Pembahasan Umum KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN, INDUSTRI GULA

151 dengan mengadopsi pendapat dan keinginan semua pihak, sehingga dapat menguntungkan semua pihak yang pada akhirnya akan menjadi pendorong bagi industri gula untuk selalu memperbaiki berbagai hal sehingga menjadi pabrik gula yang handal, dengan keuntungan yang tinggi, CSR yang sangat baik sehingga dapat memberikan rasa keadilan dan kemakmuran pada masyarakat sekitar dengan tetap selalu menjaga dan memperhatikan kelestarian lingkungan. 11. Meningkatkan keterlibatan Pemda seluruh dinas terkait Selama penelitian terdapat “kesenjangan” antara pabrik gula dengan pemda, dalam hal ini Pabrik Gula Jati Tujuh terdapat di Kabupaten Majalengka, namun, pada kenyataannya pabrik gula malah bekerjasama dengan kabupaten lain, oleh karenanya, maka ada rasa ketidak enakan dari pemda setempat. Kondisi ini pada suatu saat akan dapat menjadi gunung es yang siap meletus, yang pada akhirnya tidak mengenakan semua pihak. Oleh karena itu maka keterlibatan pemda setempat harus ditingkatkan, serta keterlibatan dinas terkait, sehingga pengelolaan industri gula dilakukan secara terpadu lintas sektoral.

5.7 Pembahasan Umum

Pada dasarnya industri gula dapat dikatakan merupakan industri yang relatif ramah lingkungan, karena relatif tidak terlalu banyak mengeluarkan limbah. Dalam hal ini limbah yang dihasilkan dari pabrik gula dimanfaatkan kembali menjadi bahan baku untuk industri lain seperti industri penyedap masakan petsin. Oleh karena itu, tanpa ada perintah dari yang berkepentingan pun industri gula sudah melakukan produksi bersih. Padahal menurut Dana Mitra Lingkungan 2005 produksi bersih merupakan strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dan terpadu yang dapat diterapkan oleh perusahaan karena menggunakan pendekatan win-win antara bisnis dan lingkungan. Selanjutnya dikatakan bahwa teknologi yang menggunakan pendekatan produksi bersih ini akan menurunkan biaya produksi, meningkatkan efisiensi dan produktivitas serta memperbaiki citra image lingkungan dan hubungan dengan stakeholders lainnya. Dengan demikian tujuan perusahaan yaitu laba profit, pertumbuhan growth dan keberlanjutan usaha sustainable business akan tercapai. Kondisi ini terlihat dengan jelas pada industri gula yang memperlihatkan adanya keuntungan dari melakukan produksi bersih. Dalam hal ini limbah pabrik gula ini dapat bernilai ekonomis karena dijadikan bahan baku untuk industri lain. 152 Dilakukannya produksi bersih di industri gula semakin dimungkinkan, mengingat hasil beberapa penelitian memperlihatkan bahwa pada limbah industri gula mengandung hemisululosa 24 dan selulosa 38, sehingga memungkinkan untuk dibuat bioetanol Prior dan Day, 2007. Hal ini juga sesuai dengan pendapat De Andrade dan Rivera 2009 yang mengatakan bahwa limbah pabrik gula dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembuatan bioetanol. Selain itu ada indikasi dari dalamnya dapat disintesa enzim sucrose-phosphate syntetase yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan Grof et al, 2007. Bahkan menurut Lunelli et al., 2007 juga dari fermentasinya akan didapat acrylic acid. Selain hal tersebut, industri gula juga mempunyai kelebihan lainnya dibanding industri lain, yakni bahan baku industri ini adalah tebu, padahal untuk mendapatkan tebu tersebut, harus ada lahan yang dapat digunakan untuk menanam. Oleh karena itu maka industri gula akan menyediakan lahan untuk bertanam tebu, baik lahan tersebut milik industri atau milik masyarakat yang sengaja menanam tebu. Kondisi ini sangat menguntungkan untuk lingkungan, mengingat tanaman tebu yang melakukan fotosintesis pada siang hari akan menyerap karbon dioksida yang dengan bantuan sinar matahari akan diubah menjadi karbohidrat. Hal tersebut akan mengurangi