6.3 Posisi Daya Saing Indonesia berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan Metode
Fixed Effect
Suatu model ekonometrika yang dibentuk dan telah dapat dipertanggung- jawabkan secara statistik dapat digunakan untuk beberapa manfaat seperti untuk
memudahkan dalam menghasilkan informasi data variabel dependent dengan meng-input data sesuai dengan variabel independentnya. Kemudian, sebuah
model juga dapat digunakan untuk dapat meramalkan kondisi variabel dependent pada tahun berikutnya, dan variabel dependent dalam hal ini adalah pangsa pasar
rumput laut Indonesia di pasar internasional. Perlu diingat kembali, bahwa pangsa pasar adalah ukuran daya saing ekspor rumput laut Indonesia di pasar
internasional. Oleh karena itu, model ekonometrik yang dihasilkan dalam penelitian ini juga dapat digunakan untuk kegunaan seperti yang telah dijelaskan
dengan memasukkan data variabel independent sesuai dengan yangdibutuhkan. Berdasarkan hasil analisis menggunakan metode Fixed Effect, maka model
pangsa pasar ekspor rumput laut Indonesia di pasar internasional dirumuskan sebagai berikut :
MS
it
= α
i
+ 0.001638Q
it
+ 0.449050PX
it
– 0.002792NT
it
+ 0.001598GDP
it
+ 1.07E-06PR
it
Berdasarkan model yang dibentuk, dapat diketahui bahwa setiap model memiliki pengaruh yang berbeda terhadap pangsa pasar ekspor. Hal tersebut
diketahui dari perbedaan koefisien regresi yang dihasilkan untuk setiap variabel. Berdasarkan model dapat diketahui bahwa :
a. Setiap peningkatan satu 1 ton volume ekspor rumput laut Indonesia di
negara tujuan ekspor, akan meningkatkan pangsa pasar ekspor sebesar 0.001638 persen di negara tujuan ekspor, dengan asumsi variabel lain cateris
paribus .
b. Setiap peningkatan satu 1 US harga ekspor rumput laut Indonesia di
negara tujuan ekspor, akan meningkatkan pangsa pasar ekspor di negara tujuan ekspor di negara tujuan ekspor sebesar 0.449050 persen, dengan
asumsi variabel lain cateris paribus.
c. Setiap terjadi apresiasi rupiah sebesar satu 1 rupiah per US , akan
menurunkan pangsa pasar ekspor sebesar 0.002792 persen dengan asumsi variabel lain cateris paribus.
d. Setiap peningkatan satu 1 US GDP per kapita, akan meningkatkan pangsa
pasar ekspor sebesar 0.001598 persen dengan asumsi variabel lain cateris paribus
. e.
Setiap peningkatan satu 1 ton volume produksi rumput laut Indonesia, akan meningkatkan pangsa pasar ekspor sebesar 1.07x10
-6
persen dengan asumsi variabel lain cateris paribus.
Model pangsa pasar yang dibangun dapat digunakan untuk menganalisis posisi daya saing ekspor rumput laut Indonesia di pasar internasional. Apabila
ingin mengetahui bagaimana atau berapa persentase pangsa pasar di negara tujuan ekspor, maka ditambahkan koefisien variabel negara sesuai dengan hasil yang
diperoleh dengan metode fixed effect. Berikut salah satu contoh kemungkinan model yang diperoleh untuk mengestimasi pangsa pasar ekspor rumput laut
Indonesia di negara China. MS_CHINA = -3.037408127 + 0.001637952272Q_CHINA +
0.4490504753PX_CHINA - 0.002792112235NT_CHINA + 0.001598152969GDP_CHINA + 1.066246712e-06PR_CHINA
Sesuai dengan model yang dihasilkan, maka posisi daya saing ekspor rumput laut Indonesia dapat dianalisis berdasarkan negara tertentu, dan juga pada
waktu tertentu. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari beberapa literatur, apabila suatu negara mampu menguasai 20 persen atau lebih pangsa pasar, maka
dapat dikatakan bahwa negara tersebut memiliki “Daya saing” untuk komoditi bersangkutan, dan dalam hal ini adalah rumput laut. Kriteria tersebut kemudian
digunakan untuk mengestimasi posisi daya saing ekspor rumput laut Indonesia di negara tujuan ekspor pada waktu tertentu. Selengkapnya hasil analisis daya saing
rumput laut dengan pendekatan pangsa pasar dapat dilihat pada Lampiran 10 .
