Kerangka Pemikiran Operasional KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

26 . Gambar 1. The Expectancy Disconfirmation Model Sumber : Mowen dan Minor 1998 diacu dalam Sumarwan 2002

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Tingkat konsumsi beras penduduk Indonesia sangat tinggi untuk ukuran internasional yaitu sebesar 139,15 kgkapitatahun. Apabila konsumsi beras tetap seperti itu, maka diperkirakan kebutuhan konsumsi tahun 2030 sebesar 59 juta ton. Selain itu, jika laju pertumbuhan penduduk tiap tahun meningkat dan lahan pertanian semakin berkurang karena alih fungsi lahan. Maka dipastikan akan mengancam ketahanan pangan Indonesia. Untuk menanggulangi kondisi tersebut, pemerintah Indonesia melakukan beberapa upaya untuk meningkatkan produktivitas dengan tujuan menanggulangi masalah ketersediaan pangan . Program yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan produksi beras ialah program Peningkatan Produksi Beras Nasional P2BN. Salah satu program didalamnya ialah penggunaan teknologi benih padi hibrida. Padi hibrida memiliki produktivitas 8-10 ton per hektar atau 15-20 persen di atas benih padi inbrida, yaitu rata-rata nasional 5-6 ton per hektar. Akan tetapi mengapa benih padi hibrida yang dapat meningkatkan produktivitas dan memiliki potensi hasil lebih tinggi Pengalaman Produk dan Merek Harapan Mengenai Merek Seharusnya Berfungsi Evaluasi Gap Antara Harapan dan yang Sesungguhnya Konfirmasi Harapan: Fungsi Merek Tidak Berbeda dengan Harapan Ketidakpuasan Emosional : Merek Tidak Memenuhi Harapan Evaluasi Mengenai Fungsi Merek yang Sesungguhnya Kepuasan Emosional Fungsi Merek Melebihi Harapan 27 dari padi Inbrida tetapi luas areal penanamannya tidak berkembang dengan pesat di kalangan para petani atau keunggulan yang dimiliki padi hibrida tidak membuat benih padi hibrida mendominasi lahan persawahan di Kabupaten Bogor khususnya di Kecamatan Cigombong. Ternyata keunggulan yang dimiliki oleh benih padi hibrida mempunyai kendala di kalangan petani, seperti harga benih yang mahal, menanam benih harus selalu menggunakan F1 benih padi hibrida, dan memerlukan unsur hara yang lebih tinggi. Adanya kondisi tersebut akan menjadi suatu kendala bagi para petani di dalam menanam benih padi hibrida, sebab para petani di Indonesia khususnya di Kabupaten Bogor memiliki pemahaman teknis budidaya padi yang susah untuk diubah. Sehingga hal ini yang menyebabkan respon petani terhadap benih padi hibrida kurang baik dan mengakibatkan tingkat penanaman benih padi hibrida relatif kecil di kalangan petani. Oleh karena itu, diperlukan suatu pemahaman dan analisis tentang perilaku petani yaitu sikap dan kepuasan petani terhadap benih padi hibrida. Karakteristik petani tidak terlepas dari kondisi demografi, ekonomi, budaya, keluarga, dan psikologis. Kemudian motivasi petani dalam penggunaan benih padi hibrida dan juga atribut-atribut yang dimiliki oleh benih padi hibrida akan senantiasa mempengaruhi sikap dan kepuasan petani terhadap penggunaan benih padi hibrida. Berdasarkan hal tersebut, pada akhirnya keputusan atau strategi kebijakan yang dibuat oleh pemerintah ataupun para produsen benih padi hibrida Lampiran 4 akan tepat karena sesuai dengan harapan atau apa yang diinginkan oleh para petani. Dalam penelitian ini alat analisis yang digunakan untuk menjelaskan karakteristik dan motivasi petani ialah analisis Deskriptif. Lalu untuk melakukan identifikasi atribut-atribut benih padi yang paling dianggap penting oleh para petani ialah menggunakan analisis Cochran, dan untuk mengukur sikap petani padi hibrida terhadap atribut-atribut padi adalah menggunakan model sikap Multiatribut Fishbein. Sedangkan untuk menilai kepuasan petani terhadap masing- masing atribut padi berdasarkan pendapat para petani sebagai responden menggunakan alat analisis Customer Satisfaction Index CSI. Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan masukan ataupun rekomendasi bagi penelitian selanjutnya. Kerangka operasional dapat dilihat pada Gambar 2. 28 Gambar 2 . Kerangka Pemikiran Operasional Program Peningkatan Produksi Beras Nasional P2BN Menggunakan Teknologi Padi Hibrida Tingkat Penanaman Benih Padi Hibrida Tidak Berkembang Pesat di Kalangan Petani Analisis Sikap dan Kepuasan Petani terhadap Benih Padi Hibrida Karakteristik dan Motivasi Petani - Analisis Deskriptif Analisis Sikap - Analisis Multiatribut Fishbein Analisis Kepuasan - Costumer Satisfaction Index Rekomendasi Strategi Kebijakan Atribut Produk Padi Hibrida 29

IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja purposive. Hal ini di pilih berdasarkan pertimbangan bahwa Kabupaten Bogor adalah wilayah yang menjadi salah satu target pengembangan benih padi hibrida di Jawa Barat, kemudian Kecamatan Cigombong merupakan salah satu kecamatan yang telah menjadi target pengembangan serta bantuan benih padi hibrida di Kabupaten Bogor. Kecamatan ini terpilih karena termasuk pada kategori daerah yang potensial untuk pengembangan benih padi hibrida dan merupakan suatu wilayah yang areal persawahannya bukan daerah endemik hama penyakit serta memiliki pengairan yang cukup baik dibanding dengan lokasi lain. Selain itu, Kecamatan ini telah mendapatkan benih bantuan padi hibrida varietas Intani 2 pada tahun 2010 yang tersebar di tiga desa yaitu Desa Ciburuy, Desa Pasir jaya, dan Desa Srogol. Sehingga penelitian ini dilakukan di tiga desa tersebut dari bulan Juni hingga Agustus 2011.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif, sebagai berikut: 1. Data Primer Data primer diperoleh melalui pemberian kuisoner, yang dilakukan dengan melakukan wawancarai secara langsung kepada para petani padi hibrida di Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor. 2. Data sekunder Data sekunder diperoleh dari studi literatur yang berhubungan dengan topik dan judul penelitian, yang bersumber pada buku-buku Buku mengenai Benih Padi dan Perilaku Konsumen, hasil penelitian terdahulu Jurnal, Skripsi, dan Disertasi, website, serta lembaga-lembaga atau instansi pemerintah yang terkait seperti Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, BP4K Badan Penyuluhan Pertanian Perikanan Peternakan dan Kehutanan Bogor, BP3K Caringin, UPT Unit Pelaksana