beredarnya karbondioksida yang merupakan salah satu jenis gas rumah kaca diatmosfir yang di alam akan bertingkah laku sebagai rumah kaca yang akan menyebabkan terjadinya pemanasan global, dan pada akhirnya akan mengakibatkan terjadinya perubahan iklim global Murdiarso, 2003. Hal ini sesuai dengan pendapat Syahrial dan Bioletty 2007 yang mengatakan bahwa karbon dioksida yang berlebihan di atmosfir merupakan gas yang mempunyai efek rumah kaca dan akan mempercepat terjadinya kenaikan panas serta Aldrian dalam Djamil 2008 yang mengatakan bahwa kelebihan karbon dioksida akan mempercepat terjadinya pemanasan global yang pada akhirnya akan mengakibatkan terjadinya perubahan iklim global serta merubah hari hujan, frekuensi hujan dan besarnya curah hujan. Selain hal tersebut, adanya tanaman tebu yang harus ditanam pada hamparan lahan yang cukup luas juga menjadi keuntungan tersendiri. Mengingat lahan yang digunakan menanam tebu, sekaligus menjadi lahan terbuka hijau yang berfungsi sebagai daerah tangkapan air. Dengan adanya lahan tersebut maka akan memberikan kesempatan pada air hujan untuk masuk ke dalam tanah dan akhirnya akan menjadi 153 simpanan air yang akan berguna sebagai cadangan air pada musim kemarau Sitorus, 2002. Namun demikian ada kecenderungan tanahnya menjadi rentan, sehingga harus dilakukan perbaikan-perbaikan misalnya dengan menggunakan pupuk organik. Selain dari hal tersebut di atas, industri gula juga menghasilkan limbah cair yang mengandung beberapa bahan kimia dan fisika seperti oksigen terlarut DO, BOD, COD, TSS, pH, kekeruhan dan suhu yang berada di bawah baku mutu yang ditentukan oleh pemerintah, yakni Keputusan Mentri LH No 115 tahun 2003. Dengan demikian maka limbah cair yang dihasilkan industri gula aman untuk dimasukan ke dalam ekosistem perairan. Kondisi yang sama juga terjadi pada kondisi udara dan kebisingan di sekitar industri gula. Dalam hal ini baik dilihat dari kondisi fisik maupun kondisi kimia seperti CO2, kebisingan, dan berbagai parameter bahan pencemar lainnya menunjukkan nilai yang berada di bawah ambang batas yang ditentukan, sehingga relatif aman untuk kelestarian lingkungan. Namun demikian ternyata 80 dari masyarakat yang diwawancara mengatakan bahwa mereka menerima dampak gangguan dari pabrik. Adanya produksi bersih yang dilakukan oleh industri gula di Indonesia, adanya lahan terbuka hijau yang dimanfaatkan untuk keperluan menanam tebu dan kualitas limbah cair yang berada di bawah baku mutu yang ditentukan serta kualitas udara dan kebisingan yang juga berada di bawah ambang batas, merupakan keuntungan tersendiri untuk dimensi ekologi. Dan melihat hal tersebut di atas, serta bukti nyata dari analisis keberlanjutan yang memperlihatkan bahwa dimensi ekologi cukup berlanjut, memperlihatkan bahwa industri gula merupakan industri yang ramah lingkungan, serta mempunyai potensi yang baik untuk dikembangkan menjadi industri yang berwawasan lingkungan yang akan mendukung terlaksananya proses pembangunan berkelanjutan. Pada penelitian ini juga terlihat bahwa selain industri gula merupakan industri strategis, namun juga memperlihatkan adanya bukti lain yang akan mendukung bahwa industri gula akan dapat menjadi industri yang mendukung pembangunan berkelanjutan, yakni secara ekonomi juga akan menguntungkan baik untuk masyarakat sekitar maupun untuk pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Hal ini juga tercermin dari hasil wawancara dengan masyarakat sekitar, yang mengatakan bahwa 76 dari mereka merasa bahwa pendapatan yang diperoleh mencukupi biaya hidup yang mereka butuhkan. Dan dari masyarakat yang diwawancara, 96 diantaranya merasa bahwa 154 mereka mempunyai kesempatan untuk berpartisipasi di industri gula. Oleh karena itu maka wajar jika dimensi ekonomi masuk pada kategori cukup berkelanjutan Hal yang sama