VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
1. Peranan Indonesia di pasar rumput laut dunia, baik sebagai produsen ataupun
eksportir sangat berpengaruh besar terhadap pangsa pasar yang dimiliki Indonesia di pasar internasional. Potensi dan kekayaan alam Indonesia sangat
mendukung untuk menjadikan Indonesia sebagai produsen sekaligus eksportir terbesar rumput laut dunia. Akan tetapi, dalam konteks perdagangan
internasional dimana terdapat beberapa produsen dan eksportir lain menjadikan Indonesia harus memiliki kemampuan dalam perebutan dan
pemeliharaan pangsa pasar. Berdasarkan data yang diperoleh, ternyata posisi Indonesia dapat dikatakan semakin baik dalam bersaing di pasar
internasional. Hal ini ditunjukkan dari tren penguasaan pasar rumput laut dunia yang positif. Oleh karena itu, kemudian sangat perlu diketahui faktor-
faktor apa yang mempengaruhi posisi daya saing Indonesia di pasar internasional.
2. Hipotesis awal yang menduga volume eskpor rumput laut Indonesia ke
negara tujuan ekspor Q, harga ekspor rumput laut PX, nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara pengimpor NT, GDP per kapita negara
pengimpor GDP, dan juga volume produksi rumput laut Indonesia PR adalah faktor-faktor yang mempengaruhi pangsa pasar ternyata tidak diterima
oleh model. Terdapat tiga variabel yang dianggap berpengaruh nyata secara statisik
terhadap pangsa pasar ekspor rumput laut Indonesia di negara tujuan ekspor. Secara statistik, faktor yang berpengaruh nyata terhadap pangsa pasar tersebut
adalah volume ekspor rumput laut Indonesia ke negara tujuan eskpor Q, nilai tukar NT, dan GDP per kapita negara tujuan ekspor GDP. Koefisien
regresi untuk ketiga variabel sesuai dengan hipotesis awal, yakni positif + untuk volume ekspor Q dan GDP per kapita GDP, serta negatif - untuk
nilai tukar NT. Variabel harga ekspor PX tidak menjadi variabel yang berpengaruh nyata
secara statistik terhadap pangsa pasar. Hal ini terjadi karena posisi harga
ekspor rumput laut Indonesia yang masih rendah dibanding dengan produsen lain. Akan tetapi, variabel ini cukup respon terhadap perubahan pangsa pasar
dibanding variabel lain. Sedangkan untuk variabel produksi PR, juga tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan pangsa pasar Indonesia di negara
tujuan ekspor. Hal ini terjadi karena peningkatan produksi dalam negeri tidak serta merta mendorong peningkatan ekspor. Sejak tahun 1999 hingga 2006,
persentase ekspor rata-rata hanya 11.03 persen dari produksi. 3.
Sesuai dengan model yang dihasilkan, posisi daya saing ekspor rumput laut Indonesia dapat diestimasi berdasarkan negara tertentu, dan pada tahun
tertentu. Hasil menunjukkan bahwa secara umum, untuk setiap negara dan selama kurun waktu 1999 hingga 2006, ekspor rumput laut Indonesia
memiliki daya saing tinggi pada beberapa negara seperti Hongkong, Philippina, Spanyol, dan Denmark. Dimana pada ke-empat negara tersebut,
Indonesia memiliki pangsa pasar lebih dari 20 persen selama tahun analisis. Di negara Selatan, Indonesia baru mulai berdaya saing pada tahun 2005.
Sedang untuk di Amerika, Indonesia berdaya saing baru pada tahun 2006. Demikian juga dengan di China, dimana Indonesia baru mulai berdaya saing
sejak tahun 2004. Indonesia sama sekali tidak memiliki daya saing di negara Jepang, Inggris United Kingdom, dan Francis. Hal ini terlihat karena
sepanjang tahun analisis, pangsa pasar Indonesia pada kedua negara tersebut tidak lebih dari 20 persen.
7.2 Saran