Pada Lampiran 10 dapat diketahui pada waktu kapan dan dimana Indonesia memiliki daya saing dengan pendekeatan pangsa pasar. Indonesia
berdaya saing selama kurun waktu tahun analisis di negara-negara seperti
Hongkong, Philippina, Spanyol, dan Denmark. Indonesia selama kurun waktu 1999 hingga 2006 di negara Jepang, Inggris UK, dan Francis sama sekali tidak
memiliki daya saing. Sedangkan di negara China, Indonesia baru berdaya saing tahun 2004, di Korea Selatan baru pada tahun 2005, dan di USA baru pada tahun
2006. Untuk memudahkan pembacaan posisi daya saing, dapat diperhatikan pada
Tabel 13 .
Tabel 13. Posisi Daya Saing Indonesia berdasarkan Negara Tujuan
Negara Posisi Daya Saing per Tahun
1999 2000
2001 2002
2003 2004
2005 2006
China 1
1 1
1 Hongkong
1 1
1 1
1 1
1 1
Philippines 1
1 1
1 1
1 1
1 Japan
Spain 1
1 1
1 1
1 1
1 Denmark
1 1
1 1
1 1
1 1
USA 1
1 South Korea
1 1
UK France
1 1
1 1
Ket : 1 = “Berdaya saing”
0 = “Tidak Berdaya Saing”
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
1. Peranan Indonesia di pasar rumput laut dunia, baik sebagai produsen ataupun
eksportir sangat berpengaruh besar terhadap pangsa pasar yang dimiliki Indonesia di pasar internasional. Potensi dan kekayaan alam Indonesia sangat
mendukung untuk menjadikan Indonesia sebagai produsen sekaligus eksportir terbesar rumput laut dunia. Akan tetapi, dalam konteks perdagangan
internasional dimana terdapat beberapa produsen dan eksportir lain menjadikan Indonesia harus memiliki kemampuan dalam perebutan dan
pemeliharaan pangsa pasar. Berdasarkan data yang diperoleh, ternyata posisi Indonesia dapat dikatakan semakin baik dalam bersaing di pasar
internasional. Hal ini ditunjukkan dari tren penguasaan pasar rumput laut dunia yang positif. Oleh karena itu, kemudian sangat perlu diketahui faktor-
faktor apa yang mempengaruhi posisi daya saing Indonesia di pasar internasional.
2. Hipotesis awal yang menduga volume eskpor rumput laut Indonesia ke
negara tujuan ekspor Q, harga ekspor rumput laut PX, nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara pengimpor NT, GDP per kapita negara
pengimpor GDP, dan juga volume produksi rumput laut Indonesia PR adalah faktor-faktor yang mempengaruhi pangsa pasar ternyata tidak diterima
oleh model. Terdapat tiga variabel yang dianggap berpengaruh nyata secara statisik
terhadap pangsa pasar ekspor rumput laut Indonesia di negara tujuan ekspor. Secara statistik, faktor yang berpengaruh nyata terhadap pangsa pasar tersebut
adalah volume ekspor rumput laut Indonesia ke negara tujuan eskpor Q, nilai tukar NT, dan GDP per kapita negara tujuan ekspor GDP. Koefisien
regresi untuk ketiga variabel sesuai dengan hipotesis awal, yakni positif + untuk volume ekspor Q dan GDP per kapita GDP, serta negatif - untuk
nilai tukar NT. Variabel harga ekspor PX tidak menjadi variabel yang berpengaruh nyata
secara statistik terhadap pangsa pasar. Hal ini terjadi karena posisi harga