Analisis Finansial Penelitian Terdahulu

22

3.1.2.5 Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan

Analisis terhadap aspek sosial ekonomi dan lingkungan merupakan suatu analisis yang berkenaan dengan implikasi sosial yang lebih luas dari investasi yang diusulkan, dimana pertimbangan-pertimbangan sosial tersebut harus dipikirkan secara cermat agar dapat menentukan ketanggapan suatu proyek terhadap keadaan sosial yang terjadi Gittinger 1986. Contoh pengaruh proyek terhadap kondisi sosial ekonomi dan lingkungan di antaranya adalah perluasan kesempatan kerja, peningkatan pendapatan petani, serta dampak limbah proyek terhadap lingkungan sekitar.

3.1.3 Analisis Finansial

Menurut Kasmir dan Jakfar 2006 analisis dalam aspek finansial dilakukan untuk menilai biaya-biaya apa saja yang akan dihitung dan seberapa besar biaya-biaya yang akan dikeluarkan. Dilanjutkan dengan meneliti seberapa besar pendapatan yang akan diterima jika usaha benar-benar dijalankan. Analisis ini meliputi lama pengembalian investasi yang ditanamkan, sumber pembiayaan proyek dan tingkat suku bunga yang berlaku sehingga jika dihitung dengan formula penilaian investasi akan sangat menguntungkan. Hal-hal yang mendapatkan perhatian dalam penelitian aspek ini antara lain : 1. Biaya kebutuhan investasi Investasi dilakukan dalam berbagai bentuk yang digunakan untuk membeli aset-aset yang dibutuhkan proyek tersebut. Aset-aset ini biasanya berupa aset tetap yang dibutuhkan perusahaan mulai dari pendirian hingga dapat dioperasikan. Oleh karena itu, dalam melakukan investasi dibutuhkan biaya kebutuhan investasi yang digunakan untuk membeli berbagai kebutuhan yang berkaitan dengan investasi tersebut. Biaya kebutuhan investasi biasanya disesuaikan dengan jenis proyek yang akan dijalankan. Secara umum komponen biaya kebutuhan investasi terdiri dari biaya prainvestasi, biaya pembelian aktiva tetap dan biaya operasional Kasmir dan Jakfar 2006. 2. Sumber-sumber dana Dana yang dibutuhkan dapat diperoleh dari berbagai sumber dana yang ada, seperti modal sendiri, modal pinjaman, atau gabungan keduanya. Pilihan apakah menggunakan modal sendiri atau modal pinjaman atau gabungan dari 23 keduanya tergantung dari jumlah modal yang dibutuhkan dan kebijakan pemilik usaha Kasmir dan Jakfar 2006. Pada dasarnya pemilihan sumber dana bertujuan untuk memilih sumber dana yang pada akhirnya bisa memberikan kombinasi dengan biaya terendah, dan tidak menimbulkan kesulitan likuiditas bagi usaha atau perusahaan yang mensponsori usaha tersebut. Sumber-sumber dana yang utama terdiri dari modal sendiri yang disetor oleh pemilik perusahaan, penerbitan saham biasa atau saham preferen di pasar modal, obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan dan dijual di pasar modal, kredit bank, leasing sewa guna dari lembaga keuangan nonbank dan project finance. 3. Aliran kas cash flow Cash flow merupakan arus kas atau aliran kas yang ada di perusahaan dalam suatu periode tertentu. Cash flow menggambarkan berapa uang yang masuk cash in ke perusahaan dan jenis pemasukan tersebut. Cash flow juga menggambarkan berapa uang yang keluar cash out serta jenis-jenis biaya yang dikeluarkan Kasmir dan Jakfar 2006. Aliran kas penting digunakan dalam akuntansi karena laba dalam pengertian akuntansi tidak sama dengan kas masuk bersih, dan yang relevan bagi para investor adalah kas bukan laba. Aliran kas yang berhubungan dengan suatu usaha dapat dikelompokkan dalam tiga bagian, yaitu aliran kas permulaan initial cash flow, aliran kas operasional operational cash flow dan aliran kas terminal terminal cash flow. Pengeluaran-pengeluaran untuk investasi pada awal periode merupakan initial cash flow. Aliran kas yang diperoleh pada waktu proyek berakhir disebut terminal cash flow. Pada umumnya, initial cash flow bernilai negatif, operational dan terminal cash flow umumnya bernilai positif. Aliran-aliran kas ini harus dinyatakan dengan dasar setelah pajak Husnan dan Muhammad 2005 Menurut Kasmir dan Jakfar 2006 dalam menentukan layak atau tidaknya suatu investasi ditinjau dari aspek keuangan perlu dilakukan pengukuran dengan beberapa kriteria. Kriteria ini sangat tergantung dari kebutuhan masing-masing proyek dan metode mana yang akan digunakan. Setiap metode yang digunakan mempunyai kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Sehingga dalam 24 penilaian kelayakan suatu proyek hendaknya digunakan beberapa metode sekaligus agar dapat memberikan hasil yang lebih sempurna. Adapun kriteria yang biasa digunakan antara lain : 1. Net Present Value NPV Net Present Value NPV merupakan nilai sekarang dari selisih antara manfaat benefit dengan biaya cost pada tingkat suku bunga tertentu. Apabila hasil perhitungan NPV lebih besar dari nol NPV 0, dapat dikatakan usaha tersebut feasible atau layak untuk dilaksanakan dan jika lebih kecil dari nol NPV 0 maka tidak layak untuk dilaksanakan. Sedangkan jika hasil perhitungan NPV sama dengan nol NPV = 0 berarti usaha tersebut berada dalam keadaan Break Event Point BEP dimana TR = TC dalam bentuk present value. 2. Internal Rate of Return IRR Internal Rate of Return IRR adalah suatu tingkat discount rate yang menghasilkan NPV sama dengan nol NPV = 0. Jadi, jika hasil perhitungan IRR lebih besar dari discount rate yang digunakan, maka dapat dikatakan usaha tersebut feasible, bila sama dengan discount rate yang digunakan berarti pulang pokok dan di bawah discount rate yang digunakan usaha tersebut tidak feasible. 3. Net Benefit Cost Ratio Net BC Net Benefit Cost Ratio Net BC merupakan perbandingan antara net benefit yang telah didiscount positif + dengan net benefit yang telah didiscount negatif -. Jika nilai Net BC lebih besar dari 1 satu berarti gagasan usaha tersebut layak untuk dilaksanakan. Untuk Net BC sama dengan 1 satu berarti cash in flows sama dengan cash out flows, dalam present value disebut dengan Break Event Point BEP, yaitu total cost sama dengan total revenue. Sedangkan jika nilai Net BC kurang dari 1 satu maka usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. 4. Payback Periode PP Payback Periode PP merupakan suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaan investasi dengan menggunakan aliran kas.

3.1.4 Analisis Nilai Pengganti Switching Value Analysis