Kinanthi tidak menghargai agama dan menganggap Tuhan tidak ada. Kinanthi kecewa pada Tuhan apa yang terjadi padanya. Cobaan yang dialaminya cukup berat.
Peraturan agama bagi Kinanthi adalah sesuatu yang aneh. Kinanthi mengutarakan peraturan- peraturan agama Islam yang tidak dapat diterimanya. Kinanthi berpikir bagaimana mungkin
dua orang dilarang bercakap-cakap hanya karena mereka tidak muhrim. Kinanthi mengusap basah kulit di samping hidungnya. “Bagimu ini dosa,
bukan? Berkata-kata seperti ini najis bukan? Tidak boleh karena aku bukan siapa-siapamu? Ini melanggar agamamu, prinsip hidupmu,” Kinanthi
tersenyum aneh. “Jadi, selain orang-orang itu, Tuhan pun mengusirku dari hidupmu,” tersengal oleh tawa pendek, “itu jika Tuhan benar-benar ada.”
Kinanthi, hal. 457.
Kinanthi telah mengalami banyak hal dalam hidupnya. Ketika terjadi longsor, seperti terjadi pada enam belas tahun yang lalu, ia kembali mencari Ajuj. Perasaannya pada Ajuj
tidak pernah berubah. Meski ia dilarang oleh ayah dan ibunya, ia tetap pergi. Perasaannya kepada Ajuj membuat Kinanthi tidak takut pada apapun, bahkan bila bahaya itu mengancam
nyawanya sendiri. Kinanthi seperti tersedot kekuatan waktu. Pulang ke masa lalu. Ketika
hujan seperti ini juga, belasan tahun lalu, dia berlari ke puncak gunung gamping, mencari Ajuj Kinanthi, hal. 487.
3. Tokoh Kinanthi mencari Tuhan
Dalam keadaan yang hampir menyerah karena Ajuj belum juga ditemukan di antara timbunan longsor, Kinanthi mencari Tuhan. Kinanthi mengaku bahwa ia tidak menganggap
Tuhan penting dan mengabaikan ajaran-ajaran-Nya. Demi kesembuhan Ajuj, ia membuat perjanjian dengan Tuhan. Keputusasaan membuat Kinanthi rela melakukan apa saja bahkan
tunduk kepada Tuhan. Kinanthi tidak pernah melakukan hal seperti ini sebelumnya meski dengan penderitaan yang dia alami dulu.
Universitas Sumatera Utara
“Engkau tahu aku menginginkan-Mu,” menggeleng kepalanya, “aku memang mengabaikan-Mu. Tidak menganggap-Mu penting. Tetapi, Engkau
tahu aku menginginkan-Mu.” Matanya berembun. “Mari kita membuat sebuah kesepakatan. Jika Engkau selamatkan Ajuj, aku berjanji akan lebih serius
mencari-Mu. Tentu Engkau tidak mudah percaya kata-kataku, ada tawa sinis, “tetapi, aku bersungguh-sungguh kali ini.” Kinanthi, hal. 498-499.
Kinanthi yang sebelumnya tidak pernah memohon apapun kepada Tuhan, merasa kecewa karena Tuhan tidak membuat permintaannya dengan sempurna. Memang benar
Tuhan membuat Ajuj hidup, tetapi dalam arti harfiah. Ajuj hanya dapat bernapas dan berbaring tanpa dapat melakukan aktifitas. Demikian Kinanthi mengatakannya kepada Tuhan:
“Bukan begini kesepakatan yang adil,” lirih Kinanthi, “dia jauh lebih berguna jika dia sanggup bangun dan bicara. Apa Engkau tidak rugi
penyembah-Mu berkurang satu?” Kinanthi membiarkan emosinya luruh. Perlahan dan semakin tenang Kinanthi, hal. 506.