juga terjadi pada aspek sosial budaya, dalam hal ini menurut para stakeholder dan masyarakat sekitar Pabrik Gula Jati Tujuh yang diwawancara 100 menyatakan bahwa mulai dari berdirinya pabrik gula tersebut hingga saat ini belum pernah menimbulkan konflik dan keresahan pada masyarakat sekitar. Bahkan berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat sekitar, yang umumnya merupakan masyarakat asli memperlihatkan bahwa 88 dari masyarakat yang diwawancara menyatakan bahwa mereka mempunyai keterkaitan dengan pabrik gula, terutama dalam hal mencari penghidupan. Dengan demikian maka dimensi sosial budaya diduga juga akan mendukung terjadinya pembangunan yang berkelanjutan. Namun sayangnya program CSR community social responsibility mengindikasikan belum terlalu baik, terlihat dari wawancara dengan masyarakat sekitar, ternyata hanya 34 dari mereka yang mengatakan bahwa pabrik gula memberikan bantuan sosial budaya. Oleh karena itu maka program CSR dari pabrik gula harus ditingkatkan dan harus diperhatikan dalam pemerataannya. Kondisi yang hampir sama juga terjadi pada dimensi teknik. Dalam hal ini walaupun teknologi yang ada di industri gula merupakan teknologi yang relatif usang, karena sejak Zaman Penjajahan Belanda hingga saat ini dapat dikatakan minim sekali dengan pembaharuan, ternyata juga tidak menimbulkan masalah yang berarti bahkan masuk pada kategori yang sangat berkelanjutan. Hanya dimensi hukum dan kelembagaan yang kurang berlanjut. Berdasarkan hal tersebut, ada indikasi bahwa industri gula di lokasi penelitian pada khususnya dan di 49 lokasi lain yang ada di seluruh Indonesia pada umumnya, merupakan industri yang relatif cukup ramah lingkungan, sehingga akan mendukung terlaksananya pembangunan berkelanjutan. Tidak seperti pada kawasan industri lainnya yang walaupun sudah memiliki sertifikat ISO 14001, sangat sulit untuk menghilangkan limbah, karena industri yang ada di Indonesia pada umumnya mendapatkan berbagai kesulitan terutama masalah dana untuk menerapkan konsep produksi bersih; industri gula telah melakukan proses produksi bersih seperti yang diinginkan oleh masyarakat dunia yang tertuang pada Agenda 21 yang menganjurkan dilaksanakannya teknologi bersih, sehingga dapat 155 mengurangi jumlah limbah, bahkan menjadikan limbah tersebut bernilai ekonomis Memahami KTT Bumi, 1992. Walaupun berdasarkan kebijakan yang ada, pabrik gula tidak termasuk industri yang mencemari lingkungan air dan udara, namun masyarakat mengeluhkan dampak buruk yang berasal dari pabrik gula. Berdasarkan hal tersebut, maka pabrik gula idealnya harus memiliki IPAL instalasi pengolah air limbah, sehingga limbah cair yang dikeluarkan sudah diolah terlebih dahulu dan aman untuk ekosistem perairan yang menerimanya. Selain hal tersebut, untuk pencemaran udara dan kebisingan, hendaknya pabrik gula melengkapi pabriknya dengan filter yang lebih baik lagi. Sedangkan untuk mengurangi kebisingan hendaknya pabrik dilengkapi dengan peredam suara yang baru dan mempunyai kapasitas penyerapan suara yang lebih tinggi. Dalam pengolahan limbah dan buangan ini, dalam rangka menndapatkan hasil yang baik, maka selain diperlukan IPAL, juga dibutuhkan keterampilan tenaga-tenaga pelaksana, bahkan sudah selayaknya jika tenaga pelaksana ini disertifikasi. Berdasarkan hal tersebut maka selain melaksanakan pengendalian dan pengelolaan limbah, hal lain yang harus diperhatikan adalah ,mencari tenaga yang handal dibidang pengelolaan limbah. Jika hal tersebut dilakukan dengan baik, maka keberadaan industri gula tidak akan mengakibatkan terjadinya pencemaran, sehingga terjadinya degradasi lingkungan di lokasi tersebut, akan dapat dicegah. Secara umum dapat dikatakan bahwa kesadaran masyarakat industri dalam melakukan pengelolaan terhadap lingkungan juga masih rendah. Bahkan program