Kualitas Lingkungan Kualitas Air Permukaan

110 pihak perusahaan akhirnya dipaksa untuk membangun unit pengelola limbah cair. Selain itu juga dapat memunculkan ide-ide lain seperti untuk membuat perjanjian antara pihak perusahaan dengan pihak masyarakat yang diwakilkan oleh LSM, untuk mengontrol limbah buangan industri gula tersebut. Oleh karenanya maka Takeda 2001 mengungkapkan perlunya mensukseskan pembangunan partisipatif, untuk itu ada empat elemen kunci menuju kesuksesan pembangunan partisipatif yang harus dilakukan oleh stakeholder yaitu informasi, intermediasi, institusionalisasi, dan inisiatif. Pembangunan partisipatif ini tentu saja sangat diperlukan. Hal ini sesuai dengan pendapat Bock 2001 yang menyatakan bahwa terdapat tiga keuntungan jika menggunakan proses partisipatif dalam pembangunan dan desain suatu kegiatan yakni: l hasilnya bersifat alamiah dan tidak merupakan rekayasa, 2 masyarakat yang merupakan target merasa lebih memiliki dan memberikan kontribusi secara signifikan guna kesuksesan kegiatan, dan 3 pemantauan kegiatan lebih mudah dilaksanakan dan lebih transparan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa partisipasi stakeholder merupakan konsep kunci guna membuka transparansi dan akuntabilitas dalam proses pembuatan keputusan dan kebijakan. Disamping itu juga dapat mempromosikan efektifitas penggunaan sumberdaya lokal dan menjadi aspek pentmg untuk mencapat kebijakan yang tepat.

5.2 Kualitas Lingkungan Kualitas Air Permukaan

Berdasarkan laporan AMDAL pabrik gula 2006 kualitas air permukaan yang dianalisa adalah outlet dari Sungai Kencana Timur, Waduk Ranca Bugang dan Sungai Cihapit. Hasil analisa air permukaan sungai tersebut mengacu pada Peraturan Pemerintah RI No. 32 Th 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Hasil analisa kualitas air permukaan dapat dilihat pada Tabel 10 dan Tabel 11. Dari hasil analisa sebelum operasional pabrik, parameter yang di atas baku mutu dan TSS dan BOD untuk sample air dari Danau Ranca Bugang dan outlet salutan sebelah timur lokasi pabrik Blok Kencana Timur sedangkan untuk parameter COD hanya di lokasi outlet saluran timur lokasi pabrik. Sedangkan untuk hasil analisa kualitas air badan air setelah opersional, parameter yang melebihi baku mutu di ketiga lokasi adalah TSS, BOD dan COD. Sulfida yang melebihi baku mutu terjadi di lokasi Waduk Ranca Bugang AMDAL Pabrik Gula. 111 Tabel 10 Hasil analisa kualitas air badan air sebelum opersional pabrik Prameter Satuan Hasil Analisa Baku Mutu 1 2 1. TSS 2. BOD 3. COD 4. Sulfida sebagai H 2 5. pH S mgl mgl mgl mgl mgl 127,0 10,60 18,66 0,00 6,93 140,0 42,30 74,63 0,00 6,76 50 3 25 0,03 69 Sumber: Data primer hasil survey lapangan, 2008 dan Amdal 2006, diolah. Keterangan: 1 = Air LebungDanau Rancabugang 2 = Outlet saluran sebelah timur lokasi pabrikblok kencana timur. Tabel 11 Hasil analisa kualitas air badan air setelah operasional pabrik Parameter Satuan Hasil Analisa Baku Mutu 1 2 1. TSS 2. BOD 3. COD 4. Sulfida sebagai H 2 5. pH S mgl mgl mgl mgl mgl 30,0 736,2 1299,21 0,43 5,11 73,0 89,3 157,48 0,13 6,92 50 3 25 0,03 69 Sumber: Data Primer Hasil Survey Lapangan dan Amdal 2006, diolah Keterangan: 1 = Outlet pabrik sebelah timurblok Kencana Timur 2 = Waduk Ranca Bugang 3 = Sungai Cihapit Kuantitas