V. GAMBARAN UMUM INDUSTRI RUMPUT LAUT INDONESIA
Rumput laut merupakan salah satu komoditas yang potensial untuk dikembangkan dan memiliki potensi untuk pembangunan perekonomian nasional.
Sampai saat ini terdapat dua jenis rumput laut yang banyak dikembangkan dan juga yang teknologinya telah dikuasai untuk dibudidayakan. Kedua jenis rumput
laut itu adalah Gracillaria sp dan Euchema sp. Rumput laut tersebut telah berhasil dibudidayakan dan diperdagangkan secara luas dan dalam jumlah besar
sebagai bahan baku untuk sektor industri. Potensi pengembangan budidaya untuk kedua jenis rumput laut tersebut relatif tersebar di seluruh Indonesia, tetapi juga
jenis lain banyak tumbuh secara alami dan memiliki pertumbuhan yang baik di seluruh perairan Indonesia. Daerah penyebaran rumput laut di Indonesia dapat
secara lengkap diperhatikan pada Lampiran 5.
Program revitalisasi yang telah dicanangkan pemerintah difokuskan pada tiga program komoditi andalan. Salah satunya adalah rumput laut yang kaya akan
sinar matahari, mineral, dan memiliki berbagai jenis rumput laut gracillaria yang menghasilkan agar, eucheuma cottonii dan euchema spionsum yang mengasilkan
karaginan. Dua jenis komponen kimia tersebut berperan sebagai emulsifying agent
, formatting agent, biding agent dan gelling agent yang sangat dibutuhkan dalam industri makanan, kosmetik dan farmasi dengan lebih dari 500 produk.
Rumput laut dapat diandalkan selain untuk menghasilkan devisa negara dalam waktu cepat karena umur tanaman yang relatif pendek, mudah dibudidayakan,
banyak lagi keuntungannya. Salah satunya adalah investasi yang relatif tinggi, teknologi sederhana, menyerap tenaga kerja, potensi lahan untuk budidaya yang
luas, bersifat massal serta demand yang tinggi dan semakin meningkat. Menurut Martani sebagai Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perikanan P2HP DKP RI, penyediaan bahan baku rumput laut yang konsisten dan berkesinambungan baik dalam mutu maupun jumlahnya akan
menjadi kunci keberhasilan. Kualitas rumput laut sangat tergantung dari kondisi lokal, dan muatan lokal lingkungan yang akan mempengaruhi sifat kimia dan
fisika yang terkandung didalam karaginannya. Bahkan sifat spesifik yang
1 Harian Umum Pelita Persatuan Umat dan Kesatuan Bangsa, Edisi Kamis, 9 Maret 2009
terkandung didalam karaginannya tersebut menjadi ciri khas rumput laut dari suatu daerah, misalnya rumput laut Sumenep berbeda dengan Takalar
1
. Pada konteks perdagangan internasional, posisi dagang Indonesia di pasar
Internasional semakin baik, bahkan Indonesia telah menjadi eksportir terbesar rumput laut untuk jenis Euchema pada tahun 2006 berdasarkan data DKP 2008.
Indonesia juga telah mampu bersaing untuk memperebutkan pangsa pasar rumput laut dunia.
Sebagai penghasil rumput laut terbesar dunia, pola perdagangan komoditi rumput laut Indonesia cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Volume perdagangan rumput laut tahun 1999-2006 didominasi oleh produk kering sebagai bahan baku industri pengolahan. Perkembangan ekspor dan impor
rumput laut Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.
Peluang pengembangan komoditas rumput laut sampai saat ini masih sangat terbuka luas. Pengembangan dapat dilakukan melalui penyediaan bahan
baku rumput laut kering atau bahan baku benilai tinggi bagi kebutuhan industri farmasi, makanan, kimia, dan lain-lain. Tingginya peluang pengembangan dapat
dilihat dari kebutuhan dunia yang cenderung meningkat untuk jenis Euchema sp.
Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Kebutuhan Dunia terhadap Spesies Euchema sp
Species Kebutuhan per Tahun Ribu Ton
2001 2002
2003 Euchema cottonii
169,000 180,000
220,000 Euchema spinosum
15,000 18,000
22,000
Sumber : DKP, 2007
Keterangan proyeksi kenaikan demand : -
Euchema cottonii = 10 persen per tahun
- Euchema spinosum
= 7 tujuh persen per tahun Kondisi demand yang sama juga berlaku untuk produk olahan rumput laut.
Terjadi peningkatan demand yang cukup baik dimanfaatkan sebagai tambahan pendapatan negara. Berdasarkan kecenderungan ekspor dan impor produk olahan
rumput laut selama periode 1999-2004. Anggadiredja et. al 2006 memperkirakan pasar dunia produk olahan rumput laut meningkat sekitar 10 persen setiap tahun
untuk karaginan semirefine SRC, agar, dan alginat untuk industri industrial grade
. Adapun alginat untuk makanan food grade meningkat sebesar 7.5 persen dan karaginan refine sebesar lima persen. Perkiraan kebutuhan dunia terhadap
produk olahan rumput laut selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Perkiraan Kebutuhan Dunia terhadap Produk Olahan Rumput Laut dalam ton
Jenis Produk 2006
2007 2008
2009 2010
Karaginan RC 26,160
27,470 28,850
30,285 31,800
Karaginan SRC 33,350
36,690 40,355
44,390 48,830
Agar 12,357
13,600 14,970
16,470 18,120
Alginat food grade 10,730
11,530 12,400
13,330 14,330
Alginat industrial grade 20,735
22,800 25,090
27,600 30,360
Sumber : Anggadiredja, et al. 2006
Melihat potensi permintaan yang semakin positif, dapat disimpulkan adanya indikator peningkatan harga komoditi. Dukungan potensi Indonesia dapat
menjadikan Indonesia sebagai produsen utama rumput laut dunia, juga dapat menjadikan rumput laut sebagai salah satu sumber devisa yang patut
dikembangkan. Oleh karena itu perlu dikembangkan penelitian ataupun kajian rumput laut, baik dalam bidang produksi, budidaya, kualitas, ataupun posisi
dagang Indonesia di pasar internasional yang berujung pada kemampuan Indonesia dalam bersaing dan memperebutkan pangsa pasar dunia.
VI. ANALISIS DAYA SAING BERDASARKAN MODEL PANGSA PASAR DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI