Masa Kecil Personalitas Tokoh Kinanthi

BAB IV PERSONALITAS TOKOH KINANTHI DALAM NOVEL KINANTHI KARYA

TASARO GK

4.1 Personalitas Tokoh Kinanthi

Novel merupakan karya sastra yang memiliki tokoh utama, yang merupakan pusat cerita. Keseluruhan unsur-unsur cerita berhubungan dengan tokoh utama baik itu tema, latar, maupun tokoh-tokoh pendamping. Bagaimana unsur-unsur tersebut membentuk personalitas tokoh utama akan dibahas secara struktural, tanpa mengaitkan pembahasan dengan aspek- aspek lain di luar teks. Kajian struktural mengabaikan hal-hal di luar teks, karya sastra itu sendiri sudah dapat menjelaskan isi karya sastra tersebut. Kisah dalam novel dibagi menjadi empat bagian besar, yaitu: 1 masa kecil, 2 masa penyiksaan, 3 masa pemulihan dan pengembalian diri, dan 4 kepulangan. Pembagian tersebut diadaptasi dari pembagian penceritaan dasar yang dikemukakan oleh Awang 1989: 115, yaitu: 1 keberangkatan panggilan, 2 keterlibatan pengembaraan, dan 3 kepulangan kejayaan. Pembentukan penceritaan tersebut dipengaruhi oleh peranan watak protagonis, watak yang menjadi penunjang utama ceritanya Awang, 1989: 71. Pembagian tersebut bertujuan untuk memudahkan pendeskripsian watak tokoh Kinanthi karena di setiap episode Kinanthi mengalami peristiwa yang sangat berbeda.