Air Tanah Kondisi air tanah di daerah studi bervariasi. Akuiver disekitar afdeling kebun merupakan akuiver produktif sedang dengan penyebaran luas serta ketersediaan air tanah dalam cukup, sehingga mempunyai potensi cukup baik. Kedalaman air tanah antara 1 sd 2 meter dari permukaan tanah disekitar perkebunan tebu Tabel 12. Tabel 12 Hasil pengukuran kedalaman air tanah No. Nama Sumber Kedalaman Sumur m 1. Daerah Sumber 2 2. Daerah Dilang Kidang 2 3. Daerah Telaga Dua 1 Sumber: Amdal 2006, diolah 112 Kualitas Air Tanah Kualitas air tanah yang diambil sampelnya yaitu sumur penduduk di sekitar lokasi kegiatan, untuk melihat apakah sumur penduduk tersebut tercemar oleh kegiatan perkebunan dan Pabrik Gula Jati Tujuh atau tidak. Hasil analisa kualitas air bersih penduduk dapat dilihat pada Tabel 13 AMDAL Pabrik Gula. Tabel 13 Hasil analisa kualitas air sumur penduduk sekitar Pabrik Gula Jati Tujuh No. Parameter Satuan Hasil pemeriksaan Baku Mutu Bersih Desa Sumber Desa Suka- mulya Sekitar Telaga Dua FISIKA 1 Bau - Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau 2 Zat Padat terlarut TDS mgl 1.970,0 535,0 1.280,0 1.500,0 3 Kekeruhan NTU 1,81 0,44 0,65 25,0 KIMIA ANORGANIK 4 Besi mgl 0,06 0,05 0,10 1,0 5 Fluorida mgl 0,29 0,17 0,20 1,5 6 Kesadahan CaCO mgl 3 445,84 99,96 95,99 500,0 7 Klorida mgl 457,16 71,65 413,21 600,0 8 Mangan mgl 2,39 0,08 0,49 0,5 9 Nitrat, sebagai N mgl 6,04 0,13 0,88 10,0 10 Nitrit, sebagai N mgl 0,00 0,00 0,02 1,0 11 pH - 6,90 7,17 0,63 6,5-9,0 12 Sulfat mgl 383,82 71,57 61,12 400,0 KIMIA ORGANIK 13 Detergent mgl 0,00 0,00 0,00 0,5 14 Zat Organik KM 3 O 4 mgl 9,48 1,58 4,42 10,0 15 Sisa Klor mgl 0,00 0,00 0,00 0,2-0,5 Sumber: Data primer, hasil analisa balai Pengembangan Laboratorium Kesehatan, diolah. Baku Mutu: Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 416MENKESPERIX 1990 tentang syarat- syarat dan pengawasan kualitas air. Berdasarkan hasil analisa kualitas air tersebut di atas terdapat parameter yang melebihi baku mutu yaitu TDS dan Mangan di lokasi sumur yang berada di Desa Sumber. Hal ini diduga berasal dari pabrik gula, terutama jika dilihat TDS yang meningkat, diduga berasal dari limbah cair sisa pabrik gula yang di dalamnya masih 113 mengandung bahan organik. Namun Mangan diduga berasal dari kegiatan lain selain kegiatan pabrik gula. Limbah Cair Sampel limbah cair proses produksi diambil pada outlet proses produksi, kemudian diperiksa di laboratorium yang mengacu pada SK. Gubernur DT. I Jawa Barat No. 6 Tahun 1999 tentang Baku Mutu Limbah cair bagi Kegiatan Industri Jawa Barat. Hasil analisa dan baku mutu untuk spesifikasi pabrik gula dapat dilihat pada Gambar 27 dan 28. Berdasarkan hasil analisa limbah cair tersebut di atas parameter yang ada masih di bawah baku mutu, kecuali pH di atas baku mutu. Kualitas Udara Pada saat dilakukan kegiatan AMDAL Pabrik Gula 2006 dilakukan pengamatan terhadap kualitas udara, parameter yang diukur dibandingkan dengan baku mutu lingkungan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999, tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Sedangkan untuk di ruang kerja mengacu pada Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No. SE-01MEN1997 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Kimia di Udara Lingkungan Kerja. Hasil