12
2.2. Pupuk Kompos
Kompos ialah bahan organik yang telah menjadi lapuk, seperti daun- daunan, jerami, alang-alang, rumput-rumputan, dedak padi, batang jagung, sulur,
carang-carang, serta kotoran hewan. Bahan-bahan ini menjadi lapuk dan busuk bila berada dalam keadaan basah dan lembab, seperti halnya daun-daun menjadi
lapuk bila jatuh ke tanah dan berubah menjadi bagian tanah Murbandono 1994. Menurut Indrasti 2003, kompos merupakan bahan yang dihasilkan dari proses
degradasi bahan organik yang dapat berguna bagi tanah-tanah pertanian seperti memperbaiki sifat kimia, fisika dan biologi tanah, sehingga produksi tanaman
menjadi lebih tinggi.
Tabel 2. Kandungan NPK Beberapa Bahan Organik
Bahan Organik Kadar
N P
2
O
5
K
2
O • Kotoran Kuda
- padat
- cair
• Kotoran Kerbau -
padat -
cair • Kotoran Sapi
- padat
- cair
• Kotoran Kambing -
padat -
cair • Kotoran Ayam
• Bubuk darah • Abu kayu karet
• Abu batang bunga
matahari 0.55
1.40
0.60 1.00
0.40 1.00
0.60 1.50
1.00
13.00 -
- 0.30
0.02
0.30 0.15
0.20 0.50
0.30 0.13
0.80 2.00
5.00 2.50
0.40 1.60
0.34 1.50
0.10 1.50
0.17 1.80
0.40 1.00
12.00 12.00
Sumber : Soedyanto et.al 1992
13
Murbandono 1994 menambahkan bahwa di lingkungan alam terbuka, kompos bisa terjadi dengan sendirinya. Rumput, daun-daunan, kotoran hewan
serta sampah organik lainnya lama-kelamaan membusuk melalui proses alami karena kerja sama antara mikroorganisme dengan cuaca. Proses tersebut bisa
dipercepat oleh perlakuan manusia, hingga menghasilkan kompos yang berkualitas baik dalam waktu tidak terlalu lama. Contoh standar kualitas kompos
tercantum dalam Tabel 3. Tabel 3. Standar Kualitas Unsur Makro Kompos Berdasarkan Standar
Nasional Indonesia
Kandungan Baku Bahan organik
Kadar air Total N
Karbon Imbangan CN
P K
pH 27-58
50 0.40
9.80-32.00 10-20
0.10 0.20
6.80-7.49
Sumber : SNI 19-7030-2004 dalam Suherman 2005
Kompos termasuk dalam golongan pupuk organik yang dapat digunakan sebagai pupuk bagi berbagai tanaman. Ditinjau dari segi manfaatnya, kompos
memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan pupuk buatan, seperti urea, ZA, DS, NPK, dan lain-lain. Keunggulan tersebut diantaranya 1 dapat
memperbaiki struktur tanah sehingga produktivitas tanah tetap tinggi; 2 selain mengandung unsur utama NPK, juga mengandung unsur-unsur hara lainnya yang
sangat dibutuhkan oleh tanaman walaupun dalam jumlah yang kecil; dan 3 pupuk kompos dan pupuk buatan bekerjanya saling mengisi untuk meningkatkan
produktivitas tanaman. Selain itu, menurut Lingga dan Marsono 2003, kompos atau pupuk organik dapat menaikkan daya serap tanah terhadap air water holding
capacity sehingga mampu mempertahankan hasil panen tanaman pada musim
14
kemarau. Jika dibandingkan dengan pupuk sintetis, pupuk organik memiliki kelemahan diantaranya kandungan haranya sedikit dan daya kerjanya lambat
slow release terutama pupuk organik padat Soedyanto et.al. 1981. Menurut Musnawar 2003, untuk menutupi kelemahan tersebut, pupuk organik biasanya
masih dipadukan dengan pupuk kimia. Penggunaan pupuk organik dan pupuk kimia secara terpadu memiliki interaksi positif dalam meningkatkan produktivitas
tanaman. Kandungan nutrisi kompos dari berbagai daerah produsen kompos
berbeda-beda. Penyebabnya adalah bahan baku yang digunakannya berbeda antara satu produsen dengan produsen lainnya Musnawar 2003. Jannah 2003
melakukan pengukuran kandungan unsur hara berbagai kompos dari produsen
yang berbeda di berbagai kota. Hasil pengukurannya dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Kandungan NPK Kompos dari Beberapa Produsen Kompos
Unsur Satuan A
B C
D E
F G
N 2.24 0.88
1.02 4.65
1.92 1.32
1.61 P 1.90
5.21 7.10
1.60 4.08
1.02 2.67
K 0.40 0.52
0.39 0.52
0.70 0.25
0.55
Sumber : Jannah 2003
Keterangan : A.
PD. Kebersihan Cicabe B.
PD. Kebersihan Luigajah C.
PD. Kebersihan Sukabumi D.
PT. Bumi Serpong Damai E.
Kebun Raya Bogor F.
PT. Cakra Mandiri G.
PT. Nidia Nandi Utama
15
2.3. Pengomposan