lingkungan seringkali dianggap sebagai penghalang oleh perusahaan untuk meningkatkan keuntungan perusahaan. Hal ini terjadi karena pengetahuan dan kesadaran para pelaku industri yang umumnya relatif minim. Namun demikian, berdasarkan hasil pengamatan di lapang, hal yang juga tidak kalah pentingnya penyebab hal tersebut di atas adalah akibat sudah terlalu banyaknya pungutan-pungutan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap perusahaan, sehingga keuntungan perusahaan yang tersisa relatif sedikit, dan dianggap tidak cukup lagi untuk melakukan pembiayaan terhadap program lingkungan yang dituntun pada Agenda 21. Hal yang harus sangat diperhatikan dalam mencapai keberlanjutan industri gula seperti yang diinginkan oleh dunia sehingga dapat mencapai pembangunan berkelanjutan adalah dimensi hukum dan kelembagaan. Untuk itu hal yang tidak kalah 156 pentingnya untuk diperhatikan dalam rangka meningkatkan nilai keberlanjutan hukum dan kelembagaan antara lain adalah menciptakan kebijakan-kebijakan yang sifatnya membumi dan menguntungkan semua pihak, sehingga relatif mudah untuk diimplementasikan. Selain itu juga harus dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan ketaatan terhadap hukum dan kebijakan yang berlaku termasuk di dalamnya taat terhadap penempatan perusahaan terebut sesuai dengan rencana penataan tataruang yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah setempat Salim, 1993. Selain limbah cair dan pencemaran udara, hal yang juga tidak kalah pentingnya dan harus benar-benar mendapat perhatian serius di pabrik gula adalah sampah yang dihasilkan dari kegiatan domestik, yang pada saat dilakukan penelitian ini relatif masih berserakan di berbagai tempat. Dari pengamatan di lapang terlihat bahwa kertas pembungkus dan kantong plastik, setelah dipergunakan biasanya langsung dibuang ke tempat sampah, sehingga masa pakainya seringkali hanya beberapa jam, dan selanjutnya akan langsung menjadi limbah. Padahal sampah seperti tersebut di atas pada umumnya dapat di gunakan kembali atau didaur ulang, sehingga akan mendatangkan nilai manfaat baik secara ekonomi maupun secara ekologi. Dan untuk sampah yang mudah urai, yang diberi sebutan dengan sampah organik, sampah-sampah tersebut dapat dimanfaatkan untuk pembuatan kompos, sehingga sampah yang mudah uraipun akan bernilai ekonomis Pada dasarnya pengelolaan limbah merupakan masalah yang sangat kompleks; oleh karena itu maka dalam menyelesaikan permasalahan limbah tidak dapat diselesaikan oleh satu pihak yakni perusahaan semata, namun harus diselesaikan secara holistik. Hal yang sama juga terjadi pada limbah dan sampah yang dihasilkan dari kegiatan industri atau dari kegiatan domestik di pabrik gula tersebut. Mengingat sampah dan limbah merupakan masalah yang cukup pelik, maka penanganannya akan lebih ideal jika tidak dikerjakan oleh satu individu atau satu bagian saja seperti bagian yang menangani masalah lingkungan, namun harus melibatkan berbagai bagian yang ada di pabrik gula tersebut serta dari seluruh pimpinan pabrik gula untuk saling bahu membahu dalam mensukseskan pengelolaan limbah dan sampah dari pabrik gula. Berdasarkan hasil analisis keberlanjutan, terlihat bahwa dimensi hukum dan kelembagaan merupakan dimensi yang paling tidak berlanjut. Kondisi ini cukup mengkhawatirkan, hal ini sesuai dengan pendapat para stakeholder yang mengatakan 157 bahwa penegakkan hukum tidak hanya di kawasan pabrik gula, namun hampir di semua aspek masih menjadi masalah. Menurut pendapat para stakeholder tentang kelembagaan pun juga mengalami hal yang sama dengan aspek hukum. Oleh karena itu maka dalam rangka meningkatkan nilai keberlanjutan hukum dan kelembagaan maka pemerintah pusat dan pemerintah daerah bersama-sama para stakeholder harus duduk bersama untuk membicarakan dimensi hukum