28
2.6. Penelitian Terdahulu
Gustoro 2006 dalam penelitiannya mengenai sistem penunjang keputusan pendirian industri kompos di TPA Galuga, Bogor. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menunjang keputusan investasi meliputi prakiraan jumlah timbunan sampah dan penilaian kelayakan finansial
industri pengolahan kompos. Sistem penunjang keputusan untuk pendirian industri kompos dirancang dengan menggunakan bahasa pemrograman Visual
Basic 6.0 yang disebut SPKKompos. Paket program SPKKompos terdiri dari dua
model yaitu model prakiraan dan model kelayakan finansial industri. Model prakiraan digunakan untuk melihat prakiraan timbulan pasar sebagai bahan
pembuat kompos dengan cara memprakirakan jumlah penduduk pada masa yang akan datang dengan metode prakiraan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
diperoleh model prakiraan yang tepat untuk memprakirakan jumlah penduduk di Kota Bogor dengan menggunakan metode tren linier yaitu persamaan y = 611047
+ 21409x. Hasil prakiraan jumlah penduduk kemudian dilakukan dengan analisis dengan tetapan-tetapan profil sampah Kota Bogor sehingga didapat volume
timbulan sampah pasar Kota Bogor untuk periode 10 tahun yang akan datang dari tahun 2006-2015. Sedangkan model kelayakan finansial industri digunakan untuk
mengetahui kelayakan suatu usaha dari aspek finansial. Hasil analisa industri kompos dengan pengadaan sampah pasar 30 ton per hari tidak layak dijalankan.
Untuk pengadaan sampah pasar 60 ton per hari dan 120 ton per hari dengan umur proyek 10 tahun layak untuk dikembangkan. Hal ini ditunjukkan dengan
perolehan nilai NPV sebesar Rp 1,4 milyar dan Rp 4,9 milyar dengan nilai IRR
29
sebesar 33,25 dan 47,59. Untuk nilai BC ratio diperoleh 1,86 dan 2,68 sedangkan payback period 5,52 tahun dan 3,16 tahun.
Penelitian yang dilakukan oleh Siregar 2009 mengenai analisis kelayakan pengusahaan sapi perah dan pemanfaatan limbah untuk menghasilkan
biogas dan pupuk kompos di UPP Darul Fallah dan Fakultas Peternakan IPB. Hasil penelitian menunjukkan kelayakan pengusahaan sapi perah dan
pemanfaatan limbah untuk menghasilkan biogas dan pupuk kompos di UPP Darul Fallah dan Fakultas Peternakan IPB bila ditinjau dari aspek-aspek non finansial
yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek SDM, dan aspek lingkungan hidup dapat disimpulkan layak untuk diusahakan. Sedangkan hasil
analisis finansial usaha peternakan UPP Darul Fallah memperoleh NPV0 yaitu sebesar Rp 202 juta yang artinya bahwa usaha ini layak untuk dijalankan. Pada
usaha ini diperoleh Net BC0 yaitu sebesar 1,74 yang mengindikasikan bahwa pengusahaan sapi perah dan pemanfaatan limbah untuk menghasilkan biogas dan
pupuk kompos layak untuk dijalankan dimana setiap Rp 1,00 yang dikeluarkan selama umur proyek menghasilkan 1,74 satuan manfaat bersih. IRR yang
diperoleh sebesar 26,13, artinya usaha ini layak dan menguntungkan karena IRR lebih besar dari nilai diskon faktor 8,75 dengan periode pengembalian investasi
selama lima tahun sepuluh bulan tujuh belas hari. Widiyani 2010 meneliti tentang analisis kelayakan pengusahaan pupuk
kompos pada unit usaha koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Tujuan penelitiannya adalah
menganalisis kelayakan aspek non finansial dan finansial pengusahaan pupuk kompos, serta menganalisis kepekaan dari kelayakan finansial berdasarkan
30
analisis switching value dari pengusahaan pupuk kompos tersebut. Analisis aspek pasar menunjukkan bahwa jumlah permintaan akan pupuk kompos sangat besar,
baik pada pasar internal maupun pasar eksternal. Berdasarkan analisis aspek teknis, bahwa lokasi usaha tersebut sangat strategis dan ketersediaan bahan baku
serta tenaga kerja yang memadai. Koperasi kelompok tani Lisung Kiwari memiliki struktur organisasi yang sederhana sehingga membantu dalam
pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab. Berdasarkan analisis aspek sosial dan lingkungan, usaha ini mampu menyerap tenaga kerja dari lingkungan
sekitar. Hasil aspek finansial dari pengusahaan pupuk kompos ini ada dua
skenario, yang pertama diperoleh NPV sebesar Rp 67,9 juta; Net BC sebesar 3,52; IRR sebesar 56,82; serta payback period selama dua tahun sepuluh bulan
dua hari. Pada skenario kedua diperoleh NPV sebesar Rp 138 juta; Net BC sebesar 5,91; IRR sebesar 96,77; serta payback period selama satu tahun
delapan bulan delapan hari. Analisis switching value pada usaha ini menunjukkan bahwa kondisi usaha pada skenario kedua memiliki tingkat kepekaan yang lebih
rendah atau batas maksimal yang lebih tinggi terhadap perubahan variabel yang dianalisis sensitivitas perubahannya dibandingkan skenario pertama. Pada
skenario kedua, persentase batas kenaikan harga beli kotoran sapi yang masih memberikan keuntungan adalah 48,63 dan pada skenario pertama 41,44.
Batas maksimal perubahan penurunan produksi pupuk kompos pada skenario kedua yang masih memberikan keuntungan adalah sebesar 21,94 dan pada
skenario pertama hanya 16,40. Pada variabel harga jual, skenario kedua memiliki batas maksimal perubahan penurunan harga jual produk yang masih
31
memberikan keuntungan sebesar 22,09 dan skenario pertama hanya sebesar 16,51.
32
III. KERANGKA PEMIKIRAN