Analisis Kebijakan TINJAUAN PUSTAKA

30 banyak digunakan untuk menilaikualitas suatu perairan atau menilai kualitas limbah cair atau untuk menilai kepekatan limbah. Nilai BOD juga dapat dimanfaatkan untuk merancang sistem penanganan limbah cair secara biologis yang didasarkan pada reaksi oksidasi. Kimia Terlarut COD Kebutuhan oksigen kimiawi atau chemical oxygen demand COD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk mengoksidasi seluruh bahan organik secara kimiawi yang terdapat dalam suatu media cair, baik dalam ekosistem perairan maupun dalam limbah cair. Reaksi yang terjadi pada penentuan COD, bahan organik yang terdapat pada media cair tersebut dioksidasi dengan menggunakan K 2 Cr 2 O 7 kalium bichromat sebagai sumber oksigennya, sehingga akhirnya akan terurai menjadi gas CO 2 dan H 2 Secara umum kebutuhan oksigen untuk keperluan penguraian bahan organik secara kimia, akan lebih tinggi dibandingkan dengan kebutuhan oksigen untuk penguraian bahan organik secara biologi. Hal ini terjadi karena bahan-bahan organik yang stabil terhadap reaksi biologi dan mikroorganisme, semuanya akan dapat ikut teroksidasi dalam uji COD. Sebagai contoh selulosa, selulosa merupakan bahan yang sulit diukur melalui uji BOD karena sulit dioksidasi oleh mikroorganisme, namun melalui reaksi kimia, dapat diuraikan. O serta sejumlah ion khrom. Pada media cair yang tercemar limbah organik pada umumnya dapat dicerminkan dari warna media cair tersebut. Dalam hal ini, sebelum berlangsung reaksi oksidasi pada umumnya media cair berwarna kuning, dan setelah reaksi oksidasi berubah menjadi berwarna hijau. Jumlah oksigen yang diperlukan untuk reaksi oksidasi limbah organik tersebut pada dasarnya seimbang dengan jumlah kalium bichromat yang digunakan. Dalam hal ini semakin banyak kalium bichromat yang digunakan pada reaksi oksidasi, identik dengan jumlah oksigen yang diperlukan untuk menguraikan bahan organik tersebut.