dan kelembagaan. Salah satu kegiatan yang diharapkan akan muncul, antara lain membuat peraturan perundang-undangan yang bersifat operasional yang sifatnya membumi, dan harus menegakan aturan tersebut tanpa pandang bulu, namun berlaku untuk siapapun, dimanapun dan kapanpun, sehingga dapat bersama-sama menyelamatkan lingkungan dan melakukan pembangunan berkelanjutan. Berdasarkan analisa levarage didapatkan hasil berupa adanya sebelas atribut yang sensitive yang sangat perlu diperhatikan, untuk meningkatkan keberlanjutan dalam pengelolaan pabrik gula yang sudah cukup berlanjut menjadi sangat berlanut, maka harus dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kerentanan lahan, melakukan pengelolaan pada masa tanam, memperluas pasar produk, meningkatkan pendidikan formal masyarakat sekitar, meningkatkan kembali kontribusi pabrik terhadap masyarakat sekitar, semakin meningkatkan hubungan kekeluargaan antar warga masyarakat, melakukan revitalisasi mesin-mesin industri, meningkatkan produktivitas SDM, meningkatkan kerjasama dengan masyarakat, membuat kebijakan pendorong industri gula, dan melibatkan pemda setempat pada pengelolaan di pabrik gula. Namun khusus untuk semakin mengembangkan pabrik gula tersebut di masa yang akan datang sehingga tidak kalah bersaing pada era globalisasi adalah harus melakukan revitalisasi terhadap mesin-mesin industri gula. Karena walaupun mesin- mesin industri gula masih ada dalam kategori sangat berlanjut, namun jika sudah terjadi globalisasi maka bukan tidak mungkin mesin-mesin yang ada dapat menjadi mesin dengan kategori sudah kadaluarsa, sehingga produk gula yang dihasilkan lebih rendah kualitas dan kuantitasnya dibanding negara lain. Kondisi ini dapat membuat Indonesia kalah bersaing dengan negara lain, bahkan kalah bersaing di negeri sendiri. Secara umum dapat dikatakan bahwa pemerintah pusat dan pemerintah daerah telah melakukan berbagai upaya penyelamatan lingkungan sebagai dari dilakukannya kegiatan industri. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah membuat 158 kebijakan-kebijakan dan membuat program-program pengelolaan limbah industri, penanaman pohon, membuat biopori, dsb. Namun demikian kebijakan dan program yang dibuat seringkali tidak berhasil menanggulangi berbagai permasalahan dan degradasi lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan industri. Dan ironisnya permasalahan dan degradasi lingkungan yang terjadi tersebut seringkali merupakan kesalahan bersama, baik dari pihak industri maupun pihak aparat berwajib yang sama- sama tidak mempunyai kesadaran dalam melakukan kewajibannya masing-masing. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka kedua belah pihak ditambah dengan masyarakat sekitar harus betul-betul melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan industri, pembuangan limbah industri padat dan cair dan limbah domestik yang dihasilkan dari kegiatan industri tersebut serta pelaksanaan program lingkungan lainnya. Selain hal tersebut hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah melakukan pengawasan secara reguler serta selalu menjaga kejujuran dan kedisiplinan dari aparat yang berwajib dalam menindak pelanggaran serta selalu memberikan sanksi yang tegas bagi pelanggar hukum. Namun hal lain yang tidak kalah penting dan perlu dilakukan adalah memberikan penghormatan penghargaan pada perusahaan yang telah melaksanakan program-program lingkungan dengan baik dan benar serta selalu mentaati peraturan yang telah disepakati bersama. Dalam melaksanakan pengelolaan industri gula ini diperlukan adanya partisipasi, mengingat ada tiga keuntungan yang akan diperoleh jika menggunakan proses partisipatif dalam pembangunan dan desain suatu kegiatan yakni: l hasilnya akan lebih bersifat alamiah dan tidak merupakan rekayasa, 2 masyarakat yang merupakan