inkubator, spektrofotometer UV-Visible, plate microwell, sudip, alumunium foil, tabung reaksi, gelas ukur, pipet volumetrik, pipet mikro, gegep, tissue, kapas
bebas lemak, kompor listrik, kantung plastik, tanur, cawan porselen, elisa reader dan vorteks.
3.3
Tahapan Penelitian
Penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan, yaitu tahap pengambilan dan preparasi sampel, tahap analisis kimia berupa analisis proksimat kadar air, lemak,
protein, karbohidrat, dan abu, abu tidak larut asam dan serat pangan, tahap pembuatan ekstrak kasar sampel, uji total fenol, aktivitas antioksidan, dan uji
fitokimia. Tahapan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.
3.3.1 Pengambilan dan preparasi lamun C. rotundata
Pengambilan lamun C. rotundata dilakukan di Pulau Pramuka, Taman Nasional Kepulauan Seribu, Jakarta. Lamun yang telah dikumpulkan segera
dibersihkan dengan air laut untuk menghilangkan kotoran-kotoran dan dibersihkan kembali dengan air tawar untuk menghilangkan garam-garam yang
masih menempel. Sampel segar dimasukkan dalam kantung plastik kemudian disimpan dalam cool-box. Pengeringan dilakukan dengan menjemur lamun
C. rotundata segar dibawah sinar matahari selama 3 hari kemudian diblender hingga halus.
3.3.2 Analisis proksimat dan abu tak larut asam
Analisis proksimat merupakan suatu analisis yang dilakukan untuk memprediksi komposisi kimia suatu bahan, termasuk di dalamnya analisis kadar
air, abu, lemak, dan protein.
1 Analisis kadar air BSN 2006
Analisis kadar air dilakukan mengacu pada SNI 01-2354.2-2006 yang dimodifikasi. Cawan porselen kosong dikeringkan dalam oven selama 15 menit
lalu didinginkan dalam desikator selama 20 menit dan ditimbang. 5 gram sampel disimpan dalam cawan kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 100
o
C dan tekanan tidak lebih dari 100 mmHg selama 5 jam atau sampai beratnya konstan.
Gambar 4 Diagram alir penelitian Analisis:
a. Proksimat b. Abu tak larut asam
c. Serat pangan Pengeringan dengan
sinar matahari Lamun
Cymodocea rotundata
Lamun kering Lamun segar
Ekstrak kasar metanol
Ekstrak kasar n-heksana
Ekstrak kasar etil asetat
Analisis: a. Rendemen
b. Total fenol c. Fitokimia
d. Aktivitas antioksidan Evaporasi
Sampel + metanol Sampel + etil asetat
Sampel + n-heksana
Maserasi Penyaringan
Filtrat
Selanjutnya cawan dan isinya didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Perhitungan kadar air menggunakan rumus berikut ini.
Kadar air = B
− C B
− A x 100
Keterangan : A = berat cawan kosong g B = berat cawan + sampel awal g
C = berat cawan + sampel kering g
2 Analisis kadar abu AOAC 1995
Cawan pengabuan dikeringkan di dalam oven selama satu jam pada suhu 105
o
C, kemudian didinginkan selama 15 menit di dalam desikator dan ditimbang hingga didapatkan berat yang konstan. Sampel sebanyak 5 gram dimasukkan ke
dalam cawan pengabuan dan dipijarkan di atas nyala api kompor listrik hingga tidak berasap lagi. Setelah itu dimasukkan ke dalam tanur pengabuan dengan
suhu 400
o
C selama satu jam, kemudian ditimbang hingga didapatkan berat yang konstan. Penentuan kadar abu dihitung dengan menggunakan rumus berikut.
Berat abu g = berat sampel dan cawan akhir g – berat cawan kosong g
Kadar abu = berat abu g
berat sampel g x 100
3 Analisis kadar lemak AOAC 1995
Analisis kadar lemak dilakukan dengan metode soxhlet. Abu lemak dikeringkan dalam oven lalu didinginkan dalam desikator dan ditimbang. 1 gram
sampel dalam bentuk tepung ditimbang langsung dalam saringan timbel yang sesuai ukurannya kemudian ditutup dengan kapas wool yang bebas lemak.
Timbel yang berisi sampel diletakkan dalam alat ekstraksi soxhlet kemudian alat kondensor dipasang di atasnya dan labu lemak dibawahnya. Pelarut dietil eter
atau n-heksana dituangkan ke dalam labu lemak secukupnya dan refluks dilakukan selama 6 jam sampai pelarut yang turun ke labu lemak berwarna jernih.
Pelarut hasil destilasi ditampung kemudian labu lemak yang berisi lemak hasil ekstraksi dipanaskan dalam oven pada suhu 105
o
C. Setelah dikeringkan sampai berat tetap dan didinginkan dalam desikator, labu beserta lemaknya
ditimbang sehingga berat lemak dapat dihitung. Kadar lemak dihitung dengan rumus sebagai berikut ;
Kadar lemak =
W
1
− W
2
W x 100
Keterangan : W = Berat sampel g
W
1
= Berat labu lemak kosong g W
2
= Berat labu lemak dengan lemak g
4 Analisis kadar protein AOAC 1995
Tahap-tahap yang dilakukan dalam analisis protein terdiri dari tiga tahap, yaitu destruksi, destilasi, dan titrasi. Pengukuran kadar protein dilakukan dengan
metode kjeldahl. Sampel ditimbang sebanyak 1 gram, kemudian dimasukkan ke dalam labu kjeldahl 50 ml lalu ditambahkan 7 gram K
2
SO
4
, kjeltab 0,005 g jenis HgO, 15 ml H
2
SO
4
pekat dan 10 ml H
2
O
2
ditambahkan secara perlahan ke dalam labu didiamkan 10 menit di ruang asam. Contoh didestruksi pada suhu 410
o
C selama kurang lebih dua jam atau sampai cairan berwarna hijau bening. Labu
kjeldahl dicuci dengan akuades 10 ml, kemudian air tersebut dimasukkan ke dalam alat destilasi. Hasil destilasi ditampung dalam erlenmeyer 125 ml yang
berisi 25 ml asam borat H
3
BO
3
4 yang mengandung indikator bromcherosol green 0,1 dan methyl red 0,1 dengan perbandingan 2:1. Destilasi dilakukan
dengan menambahkan 50 ml larutan NaOH-Na
2
S
2
O
3
ke dalam alat destilasi hingga tertampung 100-150 ml destilat di dalam erlenmeyer dengan hasil destilat
berwarna hijau. Lalu destilat dititrasi dengan HCl 0,2 N sampai terjadi perubahan warna merah muda yang pertama kalinya. Volume titran dibaca dan dicatat.
Kadar protein dihitung dengan rumus sebagai berikut : N =
ml HCl − ml blanko x N HCl x FP x 14,007 x 100 mg contoh
Keterangan: Protein = N x 6,25
5 Analisis kadar abu tidak larut asam BSN 2000
Analisis kadar abu tidak larut asam dilakukan berdasarkan SNI 01-3836-2000.
Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu, dididihkan dengan 25 ml HCl encer selama 5 menit, dikumpulkan bagian yang tidak larut
asam, disaring melalui krus kaca masir atau kertas saring bebas abu. Selanjutnya dilakukan pencucian dengan air panas, dipijarkan dan ditanur hingga bobot tetap
lalu ditimbang. Perhitungan kadar abu tidak larut asam dilakukan menggunakan rumus berikut.
Kadar abu tidak larut asam = berat abu g
berat sampel g x 100
3.3.3 Analisis serat pangan dietary fibre Asp et al. 1983