51
Tabel 13 . Sebaran Responden Berdasarkan Rata-Rata Penerimaan Harga GKP
No Harga GKP RpKg Jumlah Responden
Persentase 1
2.200 10
23,26 2
2.300 12
27,91 3
2.400 13
30,23 4
2.500 8
18,60 Total
43 100
6.1.10 Varietas yang Paling Sering Digunakan
Tabel 14 menunjukkan bahwa varietas yang paling sering digunakan oleh para petani responden ialah varietas Ciherang yaitu sebesar 79,07 persen. Menurut
petani responden, benih padi varietas Ciherang lebih sering digunakan karena kualitasnya lebih baik dan mudah dalam melakukan perawatan budidayanya serta
sangat mudah untuk mendapatkan benihnya di setiap kios pertanian ataupun koperasi. Sedangkan benih padi yang sering digunakan lainnya ialah Bondoyudo
dan Mekongga dengan persentase sebesar 11,63 persen dan 9,30 persen, kedua benih ini persentasenya kecil karena benih ini hanya digunakan sebagai selingan
dari benih padi Ciherang. Jika dilihat pada tabel untuk benih padi hibrida ialah sebesar 0 persen, hal ini dikarenakan para petani menggunakan benih padi hibrida
apabila ada bantuan benih saja dari pemerintah. Menurut para petani benih padi hibrida sangat sulit diperoleh di kios-kios pertanian dan memiliki harga yang
sangat mahal sehingga enggan untuk membeli.
Tabel 14. Sebaran Responden Berdasarkan Varietas yang Sering Digunakan
No Benih padi
Jumlah Responden
Persentase 1
Hibrida 2
Ciherang 34
79,07 3
Lainnya -Bondoyudo
5 11,63
-Mekongga 4
9,30 Total
43 100
6.2 Motivasi Petani dalam Penggunaan Benih Padi Hibrida Varietas Intani 2
Sifat keragaman petani dalam kegiatan berusahatani padi menjadikan perbedaan motif atau kebutuhan secara individual sesuai dengan situasi dan
kondisi yang ada. Motivasi petani dalam berusahatani padi hibrida ialah suatu
52
kondisi yang memberikan pengaruh untuk mendorong, membangkitkan, menggerakkan, dan mengarahkan petani dalam penggunaan benih padi hibrida.
Motivasi berusahatani dilihat berdasarkan pernyataan responden dalam kecenderungan bertingkah laku pada kegiatan berusahatani padi hibrida. Motif
atau kebutuhan berusahatani para petani sebagai responden dalam penelitian ini diamati dari aspek-aspek sebagai berikut Lampiran 5: 1 benih padi hibrida
varietas Intani 2 dapat memberikan hasil panen yang lebih tinggi, 2 benih padi hibrida varietas Intani 2 dapat meningkatkan kebutuhan hidup keluarga, 3
menanam benih padi hibrida varietas Intani 2 dapat memperoleh keuntungan yang lebih tinggi, 4 benih padi hibrida varietas Intani 2 memiliki waktu panen yang
lebih cepat, 5 benih padi hibrida varietas Intani 2 memiliki kualitas padi yang lebih baik, 6 menanam benih padi hibrida varietas Intani 2 hanya sekedar
mengikuti petani lainnya, 7 menanam benih padi hibrida varietas Intani 2 hanya sekedar untuk mengikuti anjuran dari program pemerintah, 8 menanam benih
padi hibrida varietas Intani 2 hanya ingin mendapat pengalaman dari keunggulan teknologi budidaya padi hibrida, dan 9 benih padi hibrida varietas Intani 2
memiliki kemudahan di dalam penggunaan benih padi hibrida. Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa di Kecamatan Cigombong
Kabupaten Bogor sebagian besar petani tidak termotivasi untuk menanam kembali benih padi hibrida varietas Intani 2 dengan nilai sebesar 50,90 persen. Hal tersebut
dilihat berdasarkan modus dari hasil penilaian responden. Sesuai dengan hasil kuesioner, sebagian besar responden 83,72 persen menyatakan tidak setuju
bahwa para petani menanam benih padi hibrida varietas Intani 2 karena dapat memberikan hasil panen yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan bahwa benih
bantuan tersebut memberikan hasil panen yang tidak memuaskan bagi para petani yaitu hanya bisa mencapai di bawah 4 tonha atau bahkan lebih rendah dibanding
padi inbrida varietas Ciherang yang dapat memberikan hasil panen diatas 5 tonha. Sehingga para petani menyatakan tidak setuju bahwa benih padi hibrida dapat
meningkatkan pemenuhan hidup keluarga dan dapat memperoleh keuntungan yang tinggi yaitu dengan modus persentase sebesar 88,37 persen.