target merasa lebih memiliki dan memberikan kontribusi secara signifikan guna kesuksesan kegiatan, dan 3 pemantauan kegiatan lebih mudah dilaksanakan dan lebih transparan Bock, 2001. Selain hal tersebut adanya partisipasi juga sekaligus merupakan konsep kunci dalam rangka membuka transparansi dan akuntabilitas pada proses pembuatan keputusan dan kebijakan. sekaligus untuk mempromosikan efektifitas penggunaan sumberdaya lokal dan menjadi aspek penting untuk mencapat kebijakan yang tepat. Pembangunan industri gula yang bersifat partisipatif sangat perlu untuk diimplementasikan mengingat pembangunan pabrik gula partisipatif yang berkelanjutan akan menjadi proses lokal, yang terinformasi dengan baik dan partisipatif, yang terlihat dari adanya kerjasama stakeholder dalam mencapai keseimbangan antara keberlanjutan pembangunan ekonomi, ekologi dan sosial Charter , 2001. Namun demikian dalam 159 implementasinya seringkali penerapannya dibatasi oleh beberapa faktor pembatas, seperti sumberdaya lokal yang kurang, pemerintahan yang lemah serta kapasitas pemerintahan local yang kurang handal Stohr, 2001. Pengelolaan industri gula dengan perencanaan partisipatif juga akan dapat menciptakan kesempatan kepada para stakeholder yang memiliki kepentingan langsung pada suatu wilayah perencanaan untuk memberikan kontribusi informasi kepada perencana. Selain itu perencanaan partisipatif yang menekankan kekuatan pada stakeholder untuk memperhatikan proses perencanaan dan membuat keputusan kebijakan penting. Implementasi perencanaan partisipatif ini hendaknya dimulai dengan pembentukan sekelompok stakeholder telah dibentuk melalui dialog yang teratur, pertemuan-pertemuan dimana anggota dapat saling berbagi pengalaman, diskusi, mengajukan keberatan dan lain sebagainya. Perencanaan partisipatif dapat melibatkan setiap level dari stakeholder yang berkepentingan langsung maupun tidak langsung Takeda, 2001. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa pengelolaan pembangunan akan lebih baik, jika sejak awal sudah mengikutsertakan masyarakat sebagai pihak yang menikmati hasil pembangunan tersebut dalam setiap jenis kegiatan pembangunan. Karena hasilnya akan dapat terjadi sesuai dengan aspirasi, kebutuhan nyata, kondisi sosial budaya dan kemampuan ekonomi masyarakatnya. Partisipasi dalam pengelolaan industri gula juga dapat berbentuk berbagai jenis. Pada tingkat partisipasi paling bawah dapat berupa konsultasi pasif dan tingkat partisipasi yang paling aktif adalah seluruh masyarakat dan stakeholder membagi kekuasaankewenangan dalam pengelolaan sumberdaya alam Brown et al., 2001. Partisipasi masyarakat secara nyata dan langsung dianggap dapat mengkoreksi kekurangan- kekurangan pelaksanaan pembangunan yang bertumpu pada pemerintah maupun mekanisme pasar. Sebagai bagian instrument pembangunan, fungsi dan proses partisipasi diharapkan dapat mengungkapkan kebutuhan masyarakat secara nyata, serta mobilisasi sumberdaya lokal Midley et al., 1986. Seperti halnya pada pembangunan yang bersifat partisipatif, maka kunci sukses dari pembangunan partisipatif ada tiga hal yakni kuatnya dukungan institusi yang terkait yang mampu mengikat stakeholders secara efektif, mampu membangun stakeholder secara efektif, dan mampu membangun kelembagaan yang tepat NRTEE, 1998. Berdasarkan hal tersebut maka dalam proses penyusunan rencana pembangunan, perencanaan dan pengelolaan pabrik gula, maka hal yang sangat penting untuk dilakukan adalah melakukan 160 identifikasi terlebih dahulu, selanjutnya mencoba untuk menemukan pertanyaan-pertanyaan yang akan didefinisikan, dan hal yang tidak kalah pentingnya untuk dilakukan adalah bersifat partisipatif, mengingat partisipasi stakeholder akan dapat meningkatkan distribusi manfaat dari keberadaan industri gula tersebut.

5.8 Implikasi Kebijakan