Perdagangan Gula Internasional Gambaran Umum Industri Gula di Indonesia

75 Tabel 5 menyajikan produsen gula terkemuka untuk tahun 2005-2006. Produsen- produsen tersebut memiliki kontribusi hampir 80 dari produksi gula global yang berjumlah 150 juta ton di tahun 2005-2006. Musim gula international berjalan dari September sampai dengan Agustus. Produsen yang juga mengekspor dengan persentase tertinggi dari produksi gula mereka, adalah Australia 76, Brazil 59, dan Uni Eropa 37. Sebaliknya, India dan Meksiko masing-masing hanya mengekspor 5 saja, sedangkan China dan Rusia tidak menjual produksi gula mereka ke pasar internasional. Tabel 6 memperlihatkan 10 eksportir gula terkemuka dunia untuk tahun 2005-2006. Tabel 6 Produsen gula terkemuka dunia yang mengekspor No. Negara Jumlah juta ton Rasio dari ekspor gula global 1 Brazil 17,7 39 2 Uni Eropa 8,1 18 3 Australia 4,1 9 4 Thailand 2,6 5,8 5 SADC South Africa Development Community 1,6 3,6 6 Guatemala 1,5 3,3 7 India 1,4 3,1 8 Teluk Persia 1,3 2,9 9 Afrika Selatan 1,3 2,9 10 Kuba 1,2 2,7 Sumber: Top Ten Sugar Exporters 2010

4.4 Perdagangan Gula Internasional

Brazil terus mendominasi pasar gula internasional, dipacu oleh permintaan ethanol bebasis gula. Di tahun 2006-2007, Thailand diharapkan dapat meningkatkan ekspor gula sampai mendekati 30 dikarenakan luasnya perkebunan tebu disana. Meskipun India telah meningkatkan produksi gula sebanyak 12, pemerintah setempat melarang ekspor gula sampai April 2007 sebagai langkah untuk meningkatkan harga gula domestik. 76 Uni Eropa gagal menjalankan tanggung jawab untuk melaksanakan Persetujuan Uruguay The Uruguay Agreement on Agriculture, Organisasi Perdagangan Dunia The World Trade Organization yang saat ini membatasi ekspor gula bersubsidi Uni Eropa sebanyak 1.4 juta ton per tahunnya. Adanya penurunan dramatis ekspor gula Uni Eropa, kenaikan ekspor dari Brazil, Thailand dan India diharapkan dapat mengurangi efek kerugian di pasar gula internasional. http:world-trade-organization.suite101. comarticle.cfm top_ten_sugar_exporters; Top Ten Sugar Exporters, 31 Mei 2010

4.5 Gambaran Umum Industri Gula di Indonesia

Dalam perekonomian Indonesia, gula merupakan salah satu komoditas strategis. Dengan luas areal sekitar 350 ribu ha pada periode 2000-2005, industri gula berbasis tebu merupakan salah satu sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu petani dengan jumlah tenaga kerja yang terlibat mencapai sekitar 1,5 juta orang. Gula juga merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat dan sumber kalori yang relatif murah. Karena merupakan kebutuhan pokok, maka dinamika harga gula mempunyai pengaruh langsung terhadap laju inflasi. Pada periode 1991-2001, industri gula Indonesia mulai menghadapi berbagai masalah yang signifikan. Salah satu indikator masalah industri gula Indonesia adalah kecenderungan volume impor yang terus meningkat dengan laju 16,6 per tahun pada periode tersebut. Hal ini terjadi karena ketika konsumsi terus meningkat dengan laju 2,96 per tahun, produksi gula dalam negeri menurun dengan laju 3,03 per tahun. Pada lima tahun 1997-2002, produksi gula bahkan mengalami penurunan dengan laju 6,14 per tahun Dewan Gula Indonesia, 2002. Di Indonesia, luas areal penanaman tebu pada musim tanam tahun 20032004 mencapai 321.530,1 hektar. Luas areal perkebunan di Pulau Jawa lebih luas dibandingkan dengan perkebunan tebu di luar Pulau Jawa. Perincian luas areal penanaman tebu di Indonesia pada musim tanam 20032004 disajikan pada Tabel 7. Dilihat dari sisi luasan bahwa tanah milik perusahaan gula yaitu 151.011,6 ha atau hanya 46,97; sedangkan tanah kebun milik rakyat