Rumusan Masalah Landasan Teori

tokoh utama akan berubah sesuai dengan seberapa besar pengaruh tokoh bawahan terhadap tokoh utama. Perwatakan adalah bagian penting yang paling mempengaruhi personalitas. Watak yang dimiliki seseorang akan memberikan sebagian gambaran mengenai personalitasnya. Watak merupakan poin penting yang akan mengungkap personalitas tokoh sehingga penjelasan mengenai watak penting diuraikan baik dari segi pemerolehan watak maupun pengungkapan. Perwatakan karakterisasi dalam pengisahan dapat diperoleh dengan usaha memberi gambaran mengenai tindak-tanduk dan ucapan-ucapan para tokohnya pendukung karakter, sejalan tidaknya kata dan perbuatan, Keraf, 1994: 164. Keraf menekankan bahwa pada umumnya karakter dapat diungkapkan melalui beberapa metode, antara lain: penampilan dan pembawaan, analisa, reaksi tokoh-tokoh lain, dialog, dan tingkah-laku. Penampilan dan pembawaan sesungguhnya mencakup deskripsi, yang dapat digambarkan secara tersendiri, atau sebagai tercakup dalam narasi, yaitu tingkah laku sebagai manifestasi dari keadaan batin seseorang. Kehidupan sehari-hari tokoh utama didominasi oleh konsep hubungan dengan tokoh lainnya. Perubahan status peranan didasarkan atas perubahan pola-pola hubungan sosial. Ketika seorang anak berada di rumah orang tuanya akan berbeda dengan ketika seorang anak berada di rumah pamannya. Di rumah orang tua status seseorang adalah anak, sedangkan di rumah paman status akan berubah menjadi keponakan sehingga terjadi perubahan tingkah laku antara di rumah orang tua dan di rumah paman. Reaksi yang berbeda akan dimunculkan apabila seseorang berada di tempat yang berbeda. Berbedaan posisi, status, dan tingkah laku adalah komposisi yang dibahas dalam personalitas.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah perkembangan personalitas tokoh Kinanthi dalam novel Kinanthi karya Tasaro GK? Universitas Sumatera Utara 2. Bagaimanakah peran tokoh-tokoh bawahan dalam mempengaruhi personalitas tokoh Kinanthi? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan perkembangan personalitas tokoh Kinanthi dalam novel Kinanthi karya Tasaro GK. 2. Mendeskripsikan peran tokoh-tokoh bawahan dalam mempengaruhi personalitas tokoh Kinanthi.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Diharapkan penelitian ini memberi manfaat sebagai berikut: 1 Untuk memperluas bidang kajian sastra, khususnya kajian struktural pada umumnya dan kajian personalitas pada khususnya. 2 Memberikan pemahaman mengenai personalitas tokoh utama berdasarkan analisis struktur. 3 Untuk menambah wawasan pembaca mengenai personalitas tokoh dalam novel. Universitas Sumatera Utara

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA

2.1 Konsep

Konsep merupakan aspek penting dalam penelitian. Konsep berfungsi untuk menghindari kegiatan penelitian dari subjektifitas peneliti serta mengendalikan penelitian agar tidak menyimpang dari fokus penelitian. Adapun konsep yang terdapat dalam penelitian ini akan dibahas satu per satu.

2.1.1 Pengertian Novel

. Reeve dalam Wellek dan Warren, 1995: 282 novel adalah gambaran dari kehidupan dan perilaku yang nyata, dari zaman pada saat novel itu ditulis. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia selanjutnya disingkat dengan KBBI 2007: 788 novel didefenisikan sebagai karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat pelaku. Menurut Tarigan dalam Sari 2012 1

2.1.2 Personalitas

, novel adalah suatu cerita dengan alur yang cukup panjang mengisi satu buku atau lebih yang menggarap kehidupan pria dan wanita yang bersifat imajinatif. Dari pengertian tersebut Sari merumuskan bahwa novel adalah sebuah karya fiksi berbentuk prosa yang menceritakan kehidupan para tokoh yang diceritakan dalam sebuah alur atau peristiwa yang panjang cakupannya, cerita tidak terlalu panjang dan tidak terlalu pendek, yang setidaknya terdiri dari seratus halaman. Menurut Chamorro-Premuzic 2011: 28 personalitas didefenisikan sebagai organisasi yang dinamis dalam diri seseorang, sistem psikofisik yang membentuk pola karakter seseorang dalam tindakan, pikiran, dan perasaan. Funder berpendapat bahwa personalitas adalah pola karakteristik seseorang dalam pikiran, emosi, tingkah laku serta 1 http:janarusaja.sj.unikom.ac.id_sdatajurnalvolume-1analisis-karakter-dan-konflik-tokoh-utama-mei-ambar-sari-3.pdfpdfanalisis- karakter-dan-konflik-tokoh-utama-mei-ambar-sari-3.pdf Universitas Sumatera Utara mekanisme psikologis tersembunyi maupun terlihat di dalam pola karakteristik tersebut dalam Chamorro-Premuzic, 2011: 29. Dalam KBBI 2007: 863, personalitas adalah keseluruhan reaksi psikologis dan sosial seorang individu, sintesis kehidupan emosionalnya dan kehidupan mentalnya, tingkah laku dan reaksinya terhadap lingkungannya. Menurut Keraf 1994: 164, karakterisasi adalah cara seorang penulis kisah menggambarkan tokoh-tokohnya. Menurut Keraf, terlepas dari persoalan apakah detail-detail karakter itu diturunkan dari fakta atau imajinasi, satu hal yang sangat penting diperhatikan penulis adalah: karakter tidak akan efektif disajikan hanya akumulasi dari detail-detail. Detail-detail harus dijalin-ikatkan satu sama lain, harus dipertalikan untuk membentuk kesatuan kesan dan untuk menyampaikan makna dan pengertian mengenai personalitas individualnya. Personalitas dapat digambarkan melalui watak yang dapat ditinjau dari dimensi fisiologis, sosiologis, dan psikologis. Ketiga dimensi tersebut akan berkoordinasi membentuk personalitas tokoh utama.