Keadaan Ajuj yang koma tidak langsung membuat Kinanthi menyerah untuk mencari Tuhan. Kinanthi tidak akan mengingkari janji yang ia ucapkan kepada Tuhan
meskipun ia tahu Ajuj tidak sepenuhnya hidup dalam keadaan normal. Kinanthi akan tetap mencari Tuhan, bagaimana pun itu:
Dia tahu, dia kalah jika sekarang menyerah. Dia seperti sedang bertaruh dengan Tuhan. Kepalanya menggeleng pelan, “Tidak. Engkau tidak akan
mematahkan tekadku hanya dengan ini. Tidak bisa.” Kinanthi, hal. 506.
Kepulangan Kinathi ke dusun telah mengembalikan sepenuhnya identitas diri Kinanthi. Ia dapat menerima keluarganya kembali bagaimanapun buruknya perilaku mereka
di masa lalu. Kepulangannya membuat Kinanthi membangun hubungan yang baik dengan ibunya. Kinanthi tetap mencintai Ajuj seperti dulu. Akhirnya, Kinanthi menemukan dirinya
sendiri, menemukan kembali makna kehidupan. Dan yang lebih penting Kinanthi kini mencari Tuhan.
Universitas Sumatera Utara
4.2 Peran Tokoh-Tokoh Bawahan dalam Mempengaruhi Personalitas Tokoh Kinanthi
Terdapat banyak tokoh bawahan yang memiliki peran sedemikian rupa dalam novel Kinanthi. Masing-masing tokoh memiliki caranya sendiri untuk berinteraksi dengan tokoh
Kinanthi, tetapi hanya beberapa yang benar-benar memiliki kemampuan untuk mempengaruhi tokoh Kinanthi. Dalam hal ini, bukan berarti Kinanthi memiliki watak yang
keras kepala, tetapi karena Kinanthi hanya ingin dipengaruhi jika ia menganggap hal itu penting bagi hidupnya, dan apabila ia benar-benar terancam dan tidak berdaya untuk
melawan. Novel Kinanthi dibagi menjadi beberapa episode untuk memudahkan kajian
personalitas. Episode pertama, yaitu masa kecil, pengaruh tokoh bawahan belum begitu terlihat langsung memberi kontribusi terhadap perkembangan watak Kinanthi disebabkan
karena ia masih begitu belia dan kemampuan untuk memproses informasi masih kurang sempurna. Oleh karena itu peran-peran tokoh bawahan akan dijelaskan melalui hal-hal yang
terjadi pada tokoh Kinanthi karena apa yang dilakukan tokoh utama terhadapnya. Hal ini tidak menggambarkan watak tetapi sedikit mampu menggambarkan masa kecil Kinanthi
untuk mengawali kajian pengaruh watak tokoh bawahan pada episode-episode selanjutnya. Setiap episode akan diuraikan sedemikian rupa untuk memberikan gambaran yang
menyeluruh mengenai personalitas.
Universitas Sumatera Utara
Pembagian yang digunakan dalam bab ini adalah pembagian berdasarkan besarnya pengaruh tokoh-tokoh bawahan terhadap tokoh utama. Pengutipan teks dalam novel akan
dilakukan sebagaimana pada bab sebelumnya, hanya saja kejadian yang terdapat dalam pembahasan berikut tidak tersusun atas kronologis.
Bagan 5.1 Pengaruh Tokoh-tokoh bawahan terhadap tokoh Kinanthi
Kinanthi
Tokoh utama novel yang berjuang untuk
mencapai kesuksesan
Ajuj
Sahabat masa kecil Kinanthi
Asma
Aktif menjalankan organisasi yang
membela kaum wanita
Saskia
Majikan Kinanthi,
berasal dari Kuwait
Gesit
Bunuh diri setelah
mencoba melakukan
pemerkosaan terhadap
Kinanthi
Euis
Meninggal karena dibunuh setelah
diperkosa
Mangun
Tukang judi
Zhaxi
Editor, sahabat
Kinanthi, menaruh hati
terhadap Kinanthi
Ibu Kinanthi
Menikah empat kali, ketiga suami
pertamanya meninggal
Universitas Sumatera Utara
4.2.1 Pengaruh Tokoh Ajuj terhadap Kinanthi