98
pada skenario III adalah minus 5 persen, lebih kecil dibandingkan discount rate yang digunakan yaitu 11 persen. Berdasarkan kriteria investasi IRR usaha
produksi susu sterilisasi pada skenario III tidak layak untuk dilaksanakan. Nilai Net BC atau rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan
manfaat bersih yang bernilai negatif dari skenario III adalah 0,6618. Karena Net BC dari skenario III lebih kecil dari satu Net BC 1 maka usaha produksi susu
sterilisasi pada skenario III tidak layak untuk dilaksanakan. Payback periode untuk skenario ini adalah 129 tahun 5 bulan 22 hari jauh lebih lama dari umur
usaha pada skenario III yaitu 15 tahun, sehingga berdasarkan kriteria investasi payback periode, skenario III tidak layak untuk dilaksanakan. Karena kriteria
investasi yang digunakan untuk menganalisis kelayakan finansial pada skenario III menunjukkan bahwa skenario tersebut tidak layak untuk dilaksanakan, maka
secara finansial disimpulkan bahwa skenario III tidak layak untuk dilaksanakan. Karena ketidaklayakan tersebut, analisis skenario III tidak dilanjutkan pada
analisis switching value.
7.4. Analisis Perbandingan Usaha Produksi Susu Sterilisasi Fresh Time
Setelah ketiga skenario dalam usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time dianalisis dari aspek finansial, selanjutnya adalah melakukan perbandingan antara
skenario I dan II untuk mengetahui skenario manakah yang lebih layak untuk dilakukan oleh koperasi saat ini. Skenario I dan II dapat dibandingkan karena
kedua skenario menggunakan volume dan frekuensi yang sama yaitu 2 ton perhari dengan frekuensi dua kali dalam seminggu. Apakah lebih baik melakukan
subkontrak produksi dengan PT ISAM ataukah mendirikan pabrik pengolahan susu sendiri.
Tabel 18. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Skenario I dan II
Kriteria Skenario I
Skenario II NPV
Rp 971.916.310,00 - Rp 59.082.268.000,00
IRR 49
- Net BC
5,61 Payback Periode
3 tahun 1 bulan 22 hari -
99
Berdasarkan tabel, diketahui bahwa skenario I layak untuk dilaksanakan karena telah memenuhi persyaratan kriteria investasi yang digunakan dalam
penelitian ini, yaitu NPV, IRR, Net BC dan Payback Periode. Sedangkan berdasarkan kriteria investasi pula, skenario II tidak layak untuk dilaksanakan
karena tidak memenuhi kriteria investasi dan tidak memberikan manfaat serta keuntungan bagi koperasi bila dilaksanakan. Sehingga dari hasil analisis kedua
skenario, dapat disimpulkan bahwa sebaiknya saat ini koperasi lebih baik melakukan subkontrak produksi dengan PT ISAM dibandingkan mendirikan
pabrik pengolahan susu sendiri. Setelah melakukan perbandingan antara skenario I dan II, kemudian
skenario yang lebih layak untuk dilaksanakan dibandingkan dengan skenario III yaitu koperasi mendirikan pabrik pengolahan susu dan memproduksi susu
sejumlah susu yang tidak dapat dipasok lagi kepada FFI sebesar 16 ton perhari. Pada Tabel 19 terlihat bahwa NPV dari skenario I lebih besar dari skenario III,
artinya bahwa skenario I juga dapat memberikan manfaat bersih lebih besar dibandingkan dengan skenario III.
IRR dari skenario III lebih kecil dibandingkan skenario I. Hal ini berarti bahwa skenario III dapat memberikan tingkat pengembalian yang lebih kecil
dibandingkan dengan skenario I. Sedangkan Net BC pada skenario I lebih besar dibandingkan skenario III, yang berarti bahwa setiap satu satuan biaya yang
dikeluarkan pada skenario I akan membawa manfaat yang lebih besar dibandingkan pada skenario III.
Tabel 19. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Skenario I dan III
Kriteria Skenario I
Skenario III NPV
Rp 971.916.310,00 - Rp. 6.886.181.000
IRR 49
- 5 Net BC
5,61 0,6618
Payback Periode 3 tahun 1 bulan 22 hari
129 tahun 5 bulan 22 hari
Kriteria terakhir yang dibandingkan adalah payback periode. Payback periode pada skenario I lebih kecil daripada umur usaha 15 tahun yang berarti
100
skenario layak untuk dilaksanakan. Sedangkan payback periode pada skenario III menunjukkan bahwa dibutuhkan waktu 129 tahun 5 bulan 22 hari, jauh lebih lama
dibandingkan umur usaha, untuk menutupi biaya investasi sehingga berdasarkan seluruh kriteria investasi ini, skenario III dinyatakan tidak layak untuk
dilaksanakan. Berdasarkan perbandingan dari kriteria investasi dari kedua skenario, dapat disimpulkan bahwa skenario yang lebih layak untuk dilaksanakan
adalah skenario I yaitu melakukan subkontrak produksi dengan PT ISAM untuk memproduksi susu sterilisasi Fresh Time.
101
VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan mengenai analisis kelayakan usaha usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time pada tiga kondisi
skenario, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Ditinjau dari aspek-aspek nonfinansial, yaitu aspek pasar, teknis, manajemen,
hukum, sosial dan lingkungan, ketiga kondisi skenario layak untuk dilaksanakan. Namun untuk skenario I ada beberapa aspek yang harus
diperbaiki seperti aspek manajemen dan ekonomi, karena usaha produksi susu Fresh Time pada skenario I belum memiliki manajemen sendiri dan masih
bergabung dengan karyawan koperasi sehingga tidak optimal dalam mengelola susu sterilisasi Fresh Time dan juga belum menciptakan lapangan
pekerjaan bagi masyarakat sekitar seperti pada skenario II atau III. 2. Berdasarkan aspek finansial, terdapat satu skenario yang layak untuk
dilaksanakan yaitu skenario I usaha produksi susu sterilisasi dengan melakukan subkontrak produksi. Sedangkan berdasarkan kriteria investasi
pada aspek finansial, skenario II dan III tidak layak dilaksanakan karena tidak dapat memenuhi persyaratan pada kriteria investasi.
3. Hasil analisis switching value memperlihatkan bahwa pada skenario I, jika harga output menurun lebih dari 9 persen, harga susu segar naik lebih dari
38,86 persen dan biaya subkontrak produksi naik lebih dari 15,31 persen maka usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time pada skenario I tidak layak lagi
untuk dilaksanakan. 4. Berdasarkan hasil analisis dari aspek nonfinansial dan finansial, peneliti
merekomendasikan agar saat ini koperasi melakukan subkontrak produksi dengan PT ISAM karena membawa lebih banyak manfaat dibandingkan
dengan mendirikan pabrik, dengan volume dan frekuensi yang digunakan adalah volume dan frekuensi produksi berdasarkan kesepakatan dengan PT
ISAM.
102
8.2. Saran