2.1.3 Tokoh Utama

Pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita disebut dengan tokoh Aminuddin, 2000: 79. Dalam cerita rekaan, masing-masing tokoh memiliki peran yang berbeda. Berdasarkan banyaknya kemunculan tokoh, maka jenis tokoh dibagi menjadi dua, tokoh utama dan tokoh bawahan. Menurut Aminuddin seorang tokoh yang memiliki peranan penting dalam suatu cerita disebut dengan tokoh inti atau tokoh utama.

2.1.4 Analisis Struktural

Pradopo 2003: 55, teori struktural adalah adanya anggapan bahwa di dalam dirinya sendiri karya sastra merupakan suatu struktur yang otonom yang dapat dipahami sebagai suatu kesatuan yang bulat dengan unsur-unsur pembangunnya yang saling berjalinan. Karya sastra dipandang lepas dari pengaruh dunia luar, baik dari aspek psikologi, sosiologi, maupu n pemikiran. Analisis terhadap karya sastra dilakukan secara menyeluruh tanpa memandang aspek lain yang mungkin mempengaruhi karya sastra. Kajian struktural memandang karya sastra secara otonom, berdiri sendiri sehingga dalam analisisnya tidak ada bagian-bagian karya sastra yang diabaikan ataupun dihilangkan sama sekali. Universitas Sumatera Utara Dalam KBBI 2007: 788, struktur adalah cara sesuatu disusun atau dibangun. Kemudian Sugihastuti 1994: 145 berpendapat bahwa sebuah struktur dapat dilihat dari bermacam-macam segi penglihatan. Sesuatu dikatakan mempunyai struktur bila ia terdiri dari bagian-bagian yang secara fungsional berhubungan satu sama lain.

2.2 Landasan Teori

Menurut Peaget dalam Endraswara 2008: 50, strukturalisme mengandung tiga hal pokok. Pertama, gagasan keseluruhan wholeness, dalam arti bahwa bagian-bagian atau unsurnya menyesuaikan diri dengan seperangkat kaidah intrinsik yang menentukan baik keseluruhan struktur maupun bagian-bagiannya. Kedua, gagasan transformasi transformation, struktur ini menyanggupi prosedur transformasi yang terus-menerus memungkinkan pembentukan bahan-bahan baru. Ketiga, gagasan keteraturan yang mandiri self regulation yaitu tidak memerlukan hal-hal di luar dirinya untuk mempertahankan prosedur transformasinya, struktur itu otonom terhadap rujukan sistem lain. Pradopo 2003: 58 berpendapat, unsur-unsur pembangun struktur karya sastra terdiri dari tema, fakta cerita, dan sarana sastra. Fakta cerita terdiri atas alur, tokoh, dan latar. Perwatakan tokoh digambarkan dengan analisis struktural dalam hal ini analisis alur. Alur merupakan rangkaian cerita yang menggambarkan kehidupan tokoh utama sehingga personalitas tokoh tergambar baik melalui tingkah laku, perbuatan, dialog, atau cakapan dalam batinnya, serta peran dan fungsinya dalam menghidupkan cerita. Hudson dalam Bujang, 1990: 70 berpendapat bahwa pemerian karakterisasi tokoh dapat dilakukan dengan dua cara: analitis dan dramatis. Cara yang pertama dilakukan sendiri oleh pengarang dengan menyebutkan perasaan, keinginan, status, pikiran, penolakan- penolakan dari tokoh yang dipasang untuk suatu peranan. Cara yang kedua yaitu dengan jalan memberikan kesempatan bagi tokoh-tokohnya untuk mengembangkan sendiri kepribadian, kehendak, pikiran, dan perasaannya melalui tindakan dan ungkapan lisannya. Menurut Engri dalam Hanum 1993: 69 bahwa perwatakan tokoh memiliki tiga dimensi sebagai struktur pokoknya, yaitu fisiologis, sosiologis, dan psikologis. Dimensi fisiologis meliputi ciri-ciri badani berupa usia, jenis kelamin, keadaan tubuh, ciri-ciri muka, dan sebagainya. Dimensi sosiologis meliputi latar belakang kemasyarakatan berupa status sosial, pekerjaan, jabatan dan peranan dalam masyarakat, pendidikan, kehidupan pribadi, pandangan hidup, agama, ideologi, aktivitas sosial, hobbi, suku, dan keturunan. Dimensi Universitas Sumatera Utara psikologis meliputi latar belakang kejiwaan berupa mentalitet, ukuran moral, temperamental, keinginan dan perasaan pribadi, sikap dan kelakuan, keahlian dalam bidang-bidang tertentu. Dengan demikian, analisis yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah analisis struktural. Dalam analisis struktural berlaku prinsip-prinsip antarhubungan karena setiap unsur sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari unsur-unsur yang lain. Analisis terhadap suatu unsur, dalam hal ini personalitas, akan dihubungkan dengan unsur-unsur lain, seperti kejadian, latar, plot, dan sebagainya.

2.3 Kajian Pustaka