4.1.1 Masa Kecil

Masa kecil seorang anak akan berpengaruh pada pribadinya di masa dewasa. Dalam hal ini W. Stern mengajukan teorinya yang terkenal, yaitu teori konvergensi atau teori perpaduan. Teori konvergensi adalah teori yang mengatakan bahwa pribadi tiap orang tumbuh atas dua Universitas Sumatera Utara kekuatan, yaitu kekuatan dari dalam, yang sudah dibawa sejak lahir, berujud benih, bibit, atau sering juga disebut kemampuan-kemampuan dasar dan faktor dari luar, faktor lingkungan Sujanto, 2001: 4. Adapun yang termasuk dalam faktor pembawaan, ialah segala sesuatu yang telah dibawa oleh anak sejak lahir, baik yang bersifat kejiwaan maupun yang bersifat kebutuhan. Yang termasuk dalam faktor lingkungan, ialah segala sesuatu yang ada di luar manusia baik yang bersifat material maupun bersifat spiritual. Semua hal tersebut di atas membentuk pribadi seseorang yang berada dalam suatu lingkungan. Seorang pribadi akan mempengaruhi lingkungan dan lingkungan akan diubah oleh pribadi tersebut. Mangka kanthining tumuwuh Salami mung awas eling Eling lukitaning alam Dadi wiryanbing dumadi Supadi nir inggg sangsaya Yeku pangreksaning urip Kinanthi, hal. 3 Paragraf di atas adalah petikan tembang Jawa, tembang Kinanthi yang merupakan tembang ketiga dari sebelas tembang Jawa yang mengisahkan urutan-urutan kehidupan manusia. Lagu itu menandai latar belakang kehidupan Kinanthi di lingkungan Jawa sekaligus menandai identitasnya sebagai orang Jawa. Nama Kinanthi, tokoh utama novel, diambil dari nama tembang tersebut. Latar belakang Jawa yang kental terlihat dari teman Kinanthi, Ajuj, yang fasih menembang Jawa. Hal tersebut terlihat dalam petikan berikut. Ajuj menembang dengan segenap hati. Tetes air dari langit-langit gua menjadi musiknya. Suaranya tipis menggema. Lelaki kecil itu menembang Kinanthi macapat yang mencurahkan rasa gembira, cinta, dan kebijaksanaan. Kinanthi juga bermakna bergandeng tangan. Pula, sebuah nama bunga. Orang Jawa menembang Kinanthi untuk anak perawan menjelang berkembang: meranum jiwa raga Kinanthi, hlm 3. Universitas Sumatera Utara Kinanthi mencerminkan rasa gembira, cinta, kebijaksanaan, bergandeng tangan, dan bunga. Sebuah nama yang indah seperti yang dipaparkan dalam lagu. Kinanthi adalah seorang perempuan Jawa dengan kualitas yang dimiliki perempuan Jawa. Menjelang petang itu, Kinanthi adalah gadis kecil malu-malu yang menyandarkan punggungnya ke dinding gua Kinanthi, hlm 3. Kinanthi pada masa kecilnya memiliki kepolosan yang dimiliki setiap anak kecil yang seumuran dengannya. Malu-malu, ciri khas anak kecil yang belum disentuh oleh peradaban modern. Dunia baginya adalah dunia yang sempit, sedangkan bermain adalah bagian terbesar dalam diri kekanakannya. Rasa dapat hadir dalam berbagai wujud. Rasa hadir dalam setiap orang baik ia kanak-kanak, remaja, maupun dewasa. Demikian juga Kinanthi. Perhatian dari Ajuj tak bisa dipungkiri memberinya rasa yang tidak pernah dia rasakan, sesuatu yang tidak pernah dilakukan orang lain terhadapnya. Rasa itu tergambar dalam petikan berikut. Kinanthi menangkap pesan itu. Ada sesuatu yang dalam terkirim lewat tatapan Ajuj. Rasa nyaman, kesungguhan, pengayoman, tanggung jawab. Sesuatu yang rumit untuk dicerna Kinanthi oleh karena kebeliaannya. Pipi Kinanthi menyemu merah. Malu. Dia tahu, Ajuj tidak menembang Kinanthi untuk dirinya sendiri. Meski Ajuj tidak mengatakan tembang itu ia tujukan kepada Kinanthi, tetap saja gadis kuncup itu merasa disanjung. Sesuatu yang tidak pernah dilakukan orang terhadapnya Kinanthi, hal. 4-5. Rasa aman adalah kebutuhan setiap orang. Maslow dalam Chamorrow-Premuzic, 2011: 276 menempatkan kebutuhan akan rasa aman pada urutan kedua pada kebutuhan dasar. Maslow membagi kebutuhan menjadi dua jenis, yaitu kebutuhan psikologis dan kebutuhan dasar. Kebutuhan psikologis menempati tiga puncak teratas piramida, yaitu: aktualisasi diri, kebutuhan akan pengakuan, dan kebutuhan akan hubungan sosial; sedangkan kebutuhan dasar menempati dasar piramida, yaitu: kebutuhan akan keamanan dan kebutuhan fisik. Universitas Sumatera Utara Pertemanan Kinanthi dengan Ajuj tidak direstui orang tua Ajuj. Ia dapat merasakan rasa tidak suka orang tua Ajuj terhadap dirinya ketika ia bermain ke rumah Ajuj. Hal tersebut dapat dilihat dalam petikan berikut. “Ngarang kamu. Kata siapa simbokku ndak suka sama kamu?” Mulut Kinanthi tergembok rasanya. Dia memang tak punya contoh