Tinjauan Penelitian Tentang Struktur Perilaku Kinerja Tinjauan Penelitian Tentang Industri Pulp Dan Kertas

Dalam mengukur kinerja suatu industri, variabel yang paling umum digunakan adalah Price-Cost-Margin PCM. Penggunaan PCM sebagai variabel kinerja pertama kali oleh Collins dan Presto 1968-1969. Selain PCM, pengukuran kinerja juga dapat dilakukan dengan metode-metode lain. Pada umumnya, pengukuran kinerja dalam studi empiris terbagi menjadi empat macam. Selain PCM, pengukuran lain yang dapat digunakan adalah rasio dari kelebihan profit terhadap penjualan, tingkat pengembalian dari asset atau modal, dan yang terakhir adalah dengan mengukur nilai pasar dari surat-surat berharga perusahaan.

2.2. Tinjauan Penelitian Tentang Struktur Perilaku Kinerja

Hasil penelitian Safitri 2006 menunjukkan bahwa struktur pasar pada industri besi dan baja adalah oligopoli ketat namun ada perusahaan yang mendominasi pasar. Variabel XEF dan CR4 mempunyai pengaruh terbesar dalam meningkatkan kinerja PCM. Sedangkan dalam penurunan PCM variabel yang memiliki pengaruh terbesar adalah variabel DUMMY, MES dan GROWTH. Berdasarkan analisis perilaku dari perusahaan pada industri besi baja di Indonesia diduga ada beberapa perilaku dari struktur pasar terhadap kinerja pada industri besi baja di Indonesia. Perilaku yang terjadi antara lain adalah strategi harga, produk, promosi dan distribusi. Pada penelitian ini tidak dijelaskan pengaruh dari bea masuk impor baja terhadap kinerja industri besi baja indonesia. Menurut Winsih 2007 yang meneliti mengenai struktur, perilaku dan kinerja industri manufaktur Indonesia dengan menggunakan panel data menyatakan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh terbesar pada peningkatan kinerja adalah produktivitas, dan efisiensi-x. Sedangkan variabel konsentrasi empat perusahaan terbesar, pertumbuhan nilai produksi, ekspor dan impor tidak signifikan terhadap peningkatan keuntungan. Perilaku pasar dalam industri manufaktur dapat dilihat dari strategi harga, strategi produk dan promosi, strategi distribusi dan perilaku kolusi. Kekurangan dari penelitian ini adalah tidak menganalisis daya saing industri manufaktur di pasar luar negeri karena selama ini industri manufaktur sudah menjadi prioritas utama dalam rencana pembangunan nasional bagi kebanyakan negara berkembang.

2.3. Tinjauan Penelitian Tentang Industri Pulp Dan Kertas

Situmorang 2005, menganalisis penawaran dan permintaan pulp dan kertas Indonesia di pasar domestik dan internasional. Dengan menggunakan metode kuadrat terkecil dua tahap 2SLS. Hasil penelitiannya menunjukkan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, produksi domestik pulp tidak responsif terhadap perubahan domestik harga pulp dan biaya produksi, sedangkan ekspor pulp Indonesia hanya responsif terhadap produksi domestik pulp. Permintaan domestik pulp tidak responsif terhadap perubahan harga domestik kertas dan harga impor, baik pada jangka pendek maupun jangka panjang, dan impor pulp oleh Indonesia juga tidak responsif terhadap permintaan domestik pulp dan harga impor pulp. Harga domestik pulp hanya responsif terhadap perubahan produksi domestik pulp. Peningkatan penawaran pulp Indonesia di pasar domestik dapat dilakukan dengan cara meningkatkan harga domestik pulp, sedangkan penawaran pulp Indonesia di pasar internasional dapat ditingkatkan melalui peningkatan harga ekspor pulp dan devaluasi rupiah. Peningkatan penawaran kertas di pasar domestik dan internasional dapat dicapai melalui pengurangan tarif impor dan peningkatan harga ekspor kertas Indonesia. Permintaan domestik pulp dan kertas dapat ditingkatkan melalui pengurangan penghapusan tarif impor. Kebijakan domestik yang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat domestik adalah devaluasi rupiah karena dapat meningkatkan penerimaan devisa. Dari penelitian ini yang belum dimasukkan dalam model padahal diduga dapat mempengaruhi model adalah variabel dummy larangan ekspor kayu bulat. Menurut Ningrum 2006 yang melakukan analisa permintaan ekspor pulp dan kertas Indonesia mengungkapkan bahwa perkembangan ekspor pulp dan kertas berfluktuasi setiap tahunnya dan cenderung mengalami peningkatan pada tahun 1980-2005. Kenaikan tersebut dikarenakan produksi pulp dan kertas meningkat karena kebutuhan akan kertas di dunia semakin meningkat. Hasil analisis model permintaan ekspor kertas 1980-2005 menunjukkan harga ekspor kertas, nilai tukar, dan produksi kertas berpengaruh nyata terhadap permintaan ekspor kertas Indonesia. Harga ekspor kertas berhubungan negatif dengan permintaan kertas, sedangkan nilai tukar berpengaruh positif terhadap permintaan ekspor kertas. Penelitian Heldini 2008 menganalisis pangsa pasar industri kertas Indonesia di pasar internasional dengan menggunakan metode Ordinary Least Square OLS. Penelitian ini menjelaskan bahwa Indonesia memiliki kemampuan komparatif dalam memproduksi kertas yang dapat dilihat dari kemampuannya memiliki luas hutan terbesar di dunia dan tenaga kerja yang berlimpah. Berdasarkan hasil dari regresi variabel pendapatan per kapita negara Amerika tidak mempengaruhi pangsa pasar. Sedangkan variabel harga domestik, harga ekspor, nilai tukar, populasi negara Amerika, serta dummy ekolabeling berpengaruh secara signifikan terhadap pangsa pasar industri kertas Indonesia di pasar internasional. Harga domestik dan harga ekspor berpengaruh negatif terhadap pangsa pasar sedangkan nilai tukar, populasi negara Amerika, dan dummy ekolabeling berpengaruh positif terhadap pangsa pasar. Dari berbagai telaah penelitian terdahulu tentang industri pulp dan kertas Indonesia telah memberikan gambaran tentang perkembangan industri dan perdagangan pulp dan kertas serta faktor-faktor yang mempengaruhinya di tingkat nasional maupun internasional. Namun demikian, analisis stuktur perilaku dan kinerja industri pulp dan kertas di Indonesia belum diteliti secara lebih mendalam. Oleh karena itu, pada penelitian ini dianalisis struktur perilaku kinerja serta faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja industri pulp dan kertas di Indonesia. Variabel-variabel ekonomi yang digunakan yaitu, tingkat keuntungan, rasio konsentrasi 4 perusahaan terbesar, efisiensi internal, pertumbuhan produksi, hambatan masuk perusahaan untuk masuk pasar, nilai ekspor dan variabel krisis ekonomi kondisi perekonomian negara sebelum dan sesudah krisis tahun 1997.

2.4. Kerangka Teori