf ke-i pada ulangan ke-j
Uji lanjut Duncan digunakan jika analisis ragam menunjukkan hasil berbeda nyata pada selang 95 α=0,05. Rumus yang digunakan dalam uji
lanjut Duncan adalah:
Sy = KTS
r Rp = qa
′
x Sy
Keterangan : Sy
= Significant range KTS
= kuadran tengah sisa r
= ulangan qa’
= significant studentized range Rp
= wilayah nyata terkecil dari nilai rata-rata
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Komposisi Proksimat
dan Abu
Tak Larut Asam
Lamun Cymodocea rotundata
Analisis proksimat dilakukan untuk mengetahui komposisi kimia atau kandungan gizi dalam lamun C. rotundata. Komposisi kimia tersebut meliputi
air, protein, lemak, abu, dan karbohidrat. Kadar karbohidrat lamun C. rotundata diketahui dengan perhitungan secara by difference. Pengujian lain yang dilakukan
adalah pengujian terhadap kadar abu tidak larut asam. Pengujian ini berkaitan dengan kebersihan dalam proses preparasi lamun C. rotundata yang digunakan.
Perhitungan analisis proksimat dan abu tak larut asam dapat dilihat pada Lampiran 2 dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Kandungan proksimat dan abu tak larut asam lamun C. rotundata Komponen
Nilai Air
90,67 ± 1,63 Abu
2,35 ± 0,79 Protein
1,13 ± 0,40 Lemak
0,79 ± 0,84 Karbohidrat by difference
5,06 ± 0,40 Abu tak larut asam
0,00 ± 0,00 Air merupakan senyawa yang paling berlimpah di dalam sistem hidup dan
mencakup 70 atau lebih dari bobot hampir semua bentuk kehidupan. Air mengisi semua bagian dari tiap sel sehingga air merupakan medium tempat
berlangsungnya transportasi nutrien, reaksi-reaksi enzimatis metabolisme dan transfer energi kimia Lehninger 1982.
Menurut derajat keterikatan air, air terikat dibagi menjadi empat tipe. Air tipe III atau air bebas merupakan air yang secara fisik terikat dalam jaringan
matriks bahan seperti membran, kapiler dan serat. Air tipe ini memiliki sifat mudah diuapkan sehingga sifat ini dijadikan prinsip dalam pengujian kadar air
Winarno 2008. Lamun C. rotundata memiliki kadar air yang tergolong tinggi, yaitu 90,67 bb. Kadar air ini dapat dipengaruhi oleh habitat atau lingkungannya.
Kandungan air dalam suatu bahan ikut menentukan acceptability, kesegaran dan daya tahan bahan tersebut.
Sekitar 96 bahan pangan terdiri atas bahan organik dan air, sisanya terdiri dari unsur-unsur mineral. Ketika proses pembakaran, bahan-bahan organik
terbakar sedangkan mineral tidak, oleh karena itu disebut sebagai abu. Mineral dalam tubuh berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur. Setiap organisme
memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam meregulasi dan mengabsorbsi mineral, sehingga akan berpengaruh terhadap nilai kadar abu pada masing-masing
bahan Winarno 2008. Analisis kadar abu dilakukan untuk mengetahui kandungan mineral dalam
lamun C. rotundata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar abu dalam lamun C. rotundata adalah sebesar 24,86 bk. Nilai ini jauh lebih rendah jika
dibandingkan dengan hasil penelitian Setyati et al. 2003 pada lamun C. serrulata yang mengandung abu sebesar 67,09 bk. Tinggi rendahnya kadar
abu ini dapat dipengaruhi oleh perbedaan habitat atau lingkungan hidup. Setiap lingkungan perairan dapat menyediakan asupan mineral yang berbeda-beda bagi
organisme akuatik yang hidup di dalamnya. Protein merupakan sumber asam amino yang mengandung unsur C, H,
O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat Lehninger 1982. Pengukuran kadar protein dilakukan untuk mengetahui besar atau kecilnya
kandungan protein di dalam lamun C. rotundata. Hasil pengujian kadar protein menunjukkan bahwa lamun C. rotundata mengandung protein sebesar
12,67 bk. Jumlah ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan kandungan protein lamun C. serrulata yang diteliti oleh Setyati et al. 2003 yaitu sebesar 9,39 bk.
