II. TINJAUAN PUSTAKA
Tebu merupakan bahan baku industri gula. Dilihat dari aspek agronomis tebu merupakan tanaman perkebunanindustri berupa rumput tahunan. Tanaman ini
merupakan komoditi penting karena di dalam batangnya terkandung 20 cairan gula. Tanaman ini mungkin berasal dari India, tetapi mungkin juga berasal dari Irian karena
disana ditemukan tanaman liar tebu. Di Jawa Barat tebu dikenal dengan nama tiwu sejak 400 tahun yang lalu. Adapun klasifikasi tanaman tebu adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae Kelas
: Monocotyledonae Keluarga : Poaceae
Genus : Saccharum
Spesies : Saccharum officinarum
2.1 Kondisi Industri Gula di Indonesia
Walaupun Indonesia dulu mengalami kejayaan dalam bidang industri gula sejak masa kolonial Belanda, tetapi saat ini mengalami kemunduran yang cukup tragis dimana
jumlah pabrik menurun dan peralatan produksi yang hanya dapat bertahan belum dapat dikembangkan secara proporsional. Padahal kebutuhan gula justru dari tahun ke tahun
selalu meningkat. Pengalihan areallahan pertanian tebu menjadi konversi lain semakin kuat yang salah satunya dari kebijakan ketahanan pangan Sudana et al., 2000. Industri
perumahan, juga semakin mengurangi luasan areal tanaman tebu dimana 65 menjadi berubah fungsi Sumaryanto et al.,1995
Di sisi lain periode tahun 20042005 merupakan periode yang cukup menggembirakan bagi industri gula dunia, khususnya dari sisi produsen. Pada periode
tersebut, rata-rata harga gula mencapai US 261,92.ton untuk white sugar dan US193,78ton untuk raw sugar, atau meningkat sekitar 9,8 untuk white sugar dan
24 untuk raw sugar dari rata-rata harga tahun 200304. Hal ini disebabkan pada periode 20042005, untuk kedua kalinya pasar gula dunia kembali mengalami defisit
sekitar 3 juta ton. Pada periode 20042005, produksi gula dunia mencapai 142,5 juta ton atau meningkat sekitar 1 dari periode sebelumnya. Di sisi lain, konsumsi
14 meningkat lebih pesat yaitu 1,3 , dari 143,3 juta ton pada tahun 2004 menjadi 145,1
juta ton pada tahun 2005 FAO dalam Susila, 2006a. Pada tahun 2004, konsumsi gula dunia meningkat menjadi sekitar 143,3 juta ton,
atau meningkat sekitar 4 juta ton atau 2,9 lebih tinggi dari periode tahun 2003. Peningkatan konsumsi terutama bersumber dari kelompok negara berkembang sebagai
akibat pertumbuhan ekonomi yang cukup baik. Di negara berkembang, konsumsi pada tahun 2004 meningkat 3,8, dari 91,9 juta ton pada tahun 2003 menjadi 95,4 juta ton
pada tahun 2004. Kelompok negara di Afrika diperkirakan mengalami peningkatan produksi sebesar 5,3. Pada negara maju, laju peningkatan konsumsi relatif marjinal
yaitu hanya sekitar 1,3, dari 47,3 juta ton pada tahun 2003 menjadi 47,9 juta ton pada tahun 2004. Tingkat konsumsi gula dunia pada tahun 2003-2004 disajikan pada Tabel
1. Tabel 1. Perkembangan konsumsi gula dunia tahun 2003 – 2004
Kelompok Negara Konsumsi
juta ton Pertumbuhan
2003 2004
Dunia 139.2
143.3 2.9
Negara Berkembang 91.9
95.4 3.8
Amerika Latin dan Karibia 24.8
25.7 3.6
Afrika 7.6
8.0 5.3
Near East 10.6
10.8 1.9
Far East 48.9
50.8 3.9
Negara Maju 47.3
47.9 1.3
Eropa 20.3
20.5 1.0
Amerika Utara 10.1
10.3 2.0
CIS 11.1
11.3 1.8
Oceania 1.4
1.4 0.0
Lainnya 4.4
4.4 0.0
Sumber : FAO dalam Susila, 2006a.
2.2 Kebijakan Industri dan Perdagangan serta Pola Distribusi Gula