apa pun untuk membuktikan simboknya Ajuj membenci dirinya, atau paling tidak, kurang suka dengan dirinya. Hanya, Kinanthi tidak bisa mengelabui dirinya sendiri bahwa dia tidak merasakan itu. Setiap Kinanthi dolan ke rumah Ajuj, simbok teman karibnya itu selalu mbesungut ‘cemberut, tidak ramah’ Kinanthi, hal. 6 Cemberut, tidak ramah, ditunjukkan oleh Ibu Ajuj ketika Kinanthi bermain ke rumahnya. Cemberut adalah tanda ketidaksukaan. Kinanthi merasa cemberut tersebut adalah tanda ketidaksukaan terhadap dirinya. Meski Kinanthi tidak bisa menyampaikan hal tersebut kepada Ajuj, ia dapat merasakan penolakan yang cukup jelas terhadap dirinya. Waktu itu, Kinanthi mogok pergi ke sekolah. Malu, takut, dan gamang bertemu dengan teman-teman. Baru setelah Ajuj berjanji akan memukul siapapun yang mengejek dan mengganggu dirinya, Kinanthi akhirnya mau mencangking tasnnya lagi, setelah satu minggu tidak mengikuti semua pelajaran. Kinanthi, hal. 11 Rasa enggan pergi ke sekolah disebabkan ejekan teman-teman sekolah Kinanthi. Olok-olok mengenai keluarganya membuatnya tidak berdaya sebab setiap orang memperlakukan dia sebagai seorang yang disingkirkan dari tengah-tengah masyarakat. Kinanthi kecil seharusnya tidak menanggung semua itu terutama karena bukan ia yang berbuat. Bukan salah Kinanthi jika ia memiliki ayah seorang penjudi, abang yang seorang preman terminal, dan ibu yang menikah berkali-kali. Kinanthi tidak bersuara. Tangannya mengelus-elus kepala Hasto yang sekarang menjerit-jerit. Menangis sejadi-jadinya, melihat kekasaran di depan matanya. Sambil masih tersengal-sengal oleh tangis tertahan, Kinanthi berjalan perlahan, meninggalkan tegalan itu. Sekali, dia sempat menoleh ke Ajuj. Pandangan keduanya bertemu. Sama-sama merah dan mengesankan sakit yang ditahan-tahan. Tidak hanya terasa oleh kulit, tetapi hati yang memahit Kinanthi, hal. 23. Universitas Sumatera Utara Menangis adalah reaksi normal bagi Kinanthi yang belum pernah melihat kekasaran secara langsung. Melihat sahabatnya, Ajuj, ditampar oleh Saepul, ayah Ajuj, membuat Kinanthi tersengal-sengal oleh tangis yang tertahan. Terlebih ketika Saepul membentak Ajuj sampai urat-urat lehernya mengencang. Kinanthi mengetahui bahwa ia dicibir oleh masyarakat di sekitarnya karena ayahnya seorang penjudi. Ditambah lagi ia dijauhi oleh teman-teman sekolahnya. Tetapi ayahnya mengatakan hal tersebut adalah karena mereka miskin. Kinanthi yang masih kanak-kanak tidak mampu berargumen dengan baik sehingga ia tidak dapat menjelaskan kepada ayahnya bahwa ia dijauhi karena ayahnya berjudi. Kinanthi sebenarnya tidak setuju. Namun, dia tidak tahu cara membahasakan ketidaksetujuannya. Menurut batinnya karena bapaknya tukang judilah, dia jadi tidak punya teman. Karena bapaknya tukang judilah, orang-orang selalu mencibir setiap dia pergi ke langgar Kinanthi, hal. 26. Akibat dari berjudi tersebut membawa dampak bagi psikologis dan sosial bagi Kinanthi. Ajaran agama mengatakan berjudi adalah perbuatan yang haram dan apapun yang dihasilkan oleh sesuatu yang haram adalah haram adanya. Kinanthi merasa apapun yang dibeli oleh ayahnya menjadi haram, mulai biaya sekolah hingga makanan yang masuk ke mulut Kinanthi. Oleh karena mengonsumsi sesuatu yang haram, maka teman-teman Kinanthi menganggap dirinya haram sehingga ia dijauhi. Demikian juga Ajuj, dilarang oleh ayahnya bergaul dengan Kinanthi karena alasan tersebut. Terlebih lagi karena Ajuj adalah anak seorang rois, pemimpin agama yang disegani di dusunnya. Pengkotak-kotakan suci-tidak suci, miskin-kaya, kerap terjadi di masyarakat yang memisahkan dua kalangan paling menonjol. Yang terjadi pada tokoh utama novel ini berbeda, sebab kalangan menengah tidak mau menganggap keluarga Kinanthi patut mendapat apresiasi sebagai anggota masyarakat. Penyebab yang pertama ditengarai oleh ayah Kinanthi yang berprofesi sebagai tukang judi: Sekarang karena Bapaknya tukang judi, Ajuj tidak boleh lagi berteman dengan Kinanthi. Tetapi, Kinanthi menahan semua itu di hati. Termasuk tentang peristiwa di tegalan dekat tlogo siang tadi. Dia tidak mau bapaknya yang sedang pusing bertambah pusing Kinanthi, hal. 26 Universitas Sumatera Utara Persahabatan Ajuj dan Kinanthi dianggap ayah Ajuj dapat merusak moral Ajuj, karena Ajuj adalah calon rois yang akan meneruskan kepemimpinan ayahnya. Anggapan yang buruk merusak yang baik menjadi alasan orang tua Ajuj. Di sini Kinanthi tidak