Kadar protein dalam tumbuhan secara umum memiliki mutu yang lebih rendah daripada kadar protein hewani karena protein hewani lebih banyak
menyediakan asam amino-asam amino esensial. Protein dalam tubuh berfungsi sebagai zat pengatur dan pembangun serta sebagai bahan bakar apabila keperluan
energi tubuh tidak terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak Winarno 2008. Lemak merupakan senyawa organik yang tidak larut di dalam air dan
dapat diekstrak dari suatu bahan dengan menggunakan pelarut nonpolar, seperti kloroform dan eter. Lemak merupakan bahan bakar utama bagi hampir semua
organisme Lehninger 1982. Satu gram lemak mampu menghasilkan energi sebesar 9 kkal. Lemak nabati mengandung asam-asam lemak esesial seperti asam
linoleat, linolenat dan arakidonat yang dapat mencegah penyempitan pembuluh darah akibat penumpukan kolesterol dan juga berfungsi sebagai pelarut bagi
vitamin A, D, E, dan K Winarno 2008. Hasil pengujian kadar lemak menunjukkan bahwa lamun C. rotundata
mengandung lemak sebesar 7,81 bk. Kandungan lemak pada C. rotundata ternyata memiliki jumlah yang sama dengan hasil penelitian Setyati et al. 2003
yang menyatakan bahwa kadar lemak pada lamun C. serrulata adalah sebesar 7,81 bk. Yunizal et al. 1998 menyatakan bahwa kadar air umumnya memiliki
hubungan yang berbanding terbalik dengan kadar lemak. Lamun C. rotundata memiliki kandungan air yang cukup tinggi sehingga secara proporsional kadar
lemak menjadi turun. Karbohidrat merupakan polihidroksi aldehida keton atau senyawa yang
menghasilkan senyawa ini bila dihidrolisis. Karbohidrat terbagi atas tiga golongan utama,
yaitu monosakarida, oligosakarida dan polisakarida. Polisakarida yang umumnya dijumpai pada tanaman adalah pati dan selulosa yang
mempunyai ratusan atau ribuan unit monosakarida Lehninger 1982. Kadar karbohidrat by difference lamun C. rotundata yang diperoleh dari hasil
penelitian ini adalah sebesar 5,06. Pada tanaman, karbohidrat C
6
H
12
O
6
dibentuk dari reaksi CO
2
dan H
2
O dengan bantuan sinar matahari melalui proses fotosintesis dalam sel tanaman yang
berklorofil. Walaupun jumlah kalori yang terdapat dalam satu gram karbohidrat hanya 4 kkal, namun karbohidrat merupakan sumber kalori utama bagi hampir
seluruh penduduk dunia Winarno 2008. Karbohidrat berguna sebagai storing energy seperti pati dan sebagai penyusun dinding sel seperti selulosa. Banyak
senyawa kimia dalam tanaman seperti asam nukleat dan glikosida yang mengandung karbohidrat dimana karbohidrat tersebut merupakan bagian esensial
pada strukturnya. Kegunaan gula pada tanaman antara lain untuk membantu penyerbukan, melindungi luka dan mencegah terjadinya infeksi serta detoksifikasi
dari bahan lain Sirait 2007.
Abu tidak larut asam merupakan garam-garam klorida yang tidak larut asam, yang sebagian merupakan garam-garam logam berat dan silika. Kadar abu
tidak larut asam menunjukkan adanya kontaminasi residu mineral atau logam yang tidak dapat larut asam pada suatu bahan. Kadar abu tidak larut asam
juga menunjukkan kebersihan dalam suatu proses pengolahan suatu produk Basmal et al. 2003.
Lamun C. rotundata yang digunakan dalam penelitian ini memiliki kadar abu tidak larut asam sebesar 0. Nilai kadar abu tidak larut asam yang diperoleh
dalam penelitian ini masih berada dibawah 1, yaitu nilai yang dipersyaratkan dalam Food Chemical Codex 1992 untuk produk kappa-karaginan food grade.
Ada tidaknya kadar abu tidak larut asam ini diduga berasal dari bahan-bahan abu yang tidak dapat larut asam yang terdapat di perairan tempat lamun C. rotundata
hidup yang terbawa saat proses preparasi seperti pasir, silika, lumpur, dan karang.
4.2 Kandungan Serat Pangan Lamun