Analisis Kinerja Industri Pulp dan Kertas di Indonesia

5.3. Analisis Kinerja Industri Pulp dan Kertas di Indonesia

Kinerja suatu industri mencerminkan bagaimana pengaruh kekuatan pasar terhadap harga dan efisiensi. Tingkat keuntungan suatu perusahaan dapat dilihat dari kinerja perusahaannya. Tingkat keuntungan suatu perusahaan dapat dilihat melalui Price Cost Margin PCM dan tingkat efisiensi dapat dilihat melalui efisiensi-X XEF. Nilai PCM diperoleh melalui perbandingan selisih antara nilai tambah dan upah dengan nilai output total dalam industri pulp dan kertas. Selama kurun waktu 17 tahun mulai tahun 1990 sampai tahun 2006 didapat nilai rata-rata PCM sebesar 30,91 persen. Berdasarkan hasil yang diperoleh, diketahui bahwa selama periode 1990-2006 rata-rata tingkat keuntungan yang diperoleh mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Tingkat keuntungan terbesar yang diperoleh selama periode tersebut adalah sebesar 40,84 persen pada tahun 1997 dan tingkat keuntungan terendah yang diterima sebesar 19,45 persen pada tahun 1998. Penurunan tersebut disebabkan adanya peningkatan biaya input yang digunakan dalam proses produksi industri, sehingga meskipun tingkat produksi mengalami peningkatan pada tahun 1998 tetapi penggunaan biaya input yang digunakan lebih besar dari penggunaan output sehingga tingkat keuntungan yang diperoleh mengalami penurunan. Pengukuran XEF diperoleh dari perbandingan nilai tambah dengan nilai input dalam industri pulp dan kertas. Pada tabel 5.3, dapat dilihat nilai rata-rata XEF dari tahun 1990 sampai 2006 sebesar 57,59 persen tahun. Nilai XEF industri pulp dan kertas terendah diperoleh pada tahun 2000 sebesar 30,7 persen sedangkan nilai XEF industri tertinggi diperoleh pada tahun 1997 sebesar 79,4 persen. Berdasarkan teori yang ada, nilai XEF yang tinggi mencerminkan kemampuan industri untuk meminimumkan jumlah biaya input yang digunakan untuk proses produksi, artinya perusahaan dikelola dengan baik, baik dari sisi tenaga kerjanya maupun dari sisi perusahaan itu sendiri. Variabel pertumbuhan Growth diduga dapat mempengaruhi kinerja industri karena variabel ini dapat menunjukkan permintaan pasar. Jika permintaan pasar meningkat maka perusahaan akan meningkatkan outputnya untuk memenuhi permintaan yang ada. Pertumbuhan output paling rendah terjadi tahun 2003. Ini disebabkan adanya peningkatan impor kertas dengan harga dumping dari negara- negara pengekspor pulp dan kertas terbesar dunia. Tabel 5.3. PCM, Growth dan XEF Industri Pulp dan Kertas di Indonesia dalam persen Tahun PCM Growth XEF 1990 28,99 47,4 51,2 1991 34,43 36,03 63,7 1992 29,85 20,03 55,5 1993 28,77 -0,94 54,1 1994 27,78 35,11 54,8 1995 27,04 33,35 50,7 1996 28,72 30,33 49,8 1997 40,84 2,40 79,4 1998 19,45 62,97 55,4 1999 33,09 10,41 61 2000 20,90 113,14 30,7 2001 30,69 29,89 50,8 2002 30,07 37,01 46,9 2003 37,46 -14,73 72,1 2004 38,24 0,51 73,9 2005 31,32 20,79 54,7 2006 37,77 5,47 74,4 Rata-rata 30,31 27,76 56,26 Sumber : BPS Tahun 1990-2006, diolah

5.4. Analisis Hubungan Struktur dengan Kinerja