Karakteristik dan Mutu Kompos

17 yang baik. Pengomposan juga dapat berlangsung dengan baik apabila kadar air berkisar antara 30-67. 4. Suhu Pengomposan Suhu pengomposan yang paling baik digunakan menurut Hadiwiyoto 1983 sekitar 59 C atau 40-50 C Murbandono 2002 atau 30-50 C hangat Indriani 2000. Masih menurut Hadiwiyoto 1983 bahwa pengomposan akan berjalan baik bila suhunya sesuai dengan suhu optimum pertumbuhan mikroba perombak. 5. Nilai pH Pengomposan Menurut Indriani 2000, bahwa pH pengomposan yang optimum berkisar antara 6.5-7.5. Keasaman terlalu rendah pH tinggi menyebabkan kenaikan konsumsi oksigen yang akan berakibat jelek terhadap lingkungan sekitarnya. Pengontrolan pH dapat dilakukan dengan penambahan kotoran hewan, urea, pupuk nitrogen dengan tujuan untuk menurunkan pH pengomposan Murbandono 2002. 6. Jumlah Mikroba Perombak Hadiwiyoto 1983 menyatakan bahwa jika jumlah mikroba perombak pada mulanya sedikit maka pengomposan akan berjalan lama. Hal ini berhubungan erat dengan waktu adaptasi mikroba terutama bakteri. Semakin banyak jumlah bakteri pada awal suatu proses, fase adaptasinya semakin singkat.

2.4. Karakteristik dan Mutu Kompos

Kandungan nutrisi kompos dari berbagai daerah produsen kompos berbeda-beda. Penyebabnya adalah bahan baku yang digunakan untuk pengomposan berbeda antara satu produsen dengan produsen lainnya. Menurut 18 Suriawiria 2002, dalam kompos kandungan unsur-unsur seperti N, P, K dan sebagainya sangat sedikit, tapi masih mengandung unsur-unsur yang tidak dimiliki oleh pupuk buatan atau pupuk pabrik. unsur-unsur ini disebut unsur mikro mikroelemen, seperti besi Fe, magnesium Mg, dan tembaga Cu, serta vitamin sebagai zat pengatur tumbuh. Standar kualitas unsur makro kompos berdasarkan standar nasional Indonesia dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Standar kualitas unsur makro kompos berdasarkan Standar Nasional Indonesia No Kandungan Satuan Baku 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Bahan organik Kadar air Total N Karbon C CN rasio Phosphor P Kalium K pH - - 27-58 50 0.40 9.80-32.0 10-20 0.10 0.20 6.80-7.49 Sumber : SNI 19-7030-2004 dalam Suherman 2005 Tingkat kematangan kompos sangat berpengaruh terhadap mutu kompos. Kompos yang telah matang akan memiliki kandungan bahan organik yang dapat didekomposisi dengan mudah, nisbah CN yang rendah, tidak menyebarkan bau yang ofensif, kadar airnya memadai dan tidak mengandung unsur-unsur yang merugikan bagi tanaman phytotoxic, benih rumput dan patogen. Oleh sebab itu, tingkat kematangan kompos merupakan faktor utama dalam penentuan kelayakan mutu kompos. Kompos sebagai hasil pengomposan, umumnya dicirikan oleh sifat-sifat sebagai berikut : 1. Berwarna coklat hingga hitam. 19 2. Tidak larut dalam air, meskipun sebagian dari kompos dapat membentuk suspensi. 3. Sangat larut dalam pelarut alkali, natrium pirifosfat, atau larutan ammonium oksalat, dengan menghasilkan ekstrak berwarna gelap dan dapat difraksinasi lebih lanjut menjadi zat humik, fulfik, dan humin. 4. Nisbah CN berkisar antara 10-20 tergantung bahan baku dan derajat humifikasi. 5. Secara biokimiawi tidak stabil, tetapi komposisinya berubah akibat oksidasi menjadi garam-garam anorganik, CO 2 , dan air melalui aktivitas mikrobial sepanjang kondisi lingkungan sesuai. 6. Memiliki kapasitas pemindahan kation dan absorbsi air tinggi. 7. Jika digunakan pada tanah, kompos memberikan efek-efek menguntungkan bagi tanah dan pertumbuhan tanaman. Nilai pupuknya ditentukan oleh N, P , K, Ca, dan Mg. 8. Tidak berbau.

2.5. Analisis Kelayakan Proyek