2.10 Analisis Kebijakan

Menurut Widjajono 1999, analisis kebijakan adalah ilmu yang menghasilkan informasi yang relevan dengan kebijakan publik. Menurut Vining et al. 1998, analisis kebijakan merupakan suatu nasehat yang berorientasi pada klien, yang relevan dengan kebijakan publik dan disampaikan dengan nilai-nilai sosial budaya. Namun demikian tidak semua nasehat berarti analisis kebijakan, sehingga untuk menentukan nasehat 31 tersebut merupakan kebijakan publik atau tidak, perlu dibuat lebih spesifik dan terkait dengan kebijakan publik. Analisis kebijakan juga sering diartikan sebagai ilmu seni dan keahlian. Oleh karena itu maka keberhasilan analisis kebijakan harus dapat mempergunakan keahlian dasar ke dalam perspektif yang realistik atas ketentuan- ketentuan dalam masyarakat. Menurut Dwijowijoto 2003 pada dasarnya analisis kebijakan mencakup tiga hal utama yang saling kait mengkait, yaitu bagaimana merumuskan kebijakan, bagaimana mengimplementasikan kebijakan dan seperti apa evaluasi kebijakannya setiap kebijakan dirumuskan untuk tujuan tertentu yaitu mengatur sistem yang sedang berjalan untuk mencapai tujuan visi dan misi bersama yang telah disepakati. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa analisis kebijakan adalah tindakan yang diperlukan dalam rangka pembuatan sebuah kebijakan, baik kebijakan yang baru sama sekali atau kebijakan yang baru sebagai konsekuensi dari kebijakan yang ada. Begitu pentingnya analisis kebijakan ini mengakibatkan pekerjaan analisis kebijakan menjadi suatu keharusan bagi perumus kebijakan, namun demikian pada implementasi kebijakan dan lingkungan kebijakan, analisis kebijakan tidak terlalu ditekankan lagi. Pada implementasi kebijakan dan lingkungan biasanya dilakukan evaluasi. Namun demikian, evaluasi kebijakan merupakan bagian dari analisis kebijakan yang lebih berkenaan dengan prosedur dan manfaat dari kebijakan. Meskipun analisa kebijakan lebih fokus kepada perumusan, namun setiap analisis kebijakan pasti akan mencakup evaluasi kebijakan. Hal ini disebabkan pada analisis kebijakan mencakup seluruh proses mulai dari proses awal kebijakan, yaitu menemukan isu kebijakan, menganalisa faktor pendukung kebijakan, implementasi kebijakan tersebut, peluang evaluasinya, serta juga mencakup kondisi lingkungan kebijakan. Menurut Aminullah 2004 pada analisis kebijakan kita dituntun untuk menemukan langkah strategis yang nantinya akan mempengaruhi sistem. Ada dua pilihan skenario yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi kinerja sistem yaitu: 1 kebijakan fungsional, skenario dengan tindakan yang mempengaruhi fungsi dari unsur sistem tanpa merubah sistem; dan 2 kebijakan struktural, skenario dengan tindakan yang akan menghasilkan sistem yang berbeda. Analisis kebijakan juga merupakan ilmu yang menghasilkan informasi yang relevan dengan kebijakan publik. Produk analisis kebijakan adalah nasehat sehingga 32 seorang analis kebijakan hanyalah penasehat kebijakan bukan penentu kebijakan. Secara umum analisis kebijakan bertujuan untuk menganalisis dan mencari alternatif kebijakan yang dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan bagi penentu kebijakan. Oleh karena itu dalam persiapan analisis kebijakan, seorang analis kebijakan menurut Vining et al. 1998 perlu memperhatikan lima hal yaitu : 1. Analis perlu tahu bagaimana mengumpulkan, mengorganisasi dan berkomunikasi dalam situasi di mana terdapat batasan waktu dan akses kepada orang-orang. 2. Analis perlu mempunyai prespektif untuk melihat masalah-masalah sosial budaya dalam konteksnya. 3. Analis perlu memiliki kemampuan teknik agar dapat memprediksi dengan baik dan mengevaluasi alternatif kebijakan dengan percaya diri. 4. Analis perlu mempunyai pemahaman perilaku organisasi dan politik agar supaya dapat memprediksi kemungkinan pengaruh dan keberhasilan pelaksanaan kebijakan. 5. Analis perlu mempunyai rambu-rambu etika bahwa secara ekplisit bertanggungjawab kepada klien. Muhammadi et al. 2001 menyatakan bahwa analisis kebijakan adalah pekerjaan intelektual memilah dan mengelompokkan upaya atau untuk memperoleh pengetahuan tentang cara-cara yang strategis dalam mempengaruhi sistem, sehingga akan mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam sistem dinamis untuk menyederhanakan sistem dalam analisis kebijakan pada umumnya digunakan simulasi model. Ada dua tahap simulasi model untuk analisis kebijakan yaitu: 1 pengembangan kebijakan alternatif, yaitu suatu proses berpikir kreatif untuk menciptakan ide-ide baru tentang tindakan yang diperlukan dalam rangka mempengaruhi sistem untuk mencapai tujuan, baik dengan cara merubah model maupun tanpa merubah model; dan 2 analisis kebijakan alternatif, suatu upaya untuk menentukan alternatif kebijakan yang terbaik dengan mempertimbangkan perubahan sistem serta perubahan lingkungan ke depan. Analisis kebijakan diambil dari berbagai macam disiplin dan profesi yang tujuannya bersifat deskriptif, evaluatif dan preskriptif. Sebagai disiplin ilmu terapan, analisis kebijakan meminjam tidak hanya ilmu sosial budaya dan perilaku tetapi juga administrasi publik, hukum, etika dan berbagai macam cabang analisis sistem dan matematika terapan. Analisis kebijakan dapat diharapkan untuk menghasilkan informasi dan argumen-argumen yang masuk akal mengenai tiga macam pertanyaan: 1 nilai yang pencapaiannya merupakan tolok ukur utama untuk melihat apakah masalah telah 33 teratasi, 2 fakta yang keberadaannya dapat membatasi atau meningkatkan pencapaian nilai-nilai, dan 3 tindakan yang penerapannya dapat menghasilkan pencapaian nilai- nilai. Analisis kebijakan pada dasarnya adalah suatu upaya untuk mengetahui apa yang sesungguhnya dilakukan pemerintah, mengapa mereka melakukan hal tersebut dan apa yang menyebabkan mereka melakukannya dengan cara yang berbeda-beda. Analisis kebijakan merupakan suatu proses pencarian kebenaran yang bermuara pada penggambaran dan penjelasan mengenai sebab-sebab dan akibat dari tindakan pemerintah. Secara umum kita mengenal tiga jenis analisis kebijakan, yaitu: 1 analisis prospektif, 2 analisis retrospektif, dan 3 analisis terintegrasi Dunn, 1994. Analisis prospektif merupakan analisis kebijakan yang terkait dengan produksi dan transformasi informasi sebelum tindakan kebijakan dilakukan. Analisis retrospektif, sebaliknya berkaitan dengan produksi dan transformasi informal setelah tindakan kebijakan dilakukan. Sedangkan analisis terintegrasi adalah analisis kebijakan yang secara utuh mengkaji seluruh daur kebijakan dengan menggabungkan analisis prospektif dan retrospektif.

2.11 Model