Pada pernyataan selanjutnya diketahui bahwa 51,16 persen petani menyatakan tidak setuju apabila benih padi hibrida Varietas Intani 2 memiliki
53
waktu panen yang lebih cepat karena menurut para petani benih tersebut memiliki waktu yang tidak jauh berbeda dengan padi Inbrida varietas Ciherang yaitu sekitar
115 hari hingga 120 hari, adapun perbedaan waktu hanya hingga 5 hari. Oleh karena itu, para petani tidak menganggap itu sebagai waktu yang lebih cepat.
Kondisi tersebut memberikan penyataan tidak setuju sebesar 88,37 persen jika padi hibrida varietas Intani 2 memiliki kualitas padi yang lebih baik karena pada
kenyataannya benih bantuan yang diperoleh tidak lebih baik dari benih padi Ciherang.
Berdasarkan hasil kuesioner, sebagian besar petani responden 62,79 persen menyatakan setuju bahwa para petani menanam benih padi hibrida
varietas Intani 2 hanya sekedar mengikuti petani lainnya karena petani memiliki rasa takut terhadap kegagalan sehingga akan melihat rekan petani lain yang telah
menanam terlebih dahulu, jika gagal maka petani lainnya tidak akan bersedia untuk menanam benih tersebut begitupun sebaliknya. Sebab, jika terjadi gagal
panen maka otomatis akan mendapatkan kerugian karena para petani harus membayar uang sewa dari sawah yang digarap. Perlu diketahui bahwa
karakteristik petani di Kabupaten Bogor pada umumnya masih terbilang sederhana, memiliki pola tanam yang tidak serempak dan mayoritas ialah petani
penggarap. Kebanyakan petani juga menyatakan setuju sebesar 74,42 persen bahwa
menanam benih padi hibrida varietas Intani 2 hanya sekedar untuk mengikuti anjuran pemerintah karena apabila di luar bantuan, para petani tidak akan bersedia
untuk membeli dan menanam. Hal tersebut dikarenakan harga benih yang sangat mahal yaitu Rp 50.000kg dan tidak tersedianya benih di setiap kios-kios
pertanian. Hal tersebut mempersulit dan memberatkan bagi para petani di Kabupaten Bogor khususnya di Kecamatan Cigombong. Kondisi seperti ini yang
menyebabkan petani memberikan pernyataan setuju sebesar 62,79 persen tentang menanam benih itu hanya karena ingin mendapat pengalaman dari keunggulan
teknologi budidaya padi hibrida. Pada akhirnya para petani menyatakan tidak setuju sebesar 46,51 persen
terhadap pernyataan tentang menanam benih padi hibrida varietas Intani 2 karena memiliki kemudahan dalam penggunaan benih padi hibrida. Menurut petani
54
dalam melakukan proses penanaman benih padi hibrida varietas Intani 2 tidak semudah seperti padi inbrida varietas Ciherang, karena benih padi hibrida sangat
membutuhkan unsur pupuk NPK dan pestisida yang lebih tinggi dan itu berbanding terbalik dengan kebijakan pemerintah yang menghimbau petani lebih
memanfaatkan pupuk organik. Disamping itu, pembelian bahan-bahan kimia akan memberikan pengaruh kurang baik bagi kesuburan tanah serta akan mengeluarkan
biaya yang lebih tinggi bagi petani. Adapun faktor lainnya adalah hasil panen dari benih padi hibrida tidak bisa digunakan kembali untuk di tanam pada musim
tanam berikutnya, sehingga harus menggunakan F
1
didalam penanaman benih padi. Hal seperti ini yang akan sulit diterima oleh para petani, karena para petani
memiliki kebiasaaan yang turun menurun untuk menanam kembali benih dari hasil panen, sehingga tidak perlu membeli benih untuk penanaman selanjutnya.
6.3 Analisis Tingkat Kepentingan Atribut Benih Padi