10 industri ideal tersebut harus didukung oleh kebijakan terpadu, tidak ”ego-sektoral”
seperti yang relatif terjadi saat ini, sehingga dapat menanggulangi permasalahan lahan yang belum mendapat kepastian kesinambungan pertanian tebu, dari sisi perdagangan
tidak hanya melihat sisi suplai atau demand, dan ada keberpihakan dari perbankan, moneter dan fiskal. Oleh karena itu maka industri gula akan menjadi kuat ideal,
apabila terdapat keterpaduan dukungan. Selama ini sudah cukup banyak penelitian yang dilakukan antara lain Idha Haryanto Soemodihardjo 2007 yang melakukan penelitian
tentang optimasi penggunaan lahan di daerah penghasil padi dan tebu di Jawa Timur; Victor Siagian 1999 tentang analisis efisiensi biaya produksi gula di Indonesia;
pendekatan fungsi biaya multi-input; Ruchiyat Deni Djakapermana 2006 disain kebijakan dan strategi dalam pemanfaatan ruang wilayah Pulau Kalimantan; Eko
Sulistiyono 2006 hubungan pengelolaan air dengan produksi, kandungan gula nikotin daun tembakau; Wayan Reda Susila 2006 pengembangan industri gula Indonesia;
analisis kebijakan dan keterpaduan sistem produksi, dan sebagainya. Namun demikian penelitian tentang model pengembangan industri gula berkelanjutan berbasis produksi
bersih dan partisipasi masyarakat belum pernah dilakukan. Oleh karena itu maka harus segera dilakukan penelitian tersebut di atas. Untuk lebih jelasnya kerangka berpikir
penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.
1.5 KegunaanManfaat Penelitian
Kegunaan atau manfaat penelitian diharapkan memberikan manfaat antara lain: 1. Bagi pemerintah dapat dijadikan salah satu acuan bagaimana mengambil kebijakan
secara terpadu mulai dari hulu lahan, irigasi, penyediaan bibit, bahan baku, antara teknologi produksi, ekonomi, perbankan, fiskal, hilir perdagangan khususnya
bagi penguatan serta pengembangan industri gula di dalam negeri. 2. Untuk para pelaku industri, agar dapat meningkatkan efisiensi produksi dengan
memanfaatkan faktor pengungkit yang perlu ditingkatkan kembali sehingga industri gula akan berkelanjutan secara ekonomi, ekologi, sosial budaya budaya,
teknologi, hukum dan kelembagaan 3. Sebagai bahan referensi bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama dalam
perencanaan produksi melalui teknologi industri yang berwawasan serta wacana lingkungan hidup yang progresif.
11
HUKUM KELEMBAGAAN
POLITIK SOSIAL
BUDAYA EKONOMI KEAMANAN
KEBIJAKAN TERPADU
Gambar 2. Kerangka pikir model
pengembangan industri gula berkelanjutan berbasis produksi bersih dan partisipasi masyarakat
PEMBANGUNAN EKONOMI
INDUSTRI GULA UTUHKONVENSIONAL
INDUSTRI GULA RAFINASI
NILAI STRATEGIS
TEKNOLOGI PRODUKSI
PEMANFAATAN LIMBAH INDUSTRI
PROGRAM PEMANFAATAN BERBASIS EKONOMI
Masalah: • Modal Kerja
• SdM • Teknologi
• Produksi • Skala
Ekonomi
Memperkecil Ketergan-
tungan thd LN
Nilai ”margin”
Meningkat Kelestarian
Lingku- ngan
Industri Pendukung
Kuat Penberda-
yaan Masya-
rakat Partisipasi
Penghe- matan
Devisa
EKSISTENSI INDUSTRI
GULA PENINGKATAN
TEKNOLOGI INDUSTRI
PENGUATAN EKONOMI
LOKAL NASIONAL
PARTISIPASI MASYARAKAT
12
1.6 Ruang Lingkup dan Pembatasan Penelitian
Mengingat luasnya penelitian, maka ruang lingkup yang akan dilakukan adalah: 1. Mencari gambaran kondisi sosial, ekonomi dan persepsi masyarakat
2. Mencari gambaran kondisi kualitas lingkungan pabrik gula 3. Melihat keberlanjutan dari industri gula yang menjadi objek dan mencari parameter
yang paling dominan yang dapat meningkatkan keberlanjutan pasbrik gula 4. Mencari alternatif yang terbaik untuk mengembangkan industri gula tersebut
dengan berbasis produksi bersih dan partisipasi masyarakat 5. Mencari skenario yang dapat membuat industri gula menjadi pabrik yang secara
ekonomi menguntungkan, secara sosial budaya menciptakan rasa aman, berkeadilan dan makmur serta tetap dapat menjaga kelestarian lingkungan
6. Mencari model pengembangan industri gula yang transparan, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan dari dimensi ekologi, ekonomi, sosial budaya,
teknologi dan kelembagaan serta hukum yang berbasis produksi bersih dan partisipasi masyarakat.
1.7 Kebaruan Novelty