analisa kualitas udara dapat dilihat pada Tabel 14. Berdasarkan hasil analisa kualitas udara tersebut di atas semua parameter masih berada di bawah baku mutu. Tabel 14 Hasil analisa kualitas udara No. Parameter Satuan Lokasi Ambien Ruang Kerja U1 U2 U3 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Arah Angin Kecepatan angin Suhu Kelembaban Cuaca SO NO 2 NH 2 H 2 2 Debu S Pb CO Ftmenit o RH C - µgm µgm 3 µgm 3 µgm 3 µgm 3 µgm 3 µgm 3 Barat – Timur 3 - 34,6 48,0 Cerah 5,65 4,75 12,5 Ttd 59,5 0,00 35,0 Barat- Timur - 32,2 59,0 Cerah 2,75 10,3 Ttd Ttd 72,0 0,11 110,5 Barat- Timur - 36,1 60,0 - 16,75 22,5 11,55 Ttd 31,6 0,08 68,25 - - 900 400 2.000 20 230 2 30.000 - - 5.200 5.600 17.000 14.000 10.000 50.000 29.000 Sumber: Hasil Analisa Laboratorium Balai Pengembangan Laboratorium Kesehatan . Keterangan: - Pengambilan contoh udara dilakukan pada pagi s.d siang - Lokasi: U1 = daerah perkebunan tebu, U2 = Daerah Sumber Kulon, U3 = Ruang Produksi - Baku Mutu Ambient: PP RI No. 411999, tentang Pengendalian Pencemaran Udara - Baku Mutu di ruang kerja: SE. Menaker No. 011997 tentang Nilai Ambang Batas faktor Kimia di Udara Lingkungan kerja. 114 Kebisingan Parameter yang diukur dibandingkan dengan nilai ambang batas menurut Kep. MenLH No. Kep-48MenLH111996 tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan. Sedangkan di ruang kerja mengacu SK. Menaker No. 51 Tahun 1999, tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat kerja. Pengukuran intensitas kebisingan dilakukan dengan menggunakan alat pengukur sound level meter . Intensitas kebisingan dipengaruhi oleh segala aktifitas yang ada di lokasi afdeling kebun dan pabrik pengolahan gula. Hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Hasil pengukuran kebisingan di afdeling kebun dan Pabrik Gula Jati Tujuh No. Lokasi Pengambilan Sampel Intensitas Kebisingan dBA Baku Mutu 1. Ruang Kerja - R. Masak Tebu 86-87 85 - Stasiun gilingan 78-79 85 - Stasiun pemurnian 81-86 85 - Stasiun Instrumeninstalasi 92-94 85 - Stasiun pengepakan 85-86 85 - Stasiun listrik 85-86 85 - R. water treatment 89-90 85 - Stasiun masakan 83-84 85 - Stasiun penguapan 93-94 85 - R. Boiler 91-92 85 - R. Genset 92-94 85 - R. Produksi pusat 93,7-94,1 85 2. Ambient dari pabrik menuju penduduk - Jarak 50 m 59-60 50 - Jarak 100 m 48-50 50 3. Ambient di pemukiman - Daerah Sukamulya 39-40 55 - Daerah Sumber 41-42 55 4. Ambientkebun - Selatan pabrik 46,0-48,3 52 - Utara pabrik 38,8-39,4 50 5. Ambient perbatasan Indramayu- Majalengka 39-40 50 6 Daerah perkebunan Tebu 44,7-45,2 50 Sumber: Data primer Hasil Pengukuran di Lapangan. Keterangan: Pengambilan sample sebelum produksi • Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep-51MEN1999, tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat kerja. • Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Kep-48MENLH101996 tentang Baku Tingkat Kebisingan Peruntukan Terbuka Hijau sebesar 50 dBA. 115 Pada Tabel 15 terlihat adanya kegiatan yang menimbulkan instensitas kebisingan melebihi baku mutu yaitu pada Ruang Kerja pabrik kecuali Stasiun Gilingan dan jarak 50 m dari pabrik AMDAL Pabrik Gula. Dalam rangka menghindari kebisingan ini idealnya pabrik gula memasang peredam suara dan membekali para pekerjanya dengan tutup telinga.

5.3 Analisis Kebijakan