luasnya 170.518,5 ha atau 53,03. Dengan kata lain bahwa kontribusi dan partisipasi masyarakat terhadap industri gula nasional sangat tingi. Lokasi atau tempat di Pulau Jawa merupakan mayoritas dari jumlah luasan tanah dari seluruh tanahkebun yaitu 208.167,3 ha atau 64,74. Ini merupakan kondisi yang patut terus diperhatikan, mengingat Pulau Jawa 77 dengan penduduk mayoritas memerlukan kegunaan tanah untuk berbagai keperluan seperti perumahan, industri, sarana prasarana jalan dan kegiatan ekonomi lainnya Tabel 7. Tabel 7 Luas areal tebu per perusahaan No PTPN PT Luas Ha Total Ha thd Total Ind. Tanah Sendiri Tanah Rakyat 1 2 3 4 5 6 7 PT. RNI II Pulau JAWA PTPN IX PTPN X PTPN XI PT. Kebon Agung PT. Madu Baru PT. RNI I 12.250,0 181,0 4.049,0 23.566,8 1.008,3 2.529,7 111,0 9.022,0 29.137,0 47.669,0 39.236,3 19.865,6 1.571,2 17.970,4 21.272,0 29.318,0 51.718,0 62.803,1 20.873,9 4.100,9 18.081,4 6,62 9,12 16,08 19,53 6,49 1,28 5,62 Jumlah Jawa 43.695,8 164.471,5 208.167,3 64,74 1 2 3 4 5 6 7 8 PTPN II Luar Pulau JAWA PTPN VII PTPN XIV PT. GMP PT. GPM PT. RNI III PT. Sweet Indo Lamp PT. ILP 6.482,3 17.244,9 8.946,1 21.416,0 17.309,2 6.500,0 12.795,5 16.621,8 711,0 5.287,6 - - - 48,4 - - 7.193,3 22.532,5 8.946,1 21.416,0 17.309,2 6.548,4 12.795,5 16.621,8 2,24 7,01 2,78 6,66 5,38 2,04 3,98 5,17 Jumlah Luar Jawa 107.315,8 6.047,0 113.362,8 35,26 Total Indonesia 151.011,6 46,97 170.518,5 53,03 321.530,1 Sumber: Dewan Gula Indonesia 2009 Industri gula nasional memiliki peran yang strategis dalam bidang sosial budaya, ekonomi dan politik. Di bidang sosial budaya pengusahaannya melibatkan lebih dari 1,5 juta tenaga kerja baik sebagai karyawan tetap, musiman dan petani tebu. Di bidang ekonomi dari produk utamanya berupa gula yang mencapai 2,2 juta ton pada tahun 2005 bernilai sekitar ± Rp.11 trilyun, belum termasuk produk samping berupa tetes 1,3 juta tontahun senilai Rp. 0,7 trilyun rupiah. Kontribusi tersebut akan terus meningkat sejalan dengan meningkatnya produksi. Di bidang politik, dengan banyaknya masyarakat yang terlibat dalam kegiatan on farm dan off farm, memiliki posisi tawar yang tinggi dalam mempengaruhi penetapan kebijakan-kebijakan pemerintah AGI, 2006. 78 Pemerintah telah mencanangkan swasembada gula pada tahun 2014, dengan demikian kondisi pada tahun itu dan seterusnya, diharapkan konsumsi gula nasional dapat dipasok dari produksi dalam negeri, atau tidak menggantungkan dengan gula konsumsi asal impor. Dalam rangka hal tersebut diatas, perkembangan konsumsi gula nasional saat ini terus mengalami peningkatan baik untuk kebutuhan masyarakat umum yang dikenal dengan gula putihpasir ataupun gula untuk kebutuhan industri yang disebut gula rafinasi. Tahun 2006 konsumsi gula putih mencapai 2,66 juta ton, sedangkan gula rafinasi 1,5 juta ton. Seiring dengan peningkatan kebutuhan gula tersebut, maka pabrik gula terus memacu kapasitas produksinya dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat umum ataupun industri. Produksi gula putihpasir sebesar 2,015 juta ton 2004 meningkat sebesar 2,3 juta ton 2006, sementara produksi gula rafinasi sebesar 380.500 ton 2004 dan meningkat sebesar 1,125 juta ton 2006. Saat ini pabrik gula tebu di Indonesia tercatat 70 buah PG, 55 PG diantaranya adalah warisan kolonial yang dinasionalisasi tahun 1957, dan 15 buah merupakan pembangunan setelah kemerdekaan, namun yang aktif beroperasi tinggal 61 PG yang terdiri dari 47 PG merupakan PG lama warisan kolonial yang telah berumur antara 67- 176 tahun dan hanya 14 PG yang berumur 10-31 tahun. Dimungkinkannya PG-PG tua masih beroperasi karena pada periode akhir tahun 1970-an s.d 1980-an, rehabilitasi secara besar-besaran telah dilakukan dengan mendapat dukungan dana dari pemerintah dan pinjaman luar negeri. Dari 61 PG yang beroperasi tersebut dengan total kapasitas riil 195.800 TCD, dengan tingkat produksi yang dicapai pada tahun 2005 sebesar 2,2 juta ton hablur serta tahun 2006 sebesar 2,42 juta ton, ternyata belum dapat memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri yang terus meningkat, sehingga impor masih terus dilakukan dengan besaran berkisar 1,3 juta ton setahun AGI, 2006. Pada tahun 2005 total konsumsi gula nasional tercatat 3,3 juta ton terdiri dari 2,6 juta ton konsumsi langsungrumah tangga dan 0,7 juta ton konsumsi industri. Dengan pertumbuhan konsumsi gula nasional 2 per tahun yang terdiri dari konsumsi rumah tangga 1,2 mengikuti jumlah penduduk dan 5 konsumsi industri, maka kebutuhan konsumsi gula nasional pada tahun 2009 sebesar 3,65 juta ton dan tahun 2014 sebesar 3,9 juta ton. Pemerintah bertekad untuk mandiri dalam memenuhi kebutuhan gula 79 swasembada, sehingga ke depan peranan pabrik gula dalam menyediakan bahan berupa gula semakin penting. Dengan kapasitas yang ada, potensi PG untuk memproduksi gula hanya sebesar 2,5 juta ton hablur, sehingga diperlukan upaya untuk meningkatkan produksi nasional yang dilakukan secara simultan melalui rehabilitasi tanaman, diikuti rehabilitasi dan pengembangan kapasitas pabrik serta pembangunan PG baru. Sejak krisis ekonomi tahun 1998 upaya pemeliharaan pabrik gula terkendala oleh keterbatasan dana, sehingga relatif selama 12 tahun terakhir perbaikan pabrik tidak dapat dilakukan secara memadai, khususnya pabrik-pabrik gula milik pemerintah yang berjumlah 51 buah, sehingga dari jumlah tersebut saat ini hampir semuanya memerlukan rehabilitasi, dari yang ringan, sedang maupun berat. Produksi gula dalam negeri belum akan mampu memenuhi konsumsi jika tidak dilakukan tindakan akselerasi peningkatan produksi gula. Program perbaikan tingkat on farm sudah dilakukan dengan program bongkar ratoon dan penggantian varietas. Namun sejalan dengan perbaikan usaha tani perlu juga dilakukan perbaikan off farm, khususnya rehabilitasi dan revitalisasi pabrik gula. Paradigma industri gula juga harus berubah sejalan dengan perubahan tuntutan teknologi. Diversifikasi produk dan reorientasi industri gula berbasis tebu harus dilakukan. Semua kegiatan ini tentu saja memerlukan dana yang tidak sedikit, sehingga perlu dilakukan skim pendanaan yang tepat bagi pabrik gula, khususnya yang kondisi mesinnya sudah tidak memenuhi standar operasional. Produksi gula putih, yang dihasilkan oleh pabrik-pabrik gula PG di bawah naungan PTPN Persero dan PT. RNI yang berjumlah 51 PG dan 10 PG yang dimiliki perusahaan swasta, sedangkan produksi gula rafinasi seluruhnya dihasilkan oleh swasta, dengan jumlah 5 unit. Mengantisipasi peningkatan minat petani tebu dan pencapaian swasembada gula tahun 2014, maka dipandang perlu meningkatkan kinerja PG-PG, yang pada umumnya telah mengalami penurunan umur teknis mesinperalatan pabrik. Kondisi ini terjadi karena banyak PG-PG tersebut pembangunan atau pendiriannya pada zaman Belanda, hingga saat ini masih beroperasi, maka kondisi tersebut perlu dilakukan peremajaan atau restrukturisasi dengan tujuan untuk meningkatkan kapasitas giling, mutu gula yang dihasilkan, efisiensi penggunaan BBM dan penanganan limbah PG. 80 Produksi gula kristal putih GKP tahun 2009 sebesar 2,7 juta ton dan dengan program revitalisasi diproyeksikan akan meningkat menjadi 3,54 juta ton pada tahun 2014. Kebutuhan gula nasional GKP dan gula kristal rafinasiGKR tahun 2014 sebesar 5,70 juta ton, terdiri dari 2,96 juta ton untuk konsumsi langsung dan 2,74 juta ton untuk kebutuhan industri. Produksi GKP tahun 2014 diproyeksikan akan surplus 580 ribu ton dari kebutuhan konsumsi langsung yang bisa dialihkan menjadi bahan baku untuk pabrik gula rafinasi atau dapat dijual langsung ke industri khususnya industri kecil. Namun demikian di tahun 2014 masih diperlukan impor gula sebesar 2,16 juta ton atau setara dengan raw sugar 2,30 juta ton, yang tentunya akan berkurang sejalan dengan dibangunnya PG baru. Peran lembaga penelitian di bidang gula khususnya P3GI dalam satu dasawarsa terakhir menurun karena ketidakjelasan status hukum dan pendanaan. Berangkat dari permasalahan tersebut diatas, pemerintah dalam tahun 2010 – 2014 perlu melakukan revitalisasi PG yang ada existing dan pembangunan PG baru yang berjumlah 34 buah. 4.6 Kebijakan Pemerintah pada Industri gula Kontribusi pemerintah terhadap kinerja industri gula, yang dalam hal ini dapat dikategorikan sebagai industri strategis; seyogyanya tidak hanya teoritis akan tetapi secara nyata berbentuk materi. Beberapa industri gula nasional khususnya yang berstatus BUMN sudah menanti terhadap kucuran dana guna menyehatkan kembali industrinya. Namun setelah dilihat dari berbagai aspek, maka yang lebih dulu mengusulkan kucuran dana adalah melalui program revitalisasi pabrik gula. Program di atas sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Perindustrian No. 91M-INDPERXI2008 tanggal 21 Nopember 2008, No. 31M-INDPER32009 tanggal 16 Maret 2009, No. 44M-INDPER42008 tanggal 6 April 2010 tentang Program Restrukturisasi Mesin Peralatan Pabrik Gula dimana bagi industri gula yang telah merevitalisasi dan menstrukturisasi pabriknya dengan menggunakan pinjaman dari bank maupun non bank, bunganya ditanggung oleh Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka, Kementerian Perindustrian dengan skema sebagai mana di bawah ini Gambar 11. 81 Gambar 11. Bagan mekanisme pelaksanaan program bantuan pembiayaan pembelian mesin peralatan pabrik gula Dalam pengucuran anggaran tersebut tidak serta merta ditransfer ke rekening industri gula tersebut akan tetapi harus dengan mekanisme penelusuran dukumen yang validsah tentang pengadaan barangjasa sesuai Keppres 802003. Untuk itu diterbitkan suatu pedoman Direktur Jenderal Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka yang fungsinya mengatur tata cara permohonan keringanan biaya revitalisasi industri gula yaitu Petunjuk Teknis Bantuan Pembiayaan untuk restrukturisasi mesinperalatan pabrik gula, Program Peningkatan Struktur Industri Mesin Kementerian Perindustrian. Sebagai tahap awal pemerintah melalui pencanangan program revitalisasi pabrik gula diharapkan mampu mendorong peningkatan efisiensi dan produktifitas baik untuk on-farm dan off farm. Pemerintah melalui program retrukturisasi mesinperalatan pabrik gula akan mengoptimalkan kemampuan industri permesinan dalam negeri sebagai upaya mendukung program restrukturisasi mesinperalatan pabrik gula. Keringanan pembiayaan pembelian mesinperalatan merupakan stimulus untuk mensukseskan program restrukturisasi mesinperalatan pabrik gula. Program bantuan pembiayaan keringanan pembelian mesinperalatan pabrik gula dimaksudkan untuk membantu perusahaan industri pabrik gula melakukan peremajaan mesinperalatan, BAGAN MEKANISME PELAKSANAAN PROGRAM BANTUAN PEMBIAYAAN PEMBELIAN MESIN PERALATAN PABRIK GULA K P P N KEMENPERIN Pemohon Peserta Program KMMLPI BANKLKBB Persetujuan dan permohonan Pencairan anggaran 7 Laporan Hasil Verifikasi 6 Verifikasi 4 SPM 8 Pembayaran skema program 9 KEMENTAN Rekomendasi 3 1 Pengajuan Kredit SP2D Permohonan ikut program 2 Proses Verifikasi 5 82 dengan tujuan untuk meningkatkan kapasitas produksinya dengan menggunakan mesinperalatan berteknologi lebih maju buatan dalam negeri yang efisien serta meningkatkan partisipasi kemampuan industri mesinperalatan di dalam negeri. Sasarannya antara lain meningkatkan produksi dan efisiensi pabrik gula-pabrik gula yang masuk dalam program restrukturisasi pabrik gula. Ruang Lingkup dalam program ini yaitu: 1. Program bantuan pembiayaan untuk peremajaan mesin peralatan pabrik gula, adalah pemberian bantuan atas potongan bunga dari Pemerintah c.q. Kementerian Perindustrian kepada perbankan dalam negeri yang telah mengeluarkan bantuan pinjaman atas restrukturisasi mesin dan peralatan pabrik gula yang disetujui pemerintah. 2. Besarnya bantuan adalah sebesar persentase tertentu dari nilai pembelian atau sejumlah nilai kredit yang telah disetujui oleh perbankan dan maksimum sebesar Rp. 10 sepuluh Milyar. 3. Sumber pembiayaan pembelian mesinperalatan oleh perusahaan industri pabrik gula didanai dari salah satu sumber atau kombinasi sumber pembiayaan yang berasal dari kredit perbankan yang disetujui pemerintah. 4. Penilaian kelayakan pemberian bantuan dilaksankan oleh Tim Teknis yang dibentuk oleh Kementerian Perindustrian dan dengan bantuan verifikasi atas pembelian mesinperalatan yang dilaksanakan oleh Lembaga Penilai Independen LPI yang ditunjuk hasil lelang oleh Pemerintah c.q. Kementerian Perindustrian. 5. Bantuan diberikan secara sekaligus setelah seluruh mesinperalatan telah terpasang dan dioperasikan di pabrik, dan seluruh bukti-bukti pembelian mesinperalatan dimaksud adalah benar dan sah. 6. Proses administrasi pembayararan atas bantuan yang telah disetujui akan difasilitasi melalui Kantor Perbendaharaan Negara Jakarta bekerjasama dengan pihak perbankan yang mendanai pinjaman atas kredit untuk pelaksanaan restrukturisasi pabrik gula dan Bagian Keuangan Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka, Kementerian Perindustrian. Ketentuan dan persyaratan serta kriteria penerima program, adalah perusahaan pabrik gula, yaitu perusahaan yang mengolah tebu menjadi gula dan masuk dalam 83 program pemerintah untuk direstrukturisasi mesinperalatannya, yang memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Berbadan Usaha Indonesia 2. Memiliki izin usaha sebagai industri pengolahan gula tebu. 3. Perusahaan yang melakukan peremajaan sebagian atau seluruh permesinannya dalam rangka perluasan atau investasi baru. 4. Telah melakukan pembelian mesinperalatan baru bukan bekas yang sesuai dengan ijin usaha yang dimilikinya antara tanggal tertentu, sebagaimana tercantum dalam daftar pencairan bantuannya. 5. Mesinperalatan sebagaimana harus didukung oleh seluruh bukti-bukti pembelian mesinperalatan yang lengkap, benar dan sah yang pembiayaannya dapat bersumber dari kredit bank danatau pembiayaan lembaga keuangan bukan bank LKBB. Mesinperalatan yang dapat disertakan pada program restrukturisasi mesinperalatan harus memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Terkait dengan proses produksi 2. Merupakan mesinperalatan baru buatan tahun 2007 ke atas 3. Meningkatkan efisiensi danatau produktifitas danatau mutu produk 4. Mesinperalatan produksi dalam negeri Jenis mesinperalatan yang dapat disertakan pada program restrukturisasi mesinperalatan adalah yang masuk dalam lingkup: 1. Mesin gilingan cane unloading dan cane milling 2. Mesin pemurnian clarification 3. Mesin penguapan evaporator dan condensator 4. Mesin pemasakan graining, vacuum pan dan crystallizer 5. Mesin puteran curing, drying 6. Alat pengangkat dan pemindah crane, hoist dan conveyor 7. Boiler 8. Turbin 9. Kompresor 10. Generator 11. Instrumentasi dan kontrol 12. Instalasi pengolahan air limbah IPAL 84 13. Instalasi pengolahan air bersih water treatment plant Mesinperalatan produksi dalam negeri adalah mesinperalatan yang proses pembuktian tingkat komponen dalam negeri TKDN-nya mengikuti ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri Perindustrian No. 11M-INDPER32006 tentang Pedoman Teknis Penggunaan Produksi Dalam Negeri. Adapun kriteria pemberi pinjaman adalah sebagai berikut: 1. Bank pelaksana adalah yang memenuhi ketentuan yaitu bank pemerintah atau swasta nasional. 2. Lembaga keuangan bukan bank LKBB yang memenuhi ketentuan, yaitu merupakan LKBB yang berkedudukan hukum di Indonesia dan memiliki ijin usaha dari Kementerian Keuangan RI serta masih aktif dalam menjalankan berbagai kegiatan usahanya. Dalam rangka membantu tugas-tugas tersebut di atas, Kementerian Perindustrian membentuk tim pengarah yang diketuai oleh Direktur Jenderal Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka Kementerian Perindustrian, serta beranggotakan para pejabat terkait di Kementerian Perindustrian, Kementerian Pertanian, Kantor Menneg BUMN, Bappenas, Kementerian Keuangan, Perbankan, P3GI, PT. Rekayasa Industri, PT Barata Indonesia, PT Boma Bisma Indra, Dewan Gula Indonesia dan instansi terkait lainnya. Tugas tim pengarah adalah memberikan arahan dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian program serta menjamin kerjasama lintas instansi sebaik-baiknya . Dalam rangka membantu tugas tim pengarah, Kementerian Perindustrian membentuk tim teknis yang diketuai oleh Direktur Industri Mesin, Kementerian Perindustrian, serta beranggotakan perwakilan dari unsur-unsur pelaksana dari Tim Pengarah. Tugas tim teknis adalah memberikan bantuan teknis kelembagaan yang diperlukan Kementerian Perindustrian dalam menjalankan tugas-tugasnya termasuk memberikan rekomendasi kepada kuasa pengguna anggaran KPA untuk mendapat keputusan atas hasil verifikasi LPI tahap permohonan mengikuti program serta memutuskan permohonan pencairan program restrukturisasi atas hasil verifikasi LPI. Sebagai langkah pengamanan, maka dilakukan berbagai kegiatan yaitu pelaporan, pemantauan dan evaluasi. 85 1. Pelaporan a. Perusahan industripabrik gula yang telah memperoleh bantuan wajib menyampaikan laporan kemajuan efisiensi dan produktifivitas mesin peralatan setiap 6 enam bulan sekali selama 5 lima tahun kepada Kementerian Perindustrian dengan tembusan kepada LPI terhitung sejak 6 enam bulan dari realisasi pencairan bantuan. b. LPI menyampaikan laporan tertulis hasil penugasannya, yang mencakup laporan hasil verifikasi permohonan mengikuti program restrukturisasi, verifikasi pencairan program restrukturisasi dan laporan pasca pencairan program restrukturisasi, kepada Kementerian Perindustrian. c. Kementerian Perindustrian menyampaikan realisasi program kepada para Menteri terkait lainnya. 2. Pemantauan dan evaluasi oleh LPI: a. Melakukan verifikasi atas pemasangan mesinperalatan dan kinerja mesin peralatan yang terpasang. b. Memantau pemanfaatan mesinperalatan untuk menghindari terjadinya pelanggaran atas ketentuan yang berlaku c. Melakukan evaluasi atas dampak peningkatan teknologi terhadap peningkatan effisiensi danatau produktivitas danatau mutu. d. Melakukan pemantauan dan evaluasi program secara keseluruhan serta menyusun rekomendasi kepada Kementerian Perindustrian, tim pengarah dan tim teknis. e. Dibantu tim pengarah dan tim teknis, melaporkan data sebagai bahan kepada Kementerian Perindustrian merumuskan kebijakan pengembangan program selanjutnya. 4.7 Pengembangan Industri 4.7.1 Pasokan Bahan Baku