Proyeksi Laporan Laba Rugi pada Skenario I Analisis Switching value pada Skenario I

79 BC yang dihasilkan lebih besar dari 1 maka usaha tersebut layak untuk dilaksanakan. Payback periode untuk skenario ini adalah 3 tahun 1 bulan 22 hari. Payback period dari skenario ini lebih kecil daripada umur skenario I yaitu 15 tahun sehingga layak untuk dilaksanakan.

7.1.4 Proyeksi Laporan Laba Rugi pada Skenario I

Dari proyeksi laporan laba rugi dapat diketahui berapa keuntungan yang diperoleh koperasi dalam memproduksi susu sterilisasi Fresh Time dengan melakukan subkontrak produksi. Pada proyeksi laporan laba rugi yang dapat dilihat pada Lampiran 12 dapat diketahui bahwa usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time pada skenario I mendapatkan keuntungan mulai dari tahun ke-1 yaitu Rp 29.429.000,00. Pada tahun ke-2 dan 3 besarnya keuntungan yang didapat adalah Rp 166.642.000,00. Tahun keempat hingga ke-15 keuntungan yang didapat adalah Rp 240.562.000, 00. Sedangkan pada tahun ke-6 dan 11 keuntungan yang didapat adalah 237.562.000,00.

7.1.5 Analisis Switching value pada Skenario I

Pada analisis switching value skenario I, dilakukan beberapa perubahan untuk melihat sejauh mana usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time dengan subkontrak produksi masih layak untuk dilaksanakan. Perubahan-perubahan tersebut adalah penurunan harga output, kenaikan harga susu segar sebagai bahan baku utama susu sterilisasi Fresh Time dan kenaikan biaya subkontrak produksi. Ketiga variabel ini dipilih karena berdasarkan pengamatan, variabel-variabel tersebut memiliki pengaruh terbesar dalam laporan keuangan dan berpengaruh terhadap kelayakan usaha jika terjadi perubahan. Saat dilakukan analisis switching value untuk masing-masing perubahan, variabel-variabel lain di dalam laporan keuangan dianggap konstan. Seperti terlihat pada tabel, bahwa batas maksimal penurunan harga output yang masih dapat ditolerir sehingga usaha tersebut masih layak untuk dilaksanakan adalah 9 persen. Jika penurunan harga output lebih dari angka tersebut maka usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time pada skenario I tidak layak lagi untuk dilaksanakan. Perubahan lain yang dilakukan adalah kenaikan bahan baku utama susu sterilisasi Fresh Time yaitu susu segar. Berdasarkan hasil 80 analisis switching value, batas maksimal kenaikan harga susu segar di tingkat petani adalah sebesar 38,86 persen. Lebih dari batasan tersebut, koperasi akan mengalami kerugian sehingga usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time tidak layak lagi untuk dilaksanakan. Perubahan terakhir adalah kenaikan biaya subkontrak produksi. Usaha produksi susu sterilisasi pada skenario I ini tetap layak untuk dilaksanakan sampai terjadinya kenaikan biaya subkontrak produksi sebesar 15,31 persen. Tabel 15. Hasil Analisis Switching Value pada Skenario I Perubahan Persentase NPV Rp Net BC IRR Penurunan harga output 9 1,4030 7 Kenaikan harga susu segar 38,86 1,3643 7 Kenaikan biaya subkontrak produksi 15,31 1,4145 7 Berdasarkan hasil analisis switching value tersebut dapat disimpulkan bahwa perubahan variabel yang sangat sensitif terhadap kelayakan usaha adalah penurunan harga output. Hal ini terlihat dari persentase perubahan yang dapat mengubah tingkat kelayakan usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time pada skenario I.

7.2. Skenario II