hanya dilarang tetapi juga dianggap membawa dampak buruk bagi kehidupan Ajuj yang membuatnya semakin terkucil dari pergaulan sosial. Lengkap sudah identitas buruk yang ditujukan kepada Kinanthi. Miskin dan dari keluarga yang sangat jauh dari terhormat. Dengan segera Kinanthi mendapatkan status sosial yang paling rendah di lingkungan sosial tempat ia bernaung. Kemiskinan Kinanthi digambarkan sangat jelas dalam novel. Kemiskinan tersebut diperparah karena ayahnya berutang kepada bank plecit. Ayahnya tidak mampu membayar utang-utang tersebut. Sebagai gantinya, barang-barang dari rumah Kinanthi diambil satu per satu sebagai ganti utang. Meski demikian, utang-utang ayahnya tidak pernah habis. Semuanya berlangsung cepat. Mboknya Kinanthi masih tertegun tanpa suara. Tatapannya menumbuk lantai tanah ruang dalam. Kinanthi mulai sesengguka n. Menangis karena takut sekaligus sedih. Rumah yang dia tinggali semakin kosong saja dari hari ke hari. Radio, jam dinding, meja, dan kursi, sudah lebih dulu dijual atau diangkut bank plecit karena bapaknya tidak bisa membayar tunggakan utang. Sekarang, lemari warisan neneknya pun berpindah tangan Kinanthi, hal. 41. Sebagai anak kecil yang tak mengetahui apa-apa, Kinanthi hanya dapat menyaksikan semua itu dengan tangis. Tidak ada yang dapat ia perbuat dengan ketidakberdayaannya. Ia hanya dapat bersedih hati melihat satu per satu isi rumah berkurang hingga kosong melompong. Kinanthi tidak memiliki apa-apa selain persahabatannya dengan Ajuj. Ia miskin dan berada di kelas sosial yang paling rendah. Ibunya tidak begitu perhatian dengan Kinanthi. Ayahnya hanya sesekali berbicara dengannya. Kinanthi lebih banyak menghabiskan waktu bersama Ajuj. Mereka pergi bermain bersama, mencari kepiting, dan menjaga adik Kinanthi bersama-sama. Ajuj adalah satu-satunya teman Kinanthi. Perhatian yang diberikan Ajuj Universitas Sumatera Utara kepadanya seolah-olah cukup untuk menutupi kekurang perhatian ayah dan ibunya kepada Kinanthi, sehingga semua rasa tertuju pada Ajuj. Menemukan Ajuj dalam jangkauan tatapannya, membuat Kinanthi merasa tenteram dan tak membutuhkan apa-apa lagi. Tidak hanya di langgar, pada setiap keramaian acara desa, pertandingan bola atau tontonan lainnya, Kinanthi selalu berhasil menemukan Ajuj meski dia tidak ada di dekatnya. Menatap Ajuj dari kejauhan, telah memberinya kebahagiaan Kinanthi, hal. 42. Cinta terlalu muluk dan terlalu cepat bagi mereka berdua. Kinanthi berumur sebelas tahun sedangkan Ajuj tiga belas. Tidak seharusnya mereka menjalani cinta. Mereka adalah kanak-kanak yang seharusnya menghabiskan waktunya dengan bermain. Cinta belum pantas bagi kanak-kanak seusia mereka. Setidaknya, demikian pendapat masyarakat di mana Kinanthi dan Ajuj berada. Ajuj terlalu berharga bagi Kinanthi. Ia bahkan rela menyerahkan semua yang ia miliki untuk Ajuj. Ia bersedia menembus hujan deras menuju gunung yang saat itu sedang longsor. Ia tidak tahu mana yang benar, kehilangan logika. Ia digambarkan hanya dapat memusatkan pikirannya pada tokoh yang paling banyak berperan dalam hidupnya. Ia tak mendengar larangan ibunya. Sikap Kinanthi yang demikian terlalu berlebihan untuk seorang anak dengan usia sebelas tahun. Sementara teman-teman yang seusia dengan Kinanthi hanya tahu bermain dan berkelahi. Kinanthi tumbuh dewasa lebih cepat dari teman-teman seusianya. Kurangnya perhatian orang tua Kinanthi membuat Kinanthi mencari objek lain untuk mencari perlindungan. Perlindungan itu ia dapatkan dari Ajuj. Kinanthi merasa memiliki tekad untuk menukarkan apa pun miliknya asal Ajuj tidak mati tertimbun longsoran batu gamping. Sesuatu yang jauh dari rumus matematika. Sebab, jika dirunut, perempuan kecil itu tidak punya apa- apa untuk ditukarkan. Sesuatu yang dia anggap sebagai kemewahan hanyalah persahabatannya dengan Ajuj. Mewah, sebab itu satu-satunya persahabatan yang ia miliki. Tidak punya yang lain. Apa pun. Jadi, apa yang mau ditukar? Kinanthi, hal. 54. Universitas Sumatera Utara Masa kecil yang dialami Kinanthi akan mempengaruhi personalitasnya ketika dewasa. Perhatian yang jarang diberikan oleh orang tua, terutama ibunya, menghasilkan hubungan yang tidak erat antara ibu dan anak. Di masa dewasanya, Kinanthi digambarkan pengarang tidak membutuhkan kasih sayang ibunya. Pertemanan dengan Ajuj merupakan hal terpenting yang dimiliki Kinanthi, dan paling mempengaruhi diri Kinanthi.

4.1.2 Masa Penyiksaan