Kajian tentang Rumput Laut

5. Penanaman bibit Penanaman bibit mengunakan broadcast method, dimana bibit tanaman ditebar di seluruh bagian tambak. Bibit yang ditebar adalah bagian thallus yang masih muda, yang diperoleh dengan jalan membuang bagian-bagian pangkalnya. Sedang untuk bagian ujungnya dapat ditebar ke dalam tambak, karena bibit yang berasal dari bagian ujung lebih baik daripada bagian pangkalnya. 6. Perawatan selama pemeliharaan Perawatan pada budidaya rumput laut di tambak hampir sama dengan budidaya di laut. Perlu juga diperhatikan kondisi air, dan hama dan gulma yang menyerang seperti lumut dari jenis Enteromorpha in Limnea glabra Muller yang biasanya menyerang dengan membelit rumput laut, sehingga memperlambat pertumbuhan rumput laut. 7. Pemanenan Rumput laut biasanya dapat dipanen bila usia pemeliharaan sudah mencapai 45-60 hari sekitar 2 bulan dengan berat biasanya berkisar antara 500-600 gram. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa pemanenan juga dapat dilakukan setiap tujuh hari sekali. Untuk penanganan pasca panen hampir sama dengan yang telah dijelaskan pada budidaya rumput laut di perairan pantai atau laut

2.3 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai rumput laut dan daya saingnya hingga saat ini masih belum banyak dilakukan. Setelah melakukan studi literatur, terdapat beberapa hasil penelitian yang cukup relevan dengan penelitian daya saing ekspor rumpur laut yang dilakukan peneliti, baik dengan komoditas yang berbeda. Penjelasan berikut akan memaparkan beberapa hasil penelitian terkait yang juga dijadikan sebagai bahan rujukan.

2.3.1 Kajian tentang Rumput Laut

Wirawan 2007 meneliti tentang aspek-aspek permintaan rumput laut Indonesia di pasar Jepang. Penelitian ini bersifat kuantitatif yang dilakukan dengan data empirik, dengan metode analisis regresi. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder kuantitatif, yang terdiri dari harga rata-rata produk rumput laut Indonesia di Jepang, nilai tukar Yen terhadap Rupiah, Ekspor rumput laut dari negara pesaing, dan pendapatan nasional Jepang. Permintaan impor rumput laut Jepang dari evaluasi yang telah dilakukan dapat dijelaskan oleh model regresi semi log. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah, bahwa perubahan permintaan rumput laut Indonesia oleh Jepang tidak dipengaruhi oleh nilai tukar. Hal ini terjadi karena pemenuhan kebutuhan rumput laut di Jepang sudah terpenuhi untuk spesialialisasi tertentu, jadi penggunaan rumput laut di Jepang yang diimpor dari negara-negara lain memiliki penggunaan kekhasan tersendiri. Oleh karena itu, impor rumput laut di Jepang tidak saling substitusi. Faktor lain juga yang mempengaruhi adalah GDP Jepang, dimana terdapat hubungan positif antara GDP dengan jumlah permintaan rumput laut Indonesia. Risman 2007 mengangkat judul penelitian “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Rumput Laut Indonesia ”. Penelitian dilakukan untuk mengetahui faktor apa yang mempegaruhi ekspor rumput laut Indonesia dan juga mencari strategi untuk meningkatkan ekspornya. Data yang digunakan dalam penelitian berupa data sekunder tahun 1986-2005 yang diperoleh dari instansi seperti BPS, DKP, dan instansi terkait lainnya. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan tabulasi dan analisis regresi berganda dengan persamaan tunggal yaitu dari sisi ekspor saja. Sedangkan untuk mencari strategi untuk peningkatan ekspor digunakan metode SWOT. Hasil dari penelitian Risman menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh nyata terhadap ekspor ke Hongkong adalah variabel harga ekspor rumput laut. Sedang untuk Jepang, tidak ada satupun faktor yang dianalisis berpengaruh nyata terhadap ekspor rumput laut Indonesia. Untuk Denmark, ekspor dipengaruhi oleh nilai tukar rupiah. Alternatif strategi yang dihasilkan dalam penelitian, berdasarkan analisis SWOT yang telah dilakukan adalah : 1 SO Pemerintah melakukan observasi lokasi perairan yang cocok untuk dijadikan budidaya rumput laut untuk memperluas area budidaya; 2 ST Meningkatkan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas produksi melalui budidaya rumput laut; 3 WO Melakukan kerjasama antara pembudidaya dengan pemerintah, membuat situs jaringan sumberdaya setiap daerah, kelompok pembudidaya rumput laut kerjasama dengan pengusaha lokal mendirikan koperasi; 4 WT Pemerintah memberikan penyuluhan, pendidikan dan ketrampilan bagi pembudidaya rumput laut, dan pemerintah sering melakukan pengawasanpemeriksaan produk untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan termasuk penolakan produk oleh negara importir.

2.3.2 Kajian tentang Daya Saing