Aktivitas Antioksidan Lamun Kandungan fenol, komponen fitokimia dan aktivitas antioksidan lamun Cymodocea rotundata

polar, yang juga dapat mengekstrak komponen lainnya yang bersifat non polar ataupun semipolar. Tanin merupakan senyawa polifenol yang dapat membentuk polifenol yang membentuk senyawa kompleks yang tidak larut dengan protein. Senyawa ini terdapat pada berbagai jenis tanaman yang digunakan baik untuk bahan pangan maupun pakan ternak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak lamun C. rotundata tidak terdeteksi adanya tanin. Menurut Wijayakusuma 2000 tanin dalam tubuh dapat memperlancar sistem pencernaan. Saponin adalah glikosida triterpena dan sterol yang telah terdeteksi dalam lebih dari 90 suku tumbuhan. Glikosida adalah suatu kompleks antara gula pereduksi glikon dan bukan gula aglikon. Glikon bersifat mudah larut dalam air dan glikosida-glikosida mempunyai tegangan permukaan yang kuat Suradikusumah 1989. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak lamun C. rotundata terdeteksi adanya saponin pada semua jenis pelarut. Hal ini dibuktikan dengan adanya busa yang terbentuk. Saponin adalah senyawa aktif permukaan kuat yang menimbulkan busa jika dikocok dalam air dan pada konsentrasi rendah sering menyebabkan heomolisis sel darah merah. Sifatnya sebagai senyawa aktif permukaan disebabkan adanya kombinasi antara aglikon lipofilik dengan gula yang bersifat hidrofilik.

4.6 Aktivitas Antioksidan Lamun

Cymodocea rotundata dengan Metode DPPH Antioksidan adalah senyawa kimia yang dapat menyumbangkan satu atau lebih elektron kepada radikal bebas, sehingga radikal bebas tersebut dapat diredam Kuncahyo dan Sunardi 2007. Pengujian aktivitas antioksidan pada lamun C. rotundata dalam penelitian ini dilakukan dengan metode diphenylpicrylhydrazil DPPH free radical scavenging assay. Pada metode ini, larutan DPPH yang berperan sebagai radikal bebas akan bereaksi dengan senyawa antioksidan sehingga DPPH akan berubah menjadi diphenilpycrilhydrazine yang bersifat non-radikal. Hasil dari metode DPPH diinterpretasikan dalam parameter IC 50 Inhibition Concentration 50 yang didefinisikan sebagai konsentrasi larutan substrat atau sampel yang akan menyebabkan tereduksi aktivitas DPPH sebesar 50. Pembanding yang digunakan dalam pengujian aktivitas antioksidan ini adalah BHT. Nilai IC 50 yang diperoleh dari larutan BHT dan lamun C. rotundata pada tiga jenis pelarut dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Nilai IC 50 larutan BHT dan ekstrak lamun C. rotundata Jenis sampel IC 50 ppm Pembanding BHT 15,93 Ekstrak Metanol 203,32 ± 47,50 a Ekstrak Etil asetat 357,73 ± 93,53 a Ekstrak N-heksana 5589,27 ± 1849,12 b Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf superscript berbeda a,b menunjukkan berbeda nyata p0,05 Pembanding BHT memiliki nilai IC 50 terendah yaitu 15,93 ppm. Nilai ini lebih tinggi dari hasil penelitian Hanani et al. 2005 yaitu 3,81 ppm. Walaupun IC 50 BHT yang diperoleh lebih besar, namun masih digolongkan sebagai antioksidan sangat kuat menurut penggolongan Molyneux 2004 yang menyatakan bahwa suatu senyawa memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat jika nilai IC 50 50 ppm. Aktivitas antioksidan BHT dan masing-masing ekstrak lamun ditunjukkan oleh nilai inhibisinya pada beberapa konsentrasi yang dapat dilihat pada Lampiran 7. Nilai inhibisi pada beberapa konsentrasi yang terdapat pada Lampiran 7 menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi BHT dan ekstrak lamun C. rotundata yang digunakan maka semakin besar persentase penghambatan radikal bebas yang dihasilkan yang ditunjukkan dengan kenaikan nilai inhibisi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Andayani et al. 2008 yang menyatakan bahwa pada konsentrasi yang lebih tinggi akan menunjukkan aktivitas antioksidan yang lebih tinggi. Data-data pada Tabel 4 menunjukkan bahwa antioksidan BHT memiliki aktivitas yang lebih kuat dari senyawa-senyawa antioksidan yang terdapat pada ketiga ekstrak kasar lamun C. rotundata. Nilai IC 50 antioksidan BHT jauh lebih kecil dari nilai IC 50 ketiga ekstrak kasar lamun C. rotundata. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa BHT memiliki kemampuan 13 kali lebih efektif dalam mereduksi radikal bebas DPPH dibandingkan ketiga ekstrak kasar lamun C. rotundata. Hal ini dapat terjadi karena ekstrak lamun C. rotundata yang digunakan dalam pengujian ini masih tergolong sebagai ekstrak kasar crude. Ekstrak kasar ini masih mengandung senyawa lain yang bukan merupakan senyawa antioksidan. Senyawa lain tersebut ikut terekstrak dalam pelarut selama proses ekstraksi. Perbedaan pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi lamun C. rotundata ternyata memberikan pengaruh yang berbeda terhadap aktivitas antioksidan yang dihasilkan. Menurut Molyneux 2004, semakin kecil nilai IC 50 maka aktivitas antioksidan semakin tinggi. Berdasarkan hal ini, aktivitas antioksidan pada lamun C. rotundata tertinggi terdapat pada ekstrak dengan pelarut metanol yang memiliki nilai IC 50 terendah, yaitu 203,32 ppm. Tingginya aktivitas antioksidan dalam ekstrak lamun C. rotundata dengan pelarut metanol berkorelasi positif dengan senyawa fenol yang dikandungnya. Nilai total fenol pada ekstrak lamun dengan pelarut metanol memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan pelarut lainnya sehingga aktivitas antioksidan pada ekstrak dengan pelarut metanol menjadi lebih tinggi dibandingkan ekstrak pelarut lain. Hal ini sesuai dengan penelitian Meenakshi et al. 2009 yang menunjukkan adanya hubungan antara total fenol dan aktivitas antioksidan dimana jika di dalam suatu bahan memiliki konsentrasi senyawa fenol yang tinggi maka aktivitas antioksidan dalam bahan tersebut juga tinggi. Ketiga ekstrak lamun C. rotundata memiliki aktivitas antioksidan yang sangat lemah. Hal ini dapat dilihat dari nilai IC 50 ketiga ekstrak lamun C. rotundata yang memiliki nilai IC 50 200 ppm. Molyneux 2004 menggolongkan aktivitas antioksidan berdasarkan nilai IC 50 yang diperoleh, yaitu sangat kuat IC 50 50 ppm, kuat 50 ppm IC 50 100ppm, sedang 100 ppmIC 50 150 ppm, lemah 150 ppmIC 50 200 ppm, dan sangat lemah IC 50 200ppm Tabel 4 juga menunjukkan bahwa senyawa antioksidan dalam lamun C. rotundata lebih bersifat larut dalam pelarut polar seperti metanol. Menurut Ismail et al. 2002, aktivitas antioksidan sangat tergantung pada jenis pelarut yang digunakan karena senyawa dengan polaritas yang berbeda menunjukkan tingkat aktivitas antioksidan yang berbeda pula. Faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat aktivitas antioksidan adalah pH ekstraksi. Ekstrak sampel rumput laut yang diteliti Ismail et al. 2002 memberikan aktivitas antioksidan yang lebih tinggi pada pH 10 dibandingkan dengan pH 6. Antioksidan yang terdapat dalam lamun C. rotundata termasuk ke dalam antioksidan alami karena berasal dari sumber alami, yaitu tumbuhan. Trilaksani 2003 menyatakan bahwa senyawa antioksidan alami pada tumbuhan umumnya adalah senyawa fenolik yang dapat berupa golongan flavonoid, turunan asam sinamat, kumarin, tokoferol, dan asam-asam organik polifungsional. Senyawa antioksidan alami polifenolik ini adalah multifungsional dan dapat beraksi sebagai pereduksi, penangkap radikal bebas, pengkelat logam, dan peredam terbentuknya singlet